Lili Suriade, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BUKU PERDANA PEMBAWA CANDU BERKARYA

BUKU PERDANA PEMBAWA CANDU BERKARYA

Oleh: Lili Suriade, S.Pd

Jarum jam sudah menunjuk angka 11 , ketika aku baru saja mulai menulis malam ini. Aku memang harus bisa mencuri waktu di tengah kesibukan sebagai seorang guru dan ibu rumah tangga.

Aku memiliki 4 putri yang masih kecil-kecil. Kesibukan ku di rumah tentu bisa dibayangkan. Sepulang sekolah, setiap hari aku menyaksikan pemandangan indah. Pemandangan yang selalu ku syukuri walau hanya sebuah ruangan yang selalu mirip kapal pecah. Belum lagi tiap sebentar anak-anakku bertengkar dan menangis. Hingga larut malam pun seorang ibu sepertiku masih sibuk mengurusi anak. Setelah mereka tertidur, barulah aku bisa menulis.

Meski rempong menjadi seorang ibu, aku tetap bertekad untuk menulis setiap hari di sela-sela kesibukan. Walau terkadang ada rasa jenuh yang datang dari bisikan setan durjana, namun aku berusaha kuat untuk melawan semuanya. Teringat ungkapan dari narasumber MGI; “Jangan tunggu waktu luang, tapi luangkan waktu untuk menulis!”. Walau sederhana, kalimat tersebut selalu terngiang di pikiranku.

Sebenarnya bakat menulis sudah ku miliki sejak remaja. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa cerpen yang masih tersimpan di dalam tas sekolahku dulu. Selain itu, setiap enam bulan sekali aku selalu menamatkan sebuah diary, aku mencurahkan perasaanku kepada diary yang menurutku teman terbaik saat itu. Aku juga punya banyak sahabat pena yang ku kenal melalui acara “Kotak Pos” di radio RRI Padang. Namun bakat menulis itu, memudar bahkan terhenti setelah aku berumah tangga dan punya anak.

Aku juga ingat perkataan salah seorang dosenku waktu kuliah dulu; “untuk menjadi seorang penulis yang baik, kita harus menjadi pembaca yang baik terlebih dahulu. Artinya kita belum akan bisa menulis dengan baik sebelum membaca tulisan-tulisan orang lain yang bisa kita jadikan referensi dan motivasi”. Makanya, aku berusaha membaca buku-buku yang tentu saja ditulis oleh orang lain. Meski ada hasrat untuk menulis kala itu, namun keinginan tersebut lenyap begitu saja, ditelan kesibukan yang tiada henti.

Hingga pada Oktober 2020, aku berkenalan dengan Media Guru Indonesia yang menggagas sebuah kelas Sagusabu di Kuantan Singingi Riau. Kelas ini melatih dan membimbing guru yang ingin menjadi penulis secara Daring. Walau awalnya aku melangkah dengan ‘ragu dan malu-malu’, namun berkat bimbingan dan motivasi dari narasumber MGI serta dukungan dari orang-orang terdekat, akhirnya hanya dalam waktu satu bulan aku bisa menyelesaikan satu naskah buku solo berupa kumpulan cerpen dengan judul “Tinggalkan Cinta demi Cita-cita”.

Dalam buku tersebut, terdapat 15 cerpen yang ku tulis berdasarkan pengalaman hidupku sehari-hari, tentu saja dipoles dengan imajinasi. Alasanku memilih genre ini adalah karena sebagai guru Bahasa Indonesia aku merasa kesulitan menemukan cerpen untuk referensi saat mengajar. Selama ini, buku kumpulan cerpen belum banyak kutemukan, paling kita hanya bisa membaca cerpen lewat media cetak tertentu. Aku memilih judul ini juga karena melihat selera pasar. Artinya judul ini tentu lebih menarik bagi siswaku yang tengah menjalani masa remajanya.

Begitu buku perdana ini sampai di tangan, aku merasa sangat bahagia. Aku seperti mendapatkan spirit dan lecutan keras untuk terus menulis. Apalagi ketika buku tersebut diapresiasi oleh beberapa pembaca dengan positif. Sejak itu, hasrat untuk menulisku semakin membuncah. Bahkan hasrat itu kini telah berubah menjadi candu. Aku benar-benar telah kecanduan. Meski sudah menulis 3 buku solo dan 2 buku antologi, namun aku masih ingin terus menulis dan menulis.

Kini aku merasa, menulis bukanlah aktivitas yang menyita waktu. Aku sudah membuktikan semuanya. Sehari tidak menulis, aku merasa linglung, seperti masih ada yang kurang dalam hidupku. Bahkan suamiku menyebut aktivitas menulis ini sebagai narkoba yang telah meracuni hari-hari ku, hingga aku jadi kecanduan. Ya..aku memang telah kecanduan menulis. Aku tak pernah merasa puas dengan tulisanku. Semoga saja kecanduan ini segera menular kepada semua pembaca MGI.

Sumpur Kudus, 09 Mei 2021

Profil Penulis

Lili Suriade, S.Pd lahir di Sumpur Kudus, 3 Maret 1984 dari pasangan Bapak Khaydirus dan Ibu Salmiati. Meski terlahir sebagai anak ke 4 dari 6 bersaudara, namun sejak kecil beliau sudah terbiasa hidup mandiri. Hidup ini keras nak, jadi kita tidak boleh lemah menjalaninya! Begitulah pesan orang tuanya sejak dulu.

Lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang ini, mencoba menulis di Gurusiana dan telah berhasil menerbitkan beberapa buku solo dan buku antologi. Harapannya semoga dengan terus belajar menulis dia makin kecanduan untuk menyusun buku. Selain itu, buku ini menjadi bukti, betapa sebenarnya keterampilan menulis perlu terus dilatih bukan hanya untuk dikaji.

Riwayat mengajarnya bermula di SMAN 5 Sijunjung (2007), SMAN 4 Sijunjung (2009), SMAN 8 Sijunjung (2011) dan kembali lagi ke SMAN 5 Sijunjung dari tahun 2018 sampai sekarang.

Ibu dengan 4 putri ini sangat hoby membaca Alqur’an. Selain itu, ia memiliki tekad untuk bisa terus berkarya dan membahagiakan keluarganya, terutama kedua orangtuanya yang sudah makin renta.

Kritik dan saran, bisa dikirim melalui WA 082169806625. Atau melalui email: [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post