LINA HERLINA

Menuangkan ide dalam tulisan adalah hobi yang menjadibenih cita‐cita untuk bisa mewujudkannya dalam sebuahkarya. Tahun 2005 hingga 2007 beberapa tulisan artik...

Selengkapnya
Navigasi Web
SANG BIRU DAN PERAK PENGGUGAH SEMANGAT  Tantangan Hari ke-88 TantanganGurusiana

SANG BIRU DAN PERAK PENGGUGAH SEMANGAT Tantangan Hari ke-88 TantanganGurusiana

Menulis adalah hobiku sejak kecil. Aku mencatat pelajaran begitu rapi di buku tulisku sejak SD. Tulisan tanganku bagus jadi aku selalu bersemangat menyalin dan mencatat pelajaran. Masa SMP hobiku menulis kusalurkan dengan menulis diari. Aku suka mencatat kejadian-kejadian berkesan yang kualami baik itu kesedihan atau kegembiraan. Aku juga menyalurkan hobiku menulis waktu itu dengan menjadi sahabat pena, komunikasi dari jauh dengan surat menyurat melalui kenalan kenalan baruku yang kutemukan di majalah bobo. Bahkan di masa SMP ini aku pun mulai senang menulis surat cinta hihi ….jadi malu ah

Beranjak ke masa SMA aku masih menulis di diari dan tema tulisan bertambah dengan koleksi puisi puisi cinta ala masa remaja yang berbunga-bunga. Dari kisah di diariku aku mulai berani menulis cerpen cinta. Aku masih ingat dulu cerpen cerpenku lebih banyak bercerita tentang kesedihan-kesedihan.Kalau diibaratkan sekarang sih seperti kisah-kisah drama korea begitu hehehe ….sungguh perasaanku selalu langsung sedih lagi sedih lagi kalau membaca cerpenku sendiri. Aku selalu lebih mudah menuliskan kisah sedih karena bagiku itu sangat mengundang imajinasi untuk kutuangkan dalam kata-kata.

Di masa SMA ini aku pun sering membeli majalah kumpulan cerpen Anita Cemerlang dan Aneka Ria. Aku suka sekali membaca cerpen dan aku mengintip bagaimana cara mengirim naskah puisi ke majalah itu yang katanya bisa mendapat honor kalau cerpennya dimuat. Aku pun mencoba melibatkan diri dengan redaksi kepenulisan. Namun nihil, semua naskahku tak pernah ada yang dimuat bahkan jika dikembalikan begitu dilihat ternyata sudah banyak bahasa sansakerta alias coretan-coretan koreksi di sana sini. Rupanya karena aku tidak mengerti cara memperbaiki tulisanku aku pun putus asa dan kembali hanya menjadi pembbaca saja dan melupakan minatku untuk jadi penulis.

Lanjut ke masa kuliah, aku masih konsisten meneruskan minatku menulis. Catatan perkuliahanku bagus. Skripsiku juga sangat memuaskan. Jika dilihat lagi sekarang aku pun heran kok aku bisa menulis skripsi dengan tatanan bahasa yang begitu rapi dan dapat dimengerti. Entah seperti apa daya nalarku dalam menuangkan kosa kata saat itu jika dibandingkan dengan saat ini. Aku cuma merasa bangga pada diri sendiri. Tak apalah aku dibilang lebay dengan memuji diri sendiri. Tapi memang jujur baru kusadari sekarang bahwa proses perkenalanku dengan dunia kepenulisan memang sangat jauh sekali bibit perjalanannya.

Kini, entah bagaimana aku juga heran dalam 88 hari aku bisa menetaskan telur-telur kosa kata menjadi 88 tulisan yang terpampang di blog gurusiana. Jika tidak ada media blog gurusiana ini, biasanya tulisanku tercecer entah bagaimana dan entah seperti apa. Aku masih ingat dulu, masa antara selesai kuiiah dan menanti masa-masa mendapatkan pekerjaan serta menunggu jodoh, aku menulis banyak puisi dan membukukannya ala ala diri sendiri. Entah mengapa rasanya ingin sekali punya buku namun tidak mengerti caranya. Sungguh aku kurang bergaul dan tak membayangkan bahwa itu adalah bibit bibit kesukaanku yang bisa membuatku bahagia. Herannya buku kumpulan puisiku itu masih tersimpan hingga kini saking aku merasa berharga dan merasa bahwa itu adalah karya orsinil milikku.

Petualanganku mampir ke Gurusiana dan Media Guru Indonesia inipun bukan tanpa cerita. Kisah berawal ketika salah satu temanku menawarkan aku ikut gabung di komunitas kepenulisan belum lama ini sekitar tahun 2016. Aku sangat senang akhirnya ketika buku antologi pertamaku terbit tahun 2017. Sejak itu aku seperti keranjingan menulis bergabung banyak penulis lain. Beberapa tulisanku tembus lolos seleksi untuk bergabung dalam sebuah antologi. O ya …sebelum menulis antologi, tulisan ilmiahku tentang bidang bimbingan dan konseling pun pernah beberapa kali di terima dan dimuat redaksi surat kabar di kotaku yaitu Pikiran Rakyat.

Sepertinya aku menikmati sensasi dan tak bilang kepada siapapun termasuk suami dan putra putriku. Aku terus melacak even-even kepenulisan baik online maupun offline. Hingga tahun 2018 aku ikut Sagu sabu di kota Bandung dan setahun kemudian yaitu tahun 2019 berhasil menerbitkan satu buku tunggal pertamaku. Keterikatanku dengan Media Guru Indonesia setelah Sagu sabu ternyata terus terjalin dan bersambung ke grup WA dan grup FB. Hingga tiba masa diumumkannnya ada tantangan menulis aku tidak pikir panjang. Aku menyambut suka cita tanpa memikirkan beratnya tantangan dan kekhawatran akan itu ini. Aku benar-benar tak memikirkan alias ikut saja apalagi tema bebas sungguh membuatku “nekat”

Niat pertama tidak begitu idealis. Cukuplah 30 hari saja, pikirku. Tapi keisengan dan kerinduanku mengisi layar blog yang kosong membuatku menerukan mengisinya dengan tulisan lagi.Kebetulan memang ideku ada untuk menulis di hari ke 31 dan 32. Tidak terasa aku pun terus melaju hingga di tengah perjalanan kuterima piagam BIRU ku. Dari sanalah muncul semangat membahana. Aku beraksi terus hingga piagam PERAK pun mampir ke emailku. Ya Tuhan ….aku merasa terharu sungguh walau pembaca tulisanku tak banyak, tapi aku tak menyangka bahwa kesenanganku menulis layak mendapat penghargaan dari sebuah forum keren menewen sehebat Media Guru Indonesia.

Kini aku menuju pencapaian piagam Emas sebentar lagi. Semoga akupun akan menggapai impianku memiliki buku tunggal keduaku. Hampir 80% naskahku sudah kukoleksi di blog Gurusiana. Jika aku baca-baca kembali kadang aku tak menyangka dari mana datangnya rangkaian huruf-huruf itu. Hingga aku memiliki koleksi tulisan 88 judul dalam waktu 88 hari. Bahkan selain piagam biru dan perak, aku pun mendapat piagam pemenang lomba menulis di dua even lainnya dari MGI ini yaitu Internet Pendidikan dan Merdeka Belajar. Alhamdulillah.

Suami dan putra putriku sempat bertanya, “Ibu selalu serius banget di depan laptop sekarang setiap harinya, sedang bikin apa sih bu?” Hehe …mereka masih mengira aku sedang menulis tesis untuk kelulusan studi S2 yang sedang kujalani. Namun setelah kuceritakan yang sebenarnya dan kuperlihatkan Si BIRU dan Si PERAK serta calon EMASku mereka semua bilang “Terus semangat Ibu, Ibu memang ibu guru yang hebat” Begitu kata mereka. Ah sungguh rasa ini tak terkatakan lagi.

Jika aku memiliki pengalaman lucu di masa kecilku tentang hobi menulisku. Maka pengalaman kali ini pun semoga akan menjadi catatan sejarah jika suatu saat aku bisa membuat tulisan inspiratif yang memberi kemanfaatan bagi dunia keguruan dan pendidikan atau bagi khalayak umum. Bedanya kini aku tidak menuliskan kesedihan-kesedihan. Aku hanya ingin berbagai semangat dan kebahagiaan. Aku hanya ingin menularkan hal hal positif. Terimakasih Media Guru Indonesia yang telah menggugah semnagatku dengan kehadiran piagam BIRU dan PERAKnya. Semoga sebentar lagi tidak ada hambatan dapat kuraih EMASku. Sukses selalu untuk Media Guru Indonesia. Aamiin …

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post