Lili Suriade, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPI DI MALAM TAKBIRAN

SEPI DI MALAM TAKBIRAN

Oleh: Lili Suriade, S.Pd

Malam takbiran adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Bagaimana tidak? Malam ini merupakan malam kemenangan umat muslim yang sudah menunaikan ibadah puasa selama bulan ramadhan. Sebagai luapan kebahagiaan atas kemenangan tersebut, Allah adalah zat yang maha agung yang paling pantas untuk disanjung dan dipuji dengan penuh semangat ke segala penjuru. Selama ini, di kota maupun di desa umat muslim akan berarak sepanjang jalan untuk mengikuti takbiran dengan penuh semangat. Mereka akan menyuarakan takbiran dengan berbagai model seperti berjalan kaki menggunakan obor, atau berkendaraan dengan komfoy.

Namun pada dua tahun terakhir ini suasana takbiran sudah tidak lagi menggema di mana-mana. Di kota maupun di pelosok desa, suara takbiran hanya terdengar dari mesjid ketika jamaah selesai menunaikan sholat berjamaah. Dalam waktu sekejap suara takbiran itu lenyap seketika. Hal itu terjadi lantaran merebaknya sebuah penyakit baru yang telah menghantui seluruh umat di dunia; virus corona.

Akibat covid 19, pemerintah melarang masyarakat untuk berkerumun, termasuk memeriahkan malam takbiran. Akibatnya, semua orang jadi enggan mengikuti ritual agama islam ini, lantaran takut melanggar aturan. Selain itu, larangan mudik juga menjadi penyebab sepinya suasana lebaran. Kita bisa bayangkan, bagaimana sedihnya seorang anak yang sudah setahun tak bisa memeluk orangtuanya, begitu sebaliknya. Betapa banyak orangtua yang terpaksa mengusap air mata lantaran tak bisa pulang kampung menemui keluarganya. Berbagai tanggapan masyarakat tentang kebijakan pemerintah ini pun bermunculan. Tentu saja ada pro dan kontra. Namun, pemerintah seolah tak peduli dengan semua itu.

Semestinya kita perlu merenungkan kembali, apa yang sebenarnya menimpa negeri ini? Di tempat-tempat umum, seperti di pasar dan di pusat perbelanjaan setiap saat orang-orang berdesakan hanya untuk memenuhi nafsu dunia. Membeli kue dan baju lebaran yang hanya merupakan tradisi mubazir seolah dibiarkan begitu saja. Sementara di tempat-tempat ibadah dengan niat dan tujuan yang mulia, justru tak diizinkan. Kita khawatir, sangat khawatir bahwa hal ini adalah tanda-tanda akhir zaman, dimana orang merasa kesalahan sebagai sebuah kelaziman. Semoga Allah senantiasa mengampuni dan menuntun langkah kita ke jalan yang benar. Semoga tahun depan kita bisa mengikuti malam takbiran dengan penuh kemeriahan, sehingga malam ini tidak lagi terasa sepi.

Sumpur Kudus, 12 Mei 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post