Lili Suriade, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tergesa-Gesa

Tergesa-Gesa

Oleh: Lili Suriade, S.Pd

Pagi itu, aku tergesa-gesa mengerjakan aktivitas rutinku sebagai ibu rumah tangga lantaran aku bangun kesiangan. Ketika aku membuka mata dan melirik jam di HP ternyata sudah pukul 6.30 WIb. Meski ada perasaan sesal yang menyesak di dada, namun aku tetap menunaikan sholat shubuh. Ya Allah..ampunlkanlah aku. Selanjutnya aku bergegas mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari memasak, mencuci dan membersihkan semua sudut rumah. Tapet pukul 08 WIB, Linda sahabatku menelphon.

"Gimana say..sudah siap berangkat?"

"Belum..aku baru bangun nih.." Suara serakku mulai merajuk pada Linda

"Aduh gimana sih? ntar kita telat lho."

"Sorry deh..aku kecapean. Pokoknya dalam waktu satu jam aku sudah sampai disana, okey?"

Telphon langsungku matikan. Selanjutnya aku terus belarian ke segala penjuru rumah untuk mengerjakan semuanya dengan cepat.

"Bun..mau mimik susu.." Tiba-tiba anakku yang bungsu merajuk.

"Aduh sayang..adikkan baru mimik susu. Sekarang makan nasi dulu ya. Nih bunda sudah masak sup sosis kesukaan adik." Aku langsung membujuk si kecilku. Dia terlihat sangat senang melihat sup sosisi yang masih setengah matang di atas wajan.

"Bun..mamam sup sosis...a

"Iya sayang..tunggu sebentar ya sayang, bunda mandi dulu."

"Gak mau...adik mau sekarang.."

"Aduh..maafin bunda ya nak, bunda sudah telat nih nanti bunda bisa dimarahi sama bapak kepala sekolah." Ucapku sambil memberi pengertian pada putriku yang masih 5 tahun ini.

Aku bergegas masuk ke kamar mandi. Hanya dalam waktu 3 menit, aku sudah selesai mandi kilat. Yah..begitulah mandi versi aku, seorang ibu dengan 4 putri yang masih kecil-kecil.

Tiba-tiba Sahaja kembali muncul mendekatiku yang tengah berpakaian.

"Bund..supnya sudah matang? Adik mau mamam..."

Aku berlarian ke dapur, ku ambil sendok ku cicipi kentang campuran sosis, ternyata sudah matang.

"Alhamdulillah,,supnya sudah matang, ayo bunda ambilkan nasi." Aku langsung mendinginkan sepiring nasi.

"Sekarang adik sabar sebentar ya, nanti disuapin sama ayah ya sayang."

"Gak mau...maunya sama bunda..." Dia kembali meerngek. Mendengar hal itu suamiku yang tengah asik dengan kerjaan montirnya langsung mendekati Sahaja. Aku mendengar Sahaja tetap menangis, minta disuapin sama aku.

Tapi waktu yang sudah menunjuk angka 9 membuaku terpaksa mengacuhkan tangisannya. Alhamdulillah suamiku akhirnya berhasil membujuk anakku. Sebelum aku benar-benar berangkat, aku sempat melihat ke tiga putriku berebutan saat disuapin sama ayahnya.

"Sayang..mamam yang banyak ya,bunda pergi dulu.." Aku menyalami dan mencium mereka satu persatu.

"da.da...bunda...dada..." Serperti biasa secara serempak mereka berlarian keluar melepas kepergianku. (Bersambung)

Sumpur

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hati-hati di jalan ya jangan ngebut

05 Jan
Balas

Waduh, hampir seperti kisahku. Mantap Bun. Salam sukses selalu!

05 Jan
Balas



search

New Post