Lili Priyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Hari ke-786 PESONA UPIN IPIN BAGI ANAK INDONESIA
PESONA UPIN IPIN BAGI ANAK INDONESIA

Tantangan Hari ke-786 PESONA UPIN IPIN BAGI ANAK INDONESIA

Tantangan Hari ke-786

PESONA UPIN IPIN BAGI ANAK INDONESIA

Penulis: Lili Priyani

Suatu waktu saya berkunjung ke rumah keponakan di Tanjungpandang, Belitung. Keponakan saya ini memiliki dua orang anak kecil, yang sulung berumur 5 tahun dan si bungsu berusia 3 tahun. Cucu saya dari keponakan ini asyik menonton film anak-anak melalui gawai milik Bundanya. Mereka berdua tertawa bersama dan fokus pada layar handphone tanpa menghiraukan keramaian suara sekitar. Maklum saja, bila adik beradik bertemu maka kontrol volume suara akan sedikit lengah. Berisik, pastinya. Tetapi kedua cucuku ini tak bergeming, mereka begitu konsentrasi.

Besoknya, saya mengunjungi rumah kakak lelaki yang memiliki anak kembar. Gadis kecil berusia lima tahun ini, melakukan aktivitas di depan televisi. Mata mereka menatap layar kaca. Keduanya sedang menyaksikan film anak-anak berbahasa Malaysia. Siaran televisi yang ditangkap melalui pemancar parabola yang rerata dimiliki oleh warga Belitung, memungkinkan masyarakat Laskar Pelangi menangkap berbagai siaran. Kelucuan kedua keponakan kembar ini tertangkap kala mereka menirukan dialog yang diucapkan oleh para tokoh film. Kemiripan bahasa antara bahasa Belitung dengan bahasa yang dipergunakan dalam film tersebut, menjadikan dialog yang mereka ucapkan begitu natural atau alami. Kesamaan kata dan kalimat menjadikan mereka begitu mudah untuk melafalkan percakapan yang ditampilkan dalam tontonan.

Lain waktu, saya bertemu dengan rekan pengajar yang membawa anaknya ke sekolah. Dengan alasan belum mendapatkan pengasuh, para guru khususnya ibu-ibu lazim membawa buah hatinya ke tempat kerja. Melaksanakan tugas mengajar sekaligus merawat dan mengasuh ananda merupakan dua hal yang bisa dilakukan seorang guru. Inilah nikmatnya menjadi guru, begitu saya menyimpulkan. Anak dari guru ini berusia di bawah lima tahun (dugaan saya begitu), diberikan gawai oleh ibunya. Sementara ibunya melaksanakan tugas mengajar di kelas, si anak asyik menatap layar gawai. Saya mencoba mendekati. Tetapi kehadiran saya tak serta-merta mengganggunya karena anak itu tidak merasa ada yang hadir di dekatnya. Matanya begitu fokus pada gawai. Ternyata yang disaksikannya adalah film anak kembar berlatar belakang Negeri Jiran.

Iseng-iseng saya berbincang bersama para teman dalam berbagai kesempatan dan situasi. Ngobrol santai dengan para guru yang mempunyai anak balita, berbincang dengan para tetangga pasangan muda yang memiliki anak kecil, atau sekadar bertanya-tanya kepada ibu-ibu yang saya jumpai dalam berbagai kesempatan. Saya mencoba mengulik kebiasaan anak-anak mereka. Beberapa pertanyaan saya lontarkan.

Beberapa pertanyaan yang saya sampaikan di antaranya: Apakah anak-anak sesekali diberi hp? Jawaban mereka: Iya, sesekali. Alasan para orang tua memberikan gawai kepada anaknya beragam. Mulai dari agar anak diam sementara sang ibu beraktivitas melakukan pekerjaan rumah tangga, agar anak anteng dan tidak rewel, agar anak mau makan, agar anak tidak bermain di luar rumah, hingga agar anak terhibur melalui tontonan/film.

Pertanyaan lainnya adalah: Tayangan apakah yang sering anak-anak saksikan, baik melalui gawai maupun melalui media televisi? Jawabannya pun beragam. Mulai dari film anak-anak, pengetahuan anak-anak, film masak-memasak (biasanya anak perempuan), film binatang/hewan, hingga kartun.

Pertanyaan terakhir yang saya tanyakan adalah: Apakah anak-anaknya menggemari film kartun yang berasal dari Malaysia? Sungguh di luar dugaan, hampir semua orang tua memberikan jawaban: Iya, anak-anak sering menonton film itu.

Film yang dimaksud adalah film UPIN IPIN. Dari Wikipedia dijelaskan bahwa Upin & Ipin adalah serial televisi kartun anak-anak yang dirilis pada tanggal 14 September 2007 yang ditayangkan di TV9, RTM2, dan MNCTV. Serial ini diproduksi oleh Les’ Copaque Production. Film bergenre animasi komedi ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar lebih mengerti tentang ajaran baik berhubungan dengan agama, moral dan etika, kehidupan sosial, dan kemasyarakatan.

Memang, dari sekian banyak film serial kartun anak-anak, film Upin Upin merajai pangsa pasar penonton. Animasi lucu dan cerita menarik membuat film kartun ini begitu diminati. Banyak hal unik, menggemaskan, kelucuan yang menggambarkan kejadian sehari-hari yang dialami tokoh utama dikemas secara menarik. Aksi polos dan kocak dari dua tokoh beserta teman-temannya mampu membetot perhatian penonton, khususnya anak-anak. Karakter yang kuat dari dua kakak beradik pelontos (tidak berambut), mengenakan kaos singlet berwarna kuning dan biru, bermata bulat besar, begitu dikenal anak-anak.

Didukung oleh pemain seperti Kak Ros, Opah, Jarjit, Ehsan, Fizi, Mail, Mei-Mei, Susanti (anak perempuan berasal dari Jakarta dan tinggal di Malaysia)), Dzul, Ijat, Cikgu Jasmin, Cikgu Melati, Cikgu Besar, Tok Dalang, Abang Salleh, Uncle Muthu, dan Uncle Ah Tong, menambah nilai plus bagi film ini. Aksi, karakter, dan dialog lebih segar. Semua pemain memiliki ciri khas dalam berperan. Kekhasan inilah yang mampu diimitasi oleh para penggemarnya. Tak berlebihan bila anak-anak di sekitar kita yang bisa berbahasa Malaysia dan menirukan logat pemain Upin Upin.

Anak-anak Indonesia ‘diracuni’ oleh virus Upin Upin. Kita ambil positifnya. Film ini lebih baik ketimbang film-film lain yang ditawarkan di media tayang (televisi/media online lainnya). Film ini bermuatan edukasi dan hiburan. Nilai religius muncul dari tayangan ini, saling menghormati pemeluk agama, edukasi kebersihan dan kesehatan, semangat kebangsaan, dan nilai-nilai budaya muncul dalam berbagai episode.

Selanjutnya, apakah sineas dan pelaku perfilman tidak tergerak untuk memproduksi tayangan berkelas dan berkualitas bagi anak-anak? Anak-anak adalah generasi emas bangsa. Hidupnya hari ini akan menentukan masa depan Indonesia di masa mendatang. Mari bersama-sama kita berupaya memaksimalkan segala hal dan di segala bidang demi peningkatan kualitas mental, karakter, budi pekerti, dan penumbuhan nilai-nilai religius bagi generasi bangsa.

(Cikarang, 13 Maret 2022)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

13 Mar
Balas

Keren banget mami sehat selalu dan sukses selalu untuk mami

13 Mar
Balas

Tulisannya mantap bunda, sukses selalu

13 Mar
Balas



search

New Post