Linda latif

menulis sebagai investasi dunia akhirat...

Selengkapnya
Navigasi Web
khoirunnas  anfauhum linnas

khoirunnas anfauhum linnas

Masa kecilku tak bisa dilepaskan dari sosok bapak. Beliau sosok yang ramah, mudah bergaul, kharismatik dan agamis. Detail kuingat saat beliau mengajariku membaca dan menulis huruf arab, saat kami bermain hujan-hujanan, saat kami dihukum dan saat beliau bersikeras melarang nenek menjodohkanku sejak kecil.

Pernah beliau berpesan “nduk, jadi orang itu kudu pinter, cari ilmu sebanyak-banyaknya. Biar kamu bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain”.

Sambil menyeruput teh hangat, beliau melanjutkan “jadi apapun kamu nanti, asal bisa bermanfaat bagi orang lain apalagi bagi agama itu sudah cukup. Hidupmu insyaallah barokah”.

Saat itu aku hanya menganggukkan kepala saja, meski tak begitu mengerti filosofi pesan beliau. Kini ketika kupelajari Islam, kutemukan bahwa pesan bapak adalah pesan Rosulullah Muhammad SAW ratusan tahun yang lalu. Beliau bersabda “khoirunnas anfauhum linnas ” sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia lain.

Subhanallah, pantas saja bapak rela meminjamkan uang satu-satunya untuk jatah beli sepeda demi membantu tetangga kami mengobatkan anaknya. Pantas saja beliau ridho membantu tugas ibu di rumah padahal pekerjaan sawah menumpuk menunggu beliau. Pantas saja meski lelah beliau dengan senang hati mendampingi kami belajar

“Nduk ibumu itu meski cerewet dan kaku, sebenarnya lembut dan penuh sayang.“ayo ringankan pekerjaan ibumu biar kerasnya hilang, lembutnya datang” ketika ingat obrolan bapak dulu, mungking beliau lebih viral daripada Dilan.

Kami sering makan buah dari sawah yang pak garap, kami juga sering ke kebun jeruk tiap minggu, makan jeruk sepuasnya, minum susu sapi, dari ternak yang beliau kelola. Itu kenanganku pada bapak. Kini di usia be liau yang 50 tahun, beliau tidak bercocok tanam, tidak juga berternak, pun tidak berkebun. Semua terjual, bukan karena hutang atau tertipu orang, tapi untuk biaya sekolah kami anak-anaknya.

Bertanam saat ini merugi kata beliau, habisnya banyak, menguras fisik dan emosi, berkebun juga sama. Beliau banyak menghabiskan waktuya melanjutkan dagangan ibu yang telah meninggal. Meski bukan pasion bliau, tapi tetap dijalani. Berharap tua tetap bisa berdikari tanpa belaskasih, bisa berbagi dan bermanfaat untuk orang banyak. Khoirunnas anfauhum linnas

#Revowriter

#Day05

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaallah, pesan yang luar biasa. Bun, 50 tahun menurutku belum tua, sebab aku sudah 51 tahun, hehehe. Sukses selalu dan barakallahu fiik

10 Jan
Balas

Aamiin, terima kasih supportnya Bund

10 Jan

Sebuah nasehat yang sangat bagus dan tulisannya keren. Sukses dan salam kenal

10 Jan
Balas

alhamdulillah semoga menginspirasi. terima kasih bund sudah mampir.sukses juga buat njenegan sekeluarga

10 Jan

Kereen Bun..nasihat yang sangat mulia

10 Jan
Balas

alhamdulillah semoga bermanfaat, terima kasih sudah berkunjung

10 Jan



search

New Post