TULISAN MERUPAKAN WUJUD NYATA INVESTASI MEMBACA

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan dalam bidang kebahasaan yang cukup digemari banyak orang, karena melalui sebuah tulisan banyak hal dapat tersampaikan dengan jelas ketika ucapan tidak lagi bisa didengarkan. Hal ini terbukti dengan banyaknya fenomena yang ada saat ini, banyak orang tetiba menjadi gemar menulis dimedia-media sosial untuk sekadar mencurahkan isi hatinya, baik dalam bentuk cuitan ataupun menuliskan pantun dan puisi dilaman akun medsos pribadinya. Akan tetapi disadari ataupun tidak kegemaran menuliskan curhatan pribadi diakun media sosial terkadang menjadi seperti 2 mata pisau bagi penulisnya, jika sang penulis menuliskan tulisannya berbobot dan runtut tentunya akan menjadi tulisan yang menginspirasi bagi pembacanya, dan lain halnya menjadi kebalikannya jika penulis menuliskan sesuatu yang isinya tidak berbobot dan menggunakan diksi-diksi yang tidak tepat. Oleh karenanya jika dilihat sepintas menulis itu adalah kegiatan yang sangat mudah, namun jika ditelisik lebih dalam keterampilan menulis itu tidak semudah yang dibayangkan.

Bukti jika menulis itu tidak semudah yang kita bayangkan adalah ketika saya menyuruh peserta didik untuk menuliskan pengalaman pribadinya dalam 3 paragraf, kebanyakan keluhan mereka adalah “bingung bu”, “saya tidak bisa menulis bu...”, dan lain sebagainya dan hal ini dibuktikan dalam waktu 2 jam pelajaran hanya beberapa siswa yang mampu menyelesaikan tugasnya. Bukan hanya siswa saya yang mengeluhkan itu, karena jujur saja diri saya sendiripun mengalami hal yang sama, selalu merasa kesulitan untuk menulis dan menghasilkan tulisan yang baik.

Berdasarkan fakta tersebut akhirnya sayapun berusaha mencari tahu jawabannya. Hingga pada suatu hari saya temukan jawaban atas renungan yang saya lakukan, yakni melalui pengamatan dari beberapa penulis hebat yang ada di Indonesia mulai dari Bung Karno dengan tulisan-tulisannya, kemudian Ahmad Dhani dengan syair-syair populernya, seorang teman dengan geuritan-geguritan kondangnya di Yogyakarta, dan kepala sekolah saya dengan PTK-PTK yang dihasilkannya. Semua saya amati satu persatu, dari pengamatan saya semua penulis-penulis hebat yang saya sebutkan tadi, ternyata kesemuanya memiliki satu hobi yang sama yakni mereka semua rajin dan senang membaca buku. Bung Karno dengan hobinya membaca aneka macam buku, Ahmad Dani dengan kegemarannya membaca buku sastra, kemudian seorang teman yang selalu menenteng buku kemanapun dia pergi, lalu yang terakhir adalah kepala sekolah saya sendiri yang selalu membawa buku-buku pendidikan didalam tas kerjanya.

Dari sanalah jawaban saya temukan, bahwa membaca adalah bentuk investasi yang nyata untuk seseorang menjadi penulis yang baik. Melalui membaca inilah penulis-penulis hebat itu menghasilkan tulisan yang hebat, karena didalam memorinya merekam ribuan kata, sehingga tulisan yang dihasilkannya pun adalah tulisan yang berbobot dan terstruktur.

Melalui simpulan tersebut maka tidaklah heran jika pemerintah sekarang ini sedang gencar-gencarnya menggalakkan kegiatan literasi sebelum jam pembelajaran. Harapannya tentu sangat besar untuk para siswa agar memiliki hobi membaca, karena memang tidak dapat dipungkiri bahwa melalui membacalah semua ilmu akan terbuka, termasuk keterampilan menulis.

"Jadi apakah hari ini anda sudah membaca?"