Bukan yang Dikangenin

Oleh Lilis Sumarni

Bi Inah adalah seorang perempuan separuh baya yang setia melayani keluargaku. Karena Dia sudah lama sekali berada dilingkungan keluargaku maka Bi Inah sudah kuanggap sebagai saudara. Bukan hanya aku yang sudah dekat denganya bahkan anak-anak juga sudah mengganggap dia bukan orang lain. Dia sangat telaten sekali dalam mengasuh anakku, tidak heran semua anak-anakku sangat dekat sekali denganya. Selain telaten Bi Inah juga sangat pandai dalam menyajikan sebuah menu masakan. Orangnya rapih, dan apik sehingga keluargaku tidak merasa ragu untuk menikmati masakan yang dibuatnya.

Ketika Bi Inah sedang pulang kampung, semua anggota keluarga yang melakukan pekerjajan Bi Inah, ada yang kebagian menyiapkan keperluan keluarga, termasuk menyiapkan sarapan, beres-beres rumah dan lain sebagainya. Anakku juga ikut melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh Bi Inah. Wajahnya yang cantik terlihat tambah manis. Ketika aku bertanya sama anakku tumben mau ikut beres-beres rumah, jawabnya anakku lagi kangen katanya. Maka kudekap dia penuh kasih. Mungkin anakku merasa kangen sama ibunya setelah dua pekan ditinggalkanku ke luar kota.

Hari minggu pagi seperti biasa kami melakukan aktivitas rutin dari membereskan rumah sambil menyiapkan sarapan. Hari itu perhatianku lebih fokus kepada anak-anakku. Aku melayani semua keperluanya dengan ikhlas. Suasana sarapan terasa dingin, hening tidak ada yang berkata-kata, semua fokus pada sarapan yang sudah tertata di meja makan. Sekilas terlihat mata anakku sembab seperti menahan tangis. Naluri seorang ibu paham apa yang sedang dirasakan oleh anakku. Ketika aku tanya mengapa dia sedih dan menangis. “ Aku kangen Bi Inah, Mah” katanya.

Tamat