LINA HERLINA

Menuangkan ide dalam tulisan adalah hobi yang menjadibenih cita‐cita untuk bisa mewujudkannya dalam sebuahkarya. Tahun 2005 hingga 2007 beberapa tulisan artik...

Selengkapnya
Navigasi Web
MERAIH EMAS BUKAN TANPA CERITA  Tantangan Hari ke-90 TantanganGurusiana

MERAIH EMAS BUKAN TANPA CERITA Tantangan Hari ke-90 TantanganGurusiana

Sungguh tak pernah terpikir bahwa selama tiga bulan ini aku akan “disibukkan” oleh suatu kegiatan yang sangat fantastis. Ya, tepatnya selama sembilan puluh hari terakhir ini, pikiranku tertuju pada suatu aktivitas yang meletupkan api semangat menulisku. Aku “terjerumus” ke dalam pengalaman pertamaku mengikuti kegiatan kepenulisan berupa tantangan menulis. Meski awalnya aku hanya berbekal nekat, namun daya hipnotis sang CEO Media Guru Indonesia sungguh membuat otak dan hatiku memicu munculnya aneka ide hingga akhirnya berhasil menaklukkan tantangan ini.

Mungkin bagi sebagian penulis menaklukkan tantangan ini bukanlah hal yang sulit. Namun bagiku yang cuma sekadar mau menulis karena mood dan suasana hati, sungguh ini menjadi kesulitan tersendiri manakala sang ide sedang sembunyi entah di mana. Jujur aku tidak punya keilmuan dan teknik menulis yang secara khusus kupelajari. Kalaupun ada beberapa tulisanku yang berhasil layak muat di media atau di penerbit buku karena lolos suatu lomba, aku tidak pernah tahu apa sebenarnya keistimewaan tulisan yang kumiliki. Aku hanya mengiyakan dan merasa senang. Itu saja.

Di antara keterbatasan yang ada, kebanyakan tulisanku adalah semacam aliran alami dari benakku melalui jari yang kuketikkan di atas keyboard, lalu terpampang menjadi rangkaian kata-kata di layar laptop. Berbekal insting yang kuat, aku menulis benar benar sekedar menuangkan isi hati tanpa banyak aturan itu ini. Aku hanya meyakini bahwa semakin kuat suasana hatiku maka akan semakin mudah kata-kata mewakili perasaanku tertuang dalam isi tulisanku. Jika tulisanku dimuat atau dilike banyak pembaca, itu hanyalah bonus. Lebih dari itu, yang paling aku nikmati adalah sensasi perasaan lega seperti terlepas dari sesak nafas. Sensasi inilah yang kemudian kubayangkan saat aku memutuskan menerima tantangan 90 hari menulis. Lalu apakah bayangan itu sesuai kenyataannya? Baiklah aku akan menuliskan bagaimana ‘the power of kepekso” ala ala pa CEO itu bekerja mengobrak abrik pertahanan diriku hingga aku berjibaku dengan waktu dan kesempatan. Jika ada orang yang marah karena merasa terjebak, maka hanya ada satu momen yang dikecualikan yaitu dengan terjebak dalam tantangan menulis di gurusiana, orang itu malah akan tersenyum bahagia. Jebakan yang aneh bukan? Jebakan yang ajaib dan jebakan yang positif. Mantaapp…

Pada awal aku membaca tayangan pengumuman di grup facebook Media Guru Indonesia, aku hanya merasa senang dan aku berniat mengikuti sebisanya saja. Mengapa demikian? Karena saat ini aku sedang mempersiapkan diri untuk menyusun tesis. Bulan Januari aku baru saja membuat kontrak mata kuliah Tesis dan tentu saja harus menyelesaikannya dalam masa satu semester segera. Jadi aku hadapi tantangan ini dengan dilematis namun penuh optimisme. Mungkin tantangan menulis ini bisa kujadikan relaksasi dalam perjalanan menulis tesisku. Begitulah kira-kira analisaku.

Hari-hari pertama tantangan aku lewati dengan mulus. Aku menulis tentang kisah pengalamanku melewati masa-masa perkuliahan S2 yang begitu sangat berarti karena harus kuikuti di usiaku yang sudah “di atas rata-rata”. Banyak judul ku persiapkan untuk memancing ide menulis. Namun saat judul itu diuraikan dalam bentuk tulisan ternyata tidak semudah yang semestinya. Terutama saat ide menulis tentang S2ku telah habis aku mulai kelimpungan mau menulis tema apalagi.

Hari demi hari kulalui menjadi sangat menegangkan saat sudah lewat jam enam sore namun ideku masih tertidur di otakku. Apalagi suasana hatiku sedang tidak bagus. Paket komplit antara tidak ada ide dan tidak mood lah yang paling mengancamku. Aku terkadang melakukan usaha tersendiri jika saat seperti ini melanda. Berusaha tetap santai aku kadang mencoba memancing ide dengan membaca tulisan teman di Gurusiana. Usaha lainnya aku lakukan dengan membaca tulisan penyemangat berupa “sindiran, ledekan atau candaan” khas Pak CEO yang mampir di grup. Atau adakalanya aku membaca tulisan lamaku di file berupa puisi atau apapun. Bahkan sekedar bermain dengan anak-anakpun bisa tiba tiba memunculkan ide.

Begitulah ternyata sang ide adalah modal utama selain keahlian atau kesenangan menulis. Sesungguhnya seperti sedang bermain petak umpet dengan ide, maka aku harus mencari cara dan strategi khusus bagaimana menemukan ide yang suka bersembunyi di suatu tempat. Hambatan muncul pula saat ide meledak-ledak tapi kesempatan untuk duduk tenang di depan laptop atau membuka layar catatan di handphone sedang tak memungkinkan. Di sinilah tantangan sangat terasa ketika ada dua aktivitas bentrok, aku dilema harus memprioritaskan yang mana. Kebanyakannya tantangan menulis lah yang menang karena memang bisikan hati selalu meyakinkanku untuk memenangkan tantangan ini.

Kini semua keraguan dan tanya sudah terjawab. Tulisan ini adalah bukti aku bisa memiliki kekuatan “terpaksa.dipaksa dan memaksakan” diri. Tulisan ini adalah tulisan hari ke sembilan puluh yang ditunggu selama ini. Tantangan menulis 90 hari yang mengandung nilai gizi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan hati dan pikiranku. Telah banyak cerita terlewatkan dan menjadi kenangan manis dalam hari hariku. Ini semua adalah tentang sebuah rasa yang bernama kesabaran. Sabar bahwa jika kita selalu punya tugas dan tanggung jawab sehari hari dalam menempuh kehidupan di dunia ini.

Menjadi renungan yang indah bagiku saat ku menyadari bahwa mungkinkah Tuhan memberikan tantangan hidup kepadaku? Berapa lamakah aku harus menaklukkan tantangan ini? 50 tahun? 60 Tahun? Wallahu a’lam. Tuhan bilang biarlah itu menjadi rahasiaNya. Tuhan hanya memberi tugas setiap harinya untuk melakukan hal hal baik, Hingga nanti kita dijemputnya saat kita dianggap sudah dinyatakan selesai memenuhi tantangan. Yang pasti Tuhan akan selalu memberikan hadiah indah bagi yang terbaik sesuai amalannya masing-masing.

Dengan pengalaman ini, aku berdoa agar aku selalu dapat terlibat dalam kegiatan positif. Bagiku sertifikat emas adalah wujud apresiasi yang bisa membangkitkan rasa percaya diriku bahwa aku berada di tengah-tengah pusaran orang-orang positif penuh semangat dan optimisme. Banyak cerita disana, namun semua bermuara pada kebanggaan dan kebahagiaan. Selamat kepada diriku dan teman teman yang pada hari ini telah merayakan hari kemenangan menaklukkan tantangan. Yuk bersiap memboyong sertifikat emas. Semangat terus yaa …..

https://ihsan.gurusiana.id/article/2020/2/formulir-pengajuan-piagam-penghargaan-tantangan-gurusiana-366720?fbclid=IwAR2mdgi1q106VQwetJlQJoUBIan_-dalBMsHyMhFrDUhfeKoapR2cePD1yg

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat, tetap semangat

13 Apr
Balas

Terimakasih ...semangat juga buat ibu ...

14 Apr

Tulisan ke 90 ini, "makin ber Nas dan bergizi" bu. Lanjutkan perjuangan

13 Apr
Balas

Alhamdulillah terimakasih ...masih terus belajar bu ..

14 Apr

mantap buuu

13 Apr
Balas

Terimakasih banyak ...

14 Apr



search

New Post