JANJI MANIS (T2 Bagian 3)
Aku hanya diam sambil tersenyum tipis melihat sikap Baryan menjerit kesakitan ketika diurut waktu itu. Dia terlihat kikuk dan malu ketika menyadari bahwa aku memperhatikannya.
" Kamu kenapa dik?" Dia mulai menyapaku
"Gak..aku hanya menemani teman."
"Boleh tahu siapa nama adik?" dia langsung mengulurkan tangannya. Aku pun terpaksa menyambut
"Dhiefa."
"Nama yang cantik, lebih cantik orangnya." Dia kemudian memperkenalkan dirinya secara singkat. Aku hanya engangguk-angguk mendengar penjelasannya.
Seminggu telah berlalu, aku tak pernah lagi bertemu Baryan. Memang waktu itu, kami gak sempat saling tukaran nomor HP. Hingga kamis sore, aku mendatangi sebuah conter HP untuk mengisi pulsa. Ketika aku henda berbalik pulang, tiba-tiba seorang cowok menghadang langkahku.
"Hai..Diefa kan?"
Aku kaget, ketika menoleh ternyata itu adalah Baryan.
"Oho iya. Apa kabar?" Tanyaku berbasa-basi
"Kabar baik. Alhamdulillah kita ketemuan di sini. Apa boleh aku main ke rumah kamu?" Pertanyaannya sangat berani hingga membuatku gelagapan untuk menjawab.
"O..tentu."
"Kalau begitu boleh dong minta nomor HPnya."Aku seperti orang terhipnotis. Dengan cepat nomor HP kubacakan dengan kancar.
"Oke, makasih ya dik, nanti abang hubungi."
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar