BUKU BERJALAN
KISAH INSPIRATIF
BUKU BERJALAN
Penulis: Lili Priyani (Guru SMAN 2 Cikarang Utara, Anggota IGI Kab. Bekasi)
Mungkin banyak di antara kita, para guru merasa kesulitan ketika mengimbau siswa untuk 'rajin membaca'. Nyaris di setiap kegiatan mengajar, kita akan menyisipkan ajakan untuk membaca buku kepada siswa. Tak sedikit pula, slogan-slogan betapa pentingnya 'membaca' tertempel di papan info pada setiap titik publik yang ada di lingkungan sekolah kita masing-masing. Berbagai upaya dilakukan sebagai ikhitiar untuk menumbuhkembangkan literasi bagi ekosistem sekolah.
Gaung literasi yang menggenderang secara masiv, tidak saja di lingkungan sekolah namun di seluruh ranah hingga masyarakat secara luas, menggantungkan harapan agar membaca menjadi kebutuhan penting. Keinginan kuat pemerintah untuk meliterasikan masyarakat sampai saat ini masih menjadi isu hangat yang masih memerlukan dukungan dan kolaborasi dari segenap lapisan. Dukungan ini patut kita berikan agar literasi tidak hanya sekadar selebrasi monumental tetapi menjadi aktivitas keseharian yang mendarah daging dan menjadi habituasi atas dasar kesadaran pribadi akan pentingnya berliterasi.
Terlebih pada pelajaran Bahasa Indonesia yang sebagian besar materi pelajaran berbasis teks. Berarti untuk membuka kunci materi pelajaran itu, peserta didik diharapkan melakukan kegiatan membaca terlebih dahulu. Keterampilan membaca menjadi payung besar di samping keterampilan berbahasa lainnya (menyimak, berbicara, dan menulis). Kegiatan belajar bisa diteruskan dengan kegiatan-kegiatan lain yang sudah dirancang oleh guru setelah dibuka dengan aktivitas membaca. Seperti mengerjakan tugas individu ataupun berdiskusi kelompok. Sesering apapun kita mengingatkan dan mengimbau siswa untuk membaca buku, tetap saja masih banyak siswa yang beralasan tidak mempunyai waktu untuk membaca. Padahal sebenarnya mereka belum bisa memanfaatkan waktu seefektif mungkin sehingga akan banyak waktu terbuang percuma. Siswa melakukan kegiatan lain yang kurang bermakna, misalnya bermain bersama teman-temannya. Mereka hanya melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat dan belum bisa memilah-milah kegiatan yang harus dijadikan prioritas untuk kesuksesan masa depan.
Ada lagi siswa yang beralasan tidak mempunyai buku yang bisa dibaca. Wah...wah.... ! Bila dicermati selintas dari penampilan siswa yang beralasan seperti ini, kita tidak yakin kalau siswa tersebut tidak bisa memiliki (baca: membeli) buku. Telepon genggang canggih selalu terselip di kantongnya, baju seragam sekolah yang tidak lusuh, sepatu bermerk mahal, tas sekolah yang trendi, belum lagi uang saku yang tidak pernah kurang untuk membeli berbagai makanan yang tersedia di kantin sekolah.
Apalagi, ada siswa yang beralasan tidak menyenangi membaca buku. Mereka lebih menggemari hobi lain, seperti bermain game dari gawai/laptop atau berkumpul bersama teman-temannya alias nongkrong. Menurut mereka, membaca tidak ada manfaatnya, membosankan, dan membuat pusing kepala.
Kita maklum bila masih banyak siswa yang mengemukakan alasan seperti itu. Banyak hal yang menyebabkan siswa tidak senang membaca, di antaranya faktor lingkungan keluarga yang tidak mendukung. Orang tua tidak menyediakan buku-buku yang layak dibaca oleh Ananda di rumah. Dukungan pihak luar seperti lembaga pendidikan pun belum maksimal. Perpustakaan sekolah yang tidak menarik untuk dikunjungi, ruang-ruang yang ada di lingkungan sekolah tidak difasilitasi dengan pojok baca/ruang baca yang nyaman. Ruang publik yang ada di sekeliling kita, juga belum menyediakan ruang baca yang baik bagi masyarakat. Pemerintah daerah belum memfungsikan area publik sebagai tempat membaca yang nyaman bagi warganya. Minimnya ketersediaan buku masih menjadi permasalahan. Aksesibilitas atau keterjangkauan sumber bacaan bagi masyarakat masih menjadi kendala. Di samping itu, siswa belum bisa memilih dan memilah teman bermain. Kawan-kawan terdekatnya tidak mendukung aksi membaca. Inilah yang menjadi alasan mengapa siswa kurang atau tidak menyenangi membaca.
Kunci jawaban dari berbagai alasan tersebut adalah: keinginan. Keinginan untuk menyisihkan waktu melakukan kegiatan membaca. Sesibuk apapun tugas dan pekerjaan yang kita emban, sedapat mungkin kita sempatkan untuk membaca. Keinginan untuk memiliki (membeli) bahan bacaan/buku. Dengan bijaksana mengelola uang yang diberikan oleh orang tua, siswa bisa menyisihkan uang sakunya untuk membeli buku. Atau bila memungkinkan, orang tua biasanya akan senang hati memenuhi keinginan Ananda untuk membeli buku (misalnya komik, novel, buku pelajaran).
Keinginan untuk menyenangi membaca buku bisa disinergikan dengan menyenangi kegiatan-kegiatan lain yang juga banyak manfaatnya. Diawali dengan mencoba menentukan ketertarikan/minat terhadap suatu hal/bidang. Misalnya bila tertarik pada tata boga/masak-memasak/makanan maka bisa memilih buku tentang aneka resep masakan. Jika menyenangi kisah hidup tokoh, bisa memilih buku biografi. Atau tertantang untuk mengenali lebih dalam tentang fotografi maka bisa membaca buku yang membahas teknik fotografi. Bahkan bila menyenangi sastra seperti novel, puisi, cerpen maka bisa mencari buku-buku fiksi sebagai teman bersantai. Berbagai genre tulisan bisa dijadikan alternatif untuk mewadahi beragam hobi atau kesenangan kita.
Namun, semua itu belum tentu membawa dampak efektif dalam mengajak siswa menyenangi membaca buku. Usaha ekstra perlu diupayakan. Tanpa kenal lelah dan tanpa kenal kata putus asa, kita sebagai guru terus melakukan upaya agar siswa tergerak hati dan terpantiklah 'keinginan' untuk menyenangi buku.
Akhirnya, muncullah ide ini: Buku Berjalan. Mengapa 'Buku Berjalan' ? Sebenarnya, ide ini mengalir begitu saja, tanpa rekayasa. Saya mempunyai kebiasaan membawa buku yang belum tuntas terbaca. Buku yang belum selesai dibaca tersebut, sering kali saya bawa ke manapun kaki melangkah atau sedang melakukan aktivitas lain, misalnya ke kelas saat mengajar. Dengan harapan, suatu saat ketika waktunya memungkinkan atau untuk mengisi jeda waktu maka saya akan melanjutkan menuntaskan membaca buku tersebut. Tanpa sengaja, dalam suatu kesempatan ada siswa yang melontarkan pertanyaan.
"Ibu, itu buku apa sih Bu?".
Tentu saja saya tak menyangka ada siswa yang tertarik dengan buku yang saya pegang. Saya jelaskan sedikit tentang isi buku. Di luar prediksi saya, ternyata siswa tersebut menunjukkan sikap antusiasnya.
Selanjutnya, mengalirkan pertanyaan-pertanyaan lain seperti: "Memang Ibu suka baca ya?" atau "Memang membaca ada manfaatnya, ya Bu?" Atau "Ibu sudah membaca buku apa saja?". Nah, saat itulah saya akan memasukkan hal-hal positif yang bisa didapatkan dari kebiasaan membaca buku. Menanamkan hikmah yang bisa terpetik dari kegiatan membaca. Hasil yang saya amati, beberapa siswa mulai tergerak membawa buku dan membacanya ketika tidak sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar. Buku yang dibawa tidak saja buku pelajaran tetapi juga buku-buku lainnya (nonpelajaran) sesuai dengan kegemaran/ketertarikan siswa.
Jika di awal pembiasaan membaca, saya membawa buku karya pengarang lain maka kini, seiring berjalannya waktu, saya membawa buku karya pribadi. Ke manapun kaki melangkah, berjalan ke berbagai arah dan penjuru, saya mulai mengenalkan karya sendiri. Memulai dengan goresan buku tunggal berjudul Diari Hati (tahun 2017) yang mengantarkan saya bertemu Kepala Negara dan juga melanglang daerah hingga diundang sebagai pembicara tentang literasi di Negeri Jiran, Malaysia tahun 2018. Selanjutnya karya-karya lain menyusul dari perasan ide, memilin karsa, dan menuangkan logika dalam beragam judul. Buku-buku berikut menjadi bukti nyata dari berliterasi.
1. Diari Hati (Agustus 2017) – Buku Fiksi - Kumpulan Puisi
2. Aktualisasi: Guru Berwibawa karena Menulis (September 2018) – Buku Nonfiksi – Artikel Populer
3. Menguntai Renjana (Oktober 2019) -Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
4. Salam Literasi! (April 2020) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
5. Rendezvous: Melukis Pelangi (Mei 2020) – Buku Fiksi – Novel Remaja
6. Kidung Corona (Juni 2020) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
7. Sketsa Pandemi (Juli 2020) – Buku Fiksi – Kumpulan Cerpen
8. Pandemi: Pemantik Berkarya (Agustus 2020) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
9. Sisiran Jejak Menebar Literasi (September 2020) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
10. Bergiat Menuju Generasi Literat (Oktober 2020) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
11. Antawacana Literasi (November 2020) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
12. Merapal Hujan (Desember 2020) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
13. Pancang Semangat, Menguak Literasi (Januari 2021) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
14. Belajar Filantropis dari Salam Literasi (Februari 2021) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
15. Meruah Bahagia di September Ceria (Maret 2021) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
16. Refleksi Literasi untuk Melejitkan Kompetensi (April 2021) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
17. Melayah Terpalis Bisik (Mei 2021) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
18. Serentak Bergerak Menyemai Literasi (Juni 2021) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
19. Mengeja Bilik Atma (Juli 2021) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
20. Afirmasi Profesionalisme Melalui Literasi (Agustus 2021) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
21. Pawana Rindu Menyisip Sukma (September 2021) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
22. Kabar dari Desau Angin (Oktober 2021) – Buku Fiksi – Kumpulan Cerpen
23. Meneroka Literasi dari Multidimensi (Oktober 2021) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
24. Menjaras Atma dalam Selingkup Cinta (November 2021) – Buku Fiksi – Kumpulan Cerpen
25. Merepih Jingga pada Senja (Desember 2021) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
26. Jejak Kreatif dalam Sinergitas Literasi (Januari 2022) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
27. Senandika dalam Seuntai Kenangan (Februari 2022) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
28. The Inspiring Art (Maret 2022) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
29. Literasi, Penumbuhan Karakter, dan Merdeka Belajar (April 2022) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
30. Senandung Jiwa Teruntai dalam Sajak (Mei 2022) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
31. Binar Pancarona (Juni 2022) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
32. Implementasi Pendidikan yang Memerdekakan (Juli 2022) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
33. Secawan Candu Cinta (Agustus 2022) – Buku Fiksi – Kumpulan Puisi
34. Literasi dan Profil Pelajar Pancasila (September 2022) – Buku Nonfiksi – Artikel/Esai
35. Manifestasi Jejak Inspiratif (Maret 2023) – Buku Nonfiksi – Esai
36. Titian Kenangan, Berjurai Warita (Agustus 2023) – Buku Fiksi – Kumpulan Pusi
Di samping buku tunggal, terjejak 50 buku antologi bersama. Semoga kehadiran buku-buku ini dapat menambah khazanah keilmuan dan menjadi pemantik untuk bergiat menebar kebermanfaatan bagi sesama. Keinginan berperan serta secara aktif dengan menghadirkan beragam praktik baik dalam pembelajaran dan membagikannya kepada publik untuk ketercapaian tujuan Kurikulum Merdeka dan tujuan pendidikan menjadi wasilah penulis dalam merawat marwah edukasi. Turut andil menjadi guru kreatif sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan semoga menjadi sumbangsih kecil bagi pertiwi.
Dari hal itu, saya berkesimpulan bahwa: 'contoh nyata' itu luar biasa imbasnya. Tanpa banyak kata, tanpa perlu berteori, tanpa kucuran tenaga, semuanya akan terasa faedahnya. Sekarang, ketika kaki melangkah ke kelas manapun, buku selalu menemani sembari selalu berharap akan banyak siswa yang tertarik untuk menyenangi membaca buku.
Ternyata, menjadi guru itu memang harus memberikan 'contoh dan teladan’ agar bisa ditiru dan menjadi inspirasi bagi siswa.
(Cikarang, 2 Desember 2023)

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masya Allah. Ibu sangat keren dan luar biasa karya- karyanya. Semoga saya dapat memiliki semangat dan kemampuan yang demikian hebat dalam menjalin diksi. Salam kenal ibu Lili. Salam literasi dari Batang Jawa Tengah.