Emaaak… suara sulungku memanggil tepat di belakangku. Aku gak bisa mengirim tugasku hari ini, ujarnya. Kuota datanya habis Mak. Lirih suaranya dibarengi genangan air bening di netranya. Sejak corona melanda, pembelajaran memang dilakukan secara daring. Hari ini dia harus mengirim tugas. Berupa foto tentang hal baik yang dilakukan untuk membahagiakan orang tuanya. Terbersit rasa bangga pada gurunya. Tetap menjaga karakter siswa walau jauh dari pantauannya.

Aku tersenyum untuk menenangkan hatinya. Kuraih android China keluaran tahun 2015 itu. Aku cek kuota di dalamnya. Tinggal 100 KB. Hm…, memang agak susah mengirim gambar jika kurang dari 1MB. Jebeng tenang ya, in syaa Allah masih bisa dipakai, hiburku. Hanya butuh bersabar. Besuk sore Emak akan menerima uang dari Bu Suparmi. Beliau pesan risoles untuk taklim, ujarku. Sudut bibirnya menyungging senyum. Lega hatiku melihatnya.

Matahari tergelincir perlahan. Kulihat sulungku memegang androidnya sambil tersenyum. Sudah berhasil kirim fotonya, Beng, tanyaku. Sudah Mak, tugasnya aku kirim tanpa foto, tukasnya. Bagaimana bisa, tanyaku cepat. Aku tulis langsung di chat Mak, ujarnya sembari menyodorkan androidnya. Kubaca perlahan “Hal baik yang saya lakukan pada Emak adalah tidak meminta isi paket data hari ini karena Emak baru punya uang besuk sore. Maaf Bu Guru, paket data tinggal 100 KB”.

Memori of Corona