Subhanallah...

Usiaku genap 40 tahun saat seorang Dr meminangku. Tak pernah aku sangka, pertemuan karena ingin konsultasi dengan sang ahli membuat aku dilamar olehnya. "Maukah berjuang bersamaku?" Itu tanyanya saat seminggu kita intens saling memberi kabar.

Tanggal 10 Muharam( 20 September 1918)aku telah sah menjadi hambanya, seorang istri harus menjadi hamba dan suami harus menjadi Tuhan bagi istrinya. Mungkin kalian pernah dengar" andai seorang manusia bisa menyembah manusia, akan aku suruh seorang istri menyembah suaminya. Ini tentunya tidak berlaku bagi para pejuang gander.

Mah, suara Ambar memanggilku, Ambar putri pertamaku ia seperti anak laki-lakiku karena tomboy dan tingkahnya membuat lawannya selalu kewalahan, tidak suka diatur, ingin menang sendiri dan pintarnya selalu membuat keputusan sendiri yang harus ditaati oleh kedua adiknya Nur dan Ahmad. Ketiganya adalah hadiah dari sang Maha.

Maaaah, suara itu kembali memanggilku, " ya, kenapa? "Mamah kenapa gak ngasih uang ke Ambar?" Subhanallah, mamahnya baru pulang dari sekolah langsung ditanya. " Iya, mamah lupa". Mamah sih lupa, jadi kita jajan tadi disuruh nulis ". Iya, gak apa-apa nanti juga dibayar sama papah, iya, kan?

" Iya, sih".langsung dia kembali bermain. Nak...hanya itu? Engkau memburuku bukan karena kangen aku, mamahmu...tapi hanya ingin tahu what the reason you don't give us money.

Tuhan... Rahmat-Mu selalu aku damba...