LINDA SOLIHAT

GURU DI SMPN 13 KOTA SUKABUMI...

Selengkapnya
Navigasi Web

SUDAHKAH PARA GURU BERLEARNING METAMORFOSIS?

SUDAHKAH PARA GURU BERLEARNING METHAMORFOSIS?

Oleh:

Linda solihat, M.Pd.

Tantangan pendidikan di era globalisasi dewasa ini terasa lebih besar dan berat. Kemajuan teknologi yang demikian cepat memaksa setiap pendidik bisa menyesuaikan dan mengimbangi kemajuan zaman. Diperlukan guru kreatif yang bisa memotivasi siswa agar berprestasi baik. Untuk menjadi guru yang kreatif dan inovatif ternyata tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi perlu adanya latihan yang terus menerus. Kreatif maupun inovatif bukan ilmu yang bisa dipelajari tapi sesuatu yang bisa dilatih dengan dimulai dari yang sederhana. Inovasi dan kreativitas seseorang sangat dipengaruhi faktor internal, seperti segi fisik dan faktor psikologis inteligensi,

Masardi (2011) mengungkapkan bahwa zaman terus berubah maka tujuan yang paling mendasar dalam sebuah pendidikan yaitu membangun semangat ‘cinta belajar’pada semua peserta didik sejak awal. Dengan spirit dan mentalitas ‘cinta belajar’, apa pun yang dihadapi pada masa depan, mereka akan bisa bertahan untuk beradaptasi, menguasai, dan mengubahnya. Masardi berpendapat bahwa seorang guru harus memiliki kreativitas, pandai berinovasi, dan memiliki imajinasi . Semua peserta didik harus mendapat apresiasi yang baik dari guru. Mereka tidak saja harus menjadi cerdas secara intelektual, tetapi harus juga cerdas secara emosional dan spiritual.

Guru hebat adalah sosok pendidik yang selalu akrab dengan perubahan positif. Mereka adalah figur yang meninggalkan metode mengajar yang membosankan. Menjadi guru yang hebat adalah impian bagi setiap individu yang mengabdikan dirinya sebagai pendidik. Bekerja sebagai guru adalah pilihan yang mulia. Tidak hanya tekad atau kemauan yang keras, melainkan perlu strategi tertentu untuk mewujudkan keinginan setiap guru untuk menjadi hebat.

Banyak guru yang tidak optimal dalam mengelola kelasnya karena kurangnya pemahaman mereka akan cara mendidik yang baik dan benar. Ketidakoptimalan itu berpangkal pada minimnya pemahaman guru terhadap fungsi dan kemampuan otak serta kecerdasan unik siswanya.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan Masardi, penulis berpendapat bahwa seorang guru harus belajar pada alam. Penulis menyebutnya istilah ”teladan alam” atau Learning Metamorfhosis yang mampu menginspirasi dan membekali guru untuk menjadi hebat. Dengan mengambil konsep metamorfosis seekor kupu-kupu, yaitu dimulai dari ulat, lalu menjadi kepompong, hingga sempurna sebagai seekor kupu-kupu, penulis mencoba untuk terus bertransformasi meneladani kupu-kupu.

Metamorfosis adalah proses untuk menuju sesuatu yang lebih baik. Teladan alam melalui metamorfosis inilah yang harus dipahami dan dipraktikkan oleh guru sebagai sosok penting dalam pendidikan, khususnya di Indonesia. Guru yang bermetamorfosis adalah sosok pendidik yang selalu akrab dengan perubahan menuju yang lebih baik. Mereka adalah figur yang meninggalkan metode mengajar yang membosankan dan menggantinya dengan pendekatan baru yang segar, menarik, dan inspiratif .

Terdapat tiga fase penting dalam learning methamorfosis yatu fase ulat, kepompong, dan kupu-kupu. Fase pertama, ulat, mengupas titik lemah pembelajaran yang saat ini terjadi, seperti pembelajaran yang cenderung monoton dan membosankan , pembelajaran yang kurang menggali bakat dan potensi siswa, dan model pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kecapan akademis dan melupakan kecakapan hidup lainnya.

Fase kepompong merupakan fase perenungan ulang bagi guru ( recontemplation) terhadap proses pembelajaran yang saat ini dilakukan. Utamanya merenung ulang atas faradigma proses dan hasil pembelajaran yang telah guru lakukan sehari-hari. Terkadang. nilai atau indeks prestasi merupakan ukuran atau parameter keberhasilan siswa di kelas, namun guru cenderung mengabaikan multiple intelegence ( ragam kecerdasan) yang seharusnya diapresiasi guru seperti kecerdasan akademik, kecerdasan sukses, dan kecerdasan sosio-kultural-religi .

Pada fase akhir, Kupu-kupu, yaitu fase untuk mengubah proses pembelajaran menjadi lebih baik dengan melakukan perubahan seperti proses pembelajaran yang disadarkan untuk membuat siswa senang belajar dan membiarkan mereka mengembangkan pengetahuan yang mereka peroleh. Diharapkan terdapat proses pembelajaran yang sarat dengan sikap saling menghargai, mencuatkan motivasi, dan tidak memberikan label negatif, adanya kontrak belajar, dibangunya konsep pada awal pembelajaran seperti pemberian kisah-kisah inspiratif dan suasana pembelajaran yang lebih segar, inovatif, atraktif, dan menyenangkan.

Learning metarfosis diharapkan menjadi inspirasi bagi para guru untuk terus menginspirasi dan membekali siswanya agar cerdas, kreatif, dan hebat. Semoga

Sukabumi, 8 Desember 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post