Lilynd Madjid

Lilynd Madjid is me 😊...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kita Berteman 'Kan Alien? (part 5)

Kita_Berteman_Kan_Alien

Part_5

Ayah dan Bunda terbelalak menatap ke arah Roraz. Dia sedang menunjukkan wujud aslinya yang tanpa kamuflase. Sesosok tubuh kecil berkulit hijau dengan empat buah tangan di sisi tubuhnya. Telinga runcingnya menempel di sisi kepala yang berdahi lebar. Wajahnya tidak terlalu asing. Hampir mirip seperti manusia, hanya saja berwarna hijau seluruhnya. Membuat Roraz terlihat seperti… alien.

“MaasyaaAllah… Subhanallah… Allahu Akbar…” bunda tidak berhenti bertasbih sejak tadi. Ayah terbengong-bengong tidak percaya. Sementara Afif cekikikan melihat ekspresi kedua orangtuanya. Roraz sendiri segera mengubah wujud ke dalam bentuk kamuflasenya. Dia tersipu-sipu.

“Jadi, boleh ‘kan Roraz tetap di sini bersama kita?” Tanya Afif. Ayah dan bunda saling pandang. Kemudian bunda tersenyum.

“Tentu saja. Tapi… apakah Roraz memang benar ingin tinggal di sini bersama kita?” Tanya Bunda.

“Aku sudah tidak punya siap-siapa lagi.” Jawab Roraz.

“Kalau begitu… Mulai sekarang Roraz adalah bagian keluarga kita.” Kata ayah. Afif berteriak kegirangan. Mata Roraz berbinar senang.

***** ***** *****

“Ayo cepat isi formulirnya.”

“Untuk apa?”

“Kan kamu mau sekolah sepertiku. Ini formulir yang harus kau isi, Roraz. Ayo tulis namamu.” Afif tidak sabaran menyodorkan selembar kertas dan sebatang pena ke arah Roraz. Roraz mengangguk-angguk mengerti. Lalu mengisi formulir tersebut. Setelah selesai, Roraz menyerahkannya pada Afif. Senyum lebar Afif seketika menghilang saat membaca tulisan Roraz.

“Apa ini? Kenapa namamu jadi Bjyrorazx Bjyroxz?” susah payah Afif mengeja.

“Itu memang namaku, Bjyrorazx. Sementara Bjyrozx, itu nama ayahku.” Jawab Roraz. Afif menggeleng-geleng.

“Hah? Kau lahir tahun Bintang Merah? Usia seribu dua ratus tahun? Apa-apaan itu? Kau ini apa sih?” Afif terus saja menggerutu. Roraz sendiri tertawa-tawa melihat tampang Afif. “Dasar Alien!” maki Afif. Roraz makin keras terbahak.

“Memang aku alien, ‘kan? Seperti yang selalu kau bilang.”

“Iya. Tapi ini…” Afif melambai-lambaikan kertas formulir itu sambil cemberut sebal. “Percuma saja kau gunakan mekanisme kamuflasemu yang camggih itu, kalau kau malah membeberkannya di formulir ini.”

“Jadi, apa yang harus kutulis di sana?”

“Sini. Biar aku yang urus.” Afif merebut ballpoint dari tangan Roraz. Dia menghapus tulisan Roraz yang berantakan dengan tipe-ex. Lalu menulis ulang di atas formulir itu.

“Nah, ini baru beres.” Kata Afif tak lama kemudian. Sesaat dia memeriksa kembali formulir itu. Lalu tiba-tiba dahinya berkerut. “Ada poin yang belum terisi. Ini pertanyaan tentang makanan kesukaanmu.” Afif menggaruk-garuk kepala. Kenapa formulir pendaftaran menanyakan makanan kesukaan juga?

“Spjryksozixs.” Kata Roraz.

“Hah? Apa?”

“Spjrysozixs. Eeeu… itu sejenis makanan di tempat asalku. Lezat sekali, juga sangat bernutrisi. Semua orang di tempat asalku sangat menyukainya.”

“Oh ya? Sulit sekali namanya. Apa rasanya benar-benar lezat? Seperti apa kira-kira?”

“O, tentu saja. Mmmm… rasanya seperti….” Roraz berpikir sejenak. “Oh ya! Aku pernah menemukan yang aroma dan rasanya mirip dengan spjrysozixs. Kau ingat saat pertama kali menemukanku di gudangmu? Waktu itu aku sangat lapar dan lemah. Lalu tiba-tiba aku mencium aroma lezatnya. Aku heran kenapa ada Spjrysozixs dihambur-hamburkan dalam pot tanaman. Di dalam gudang juga aku menemukannya dalam kotak-kotak karton. Tapi sayang isinya tinggal sedikit. Tidak cukup mengenyangkan dan mengembalikan energiku saat itu…”

“Tunggu dulu! Apa kotak itu bertuliskan ‘PUPUK’?”

“Ya. Ada gambar binatang berkaki empat. Apa makanan itu terbuat dari daging binatang itu?” Tanya Roraz polos. “Oiya, kotak satunya bertuliskan ‘KOMPOS’ bentuknya mirip. Tapi rasanya tidak terlalu enak.” Kata Roraz. Tapi dia bingung melihat wajah Afif yang terlihat aneh.

“Dasar bodoh!” maki Afif. Setengah mati dia menahan tawanya membayangkan Roraz menyantap pupuk tanaman milik bunda. “Itu memang makanan, tapi untuk tanaman, bukan untuk kita. Gunanya untuk menyuburkan tanaman.” Kata Afif. Roraz terbengong-bengong. Padahal rasanya lezat sekali menurutnya.

“Sudahlah. Banyak yang harus kau ketahui tentang lingkungan di sekitar kita.” Kata Afif. “Yuk aku tunjukkan.” Afif mengajak Roraz keluar dari kamar. Roraz mengikuti Afif tanpa membantah.

“Euu… Afif. Apa menurutmu aku ini aneh?” Tanya Roraz tiba-tiba. Afif berhenti melangkah. Lalu menatap Roraz lama.

“Tentu saja kau aneh.” Kata Afif sambil tersenyum jail. “Kau ‘kan alien.” Sambung Afif sambil menepuk bahu Roraz.

Roraz melotot ke arah Afif yang segera berlari ke halaman meninggalkan Roraz. Di sana dia berhenti lalu berbalik.

“Tapi kau juga hebat. Kita akan selalu berteman ‘kan, Alien?” seru Afif sambil tersenyum lebar. Roraz ikut tersenyum. Tentu saja. Katanya dalam hati. Lalu dia berlari mengejar Afif. Sahabat sekaligus saudaranya di planet asing ini. Satu-satunya yang dia punya.

***Sementara selesai***

(sedang dalam proses part selanjutnya)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post