AKU MENYERAH (Bagian 4)
Kata-kata bu Licha selalu membuatku termotivasi. Aku harus tetap semangat, aku tak boleh menyerah. Meski aku sangat tahu, aku sedikit memiliki mental yang berbeda dari orang lain. Aku sangat lemah dalam belajar. Apa pun tugas yang diberikan guru, tak pernah sekali pun bisa aku pahami. Namun semakin aku bertanya, aku semakin tak mengerti.
Padahal aku sudah berusaha datang lebih duluan setiap hari, semua tugas-tugas selalu ku kerjakan dengan tekun. Namun, aku selalu mendapatkan nilai rendah. Hanya beberapa yang sampai KKM, itu pun aku tahu karena guru kasihan kepadaku.
Akhirnya aku mencari tahu semua penyebab mentalku ini. ternyata dari beberapa parenting yang ku baca, semua itu terjadi lantaran aku selalu dikucilkan dan dianggap bodoh dalam keluargaku.
Air mataku akhirnya meleleh untuk yang ke sekian kalinya setelah mendengar ocehan kak Kinanti sore itu.
"Lia.., kami malu punya adik sebodoh kamu. Mulai sekarang kami takkan pernah menganggapmu sebagai adik lagi. Jangan mimpi ya rumah ibu akan kami biarkan untukmu!"
Kata-kata yang terlontar dengan cukup keras, seperti pedang yang menancap di hulu hati, membuatku ingin berlari dan berteriak sekuat mungkin.
"Ibu....aku lelah, aku menyerah....!!!"
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
kasihan sekali bu anak itu. Sungguh menderita
iya bun..mksh y