Linggawati

Seorang Guru Ekonomi di SMA N 4 Prabumulih, Sumatera Selatan. Kelahiran Pangkalpinang, 24 Juli 1985. Riwayat pendidikan SD sampai SMA di PangkalPinang, melanjut...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI YANG MENDUA

HATI YANG MENDUA

Part 4

Part 4

Bryan membawa ku ke klinik yang tidak jauh dari rumah kami. Ia takut terjadi sesuatu kepada ku. Dokter memeriksa kondisiku. Syukurlah, hanya disuruh istirahat dan diberikan obat. Asam lambung ku kumat, penyakit yang selalu muncul jika aku banyak pikiran. Sesampainya di rumah, Bryan tetap seperti suamiku yang selalu memanjakanku. Ia melayani semua kebutuhanku. Manda pun senang melihat ayahnya ada di rumah. Karena kalau sesuai jadwal, harusnya ayahnya baru minggu depan pulang ke rumah.

sementara aku masih belum bisa terima kenyataan ini. Terlalu menyakitkan alasan suamiku mengkhianatiku. mengkhianati pernikahan yang sudah dibangun 13 tahun dengan alasan rasa simpati.

Aku tak tahu harus mengadu ke mana. Bagaimanapun, pernikahan kami yang langgeng dan penuh kasih sayang selalu menjadi pujian dari teman-temanku. Aku selalu dikatakan wanita yang beruntung memiliki suami Bryan. Tampan, baik, mapan, dan rajin beribadah. Tapi apa yang terjadi, hanya karena niat membantu ia sampai berzina. Aku benar-benar tak bisa terima, tapi aku harus bagaimana. Ia tetap menyayangiku, ia tetap sebagaimana biasanya ia berlaku sebagai suamiku. Ketika berada di rumah ia akan bermain bersama Manda, bermanja dengan ku, membereskan rumah, tidak ada yang aneh.

Rasanya aku ingin marah sejadi-jadinya atas pengkhianatan ini. Tapi semuanya sudah terjadi dan suamiku juga sudah minta maaf. Apa harus aku meninggalkan Bryan? Macam-macam pikiran yang bersenggelayut, hingga kembali membuat perutku mual dan kepala pusing. Ku paksakan tidur, tetap saja pikiran di kepalaku tak mau berhenti berkecamuk. Sementara Bryan tetap dengan setia di sampingku memijit-mijit keningku.

“Masih pusing, Bun? Sudah jangan terlalu banyak pikiran. Ayah benar-benar minta maaf. Pikirkan Manda, kasihan kalau Bunda sakit. Ayah besok sudah harus kembali kerja. Siapa yang urus Bunda kalau terus begini?” Bryan berkata dengan lemah lembut.

Aku hanya terdiam. Lelehan airmata bening tak dapat kutahan. Aku tahu kalau aku tak boleh larut dalam kesedihan ini, tapi aku tak bisa membendungnya. Sekuat tenaga aku ingin memaafkan suamiku tapi pedih itu sangat terasa. Membuat tangis ini tak bisa kutahan.

“Bunda mau kan memaafkan Ayah. Ayah janji itu adalah pertemuan pertama dan terakhir antara ayah dan Shelly,” janji Bryan.

Ku tatap mata suamiku. Wajahnya penuh penyesalan dan berharap akan maafku. Aku sangat mencintainya. Bryan adalah satu-satunya pria di dunia ini yang pernah aku cintai selain Abah di kampung. Ya, aku menikahi cinta pertamaku dan semoga akan jadi cinta terakhirku. Ku hela napas panjang. aku tidak sanggup jika rumah tangga kami harus berakhir karena permasalahan ini. Aku harus maafkan Bryan, demi Manda dan demi kebahagiaan kami.

“Bunda sudah memaafkan ayah, tapi ayah janji tidak akan ada lagi pertemuan selanjutnya dengan wanita itu,” aku berkata dengan nada pelan tapi sorot mata yang penuh amarah.

“Iya bun, ayah janji. Tapi ayah juga minta izin untuk memberikan bantuan bulanan untuk keluarga Shelly. ini sudah janji ayah kepada nya, Bun,” pinta Bryan.

“Haruskah itu ayah, itu bukan kewajiban ayah menghidupi keluarga mereka,” aku masih belum bisa terima keputusan itu.

“Bun, kita sebagai sesama muslim jika punya kemampuan menolong sesama muslim yang mungkin terjerumus dalam dosa kenapa tidak kita lakukan. Besar pahalanya, Bun,” kembali Bryan coba menjelaskan.

Aku tidak bisa lagi berkata-kata. Aku tahu sifat suamiku memang lembut dan penyayang. Ia tulus lakukan itu. Tapi rasa masih belum bisa mempercayainya seratus persen jika tidak akan lagi terjadi kejadian seperti yang terjadi antara suamiku dan Shelly. Tapi setelah ku pikir-pikir, rumah Shelly dan kos ayah cukup jauh. Mungkin susah bagi mereka untuk bertemu kembali.

“Baiklah ayah, Bunda terima keputusan ayah untuk membantu Shelly dan keluarga. Tapi izinkan Bunda terlebih dahulu berbicara dengan Shelly,” ucapku.

“Baiklah Bun, biar ayah telponkan dulu Shelly nya,” Bryan beranjak mengambil Hp nya yang diletakkannya di meja. Sementara aku kembali mencoba mencerna keputusanku. Apakah tepat memberikan bantuan bagi wanita yang sudah menggoda suamiku sehingga mengkhianati rumah tangganya?. Tapi aku takut wanita itu akan kembali menggoda suamiku demi uang. Akan lebih baik memberinya bantuan asal tidak lagi mengganggu suamiku, hitung-hitung tabungan pahala.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waah dramatis sekali bunda, tresna jalaran saka kulina. Mudah-mudahan Bryan tidak lagi jatuh ketiga kalinya, lanjut Bunda.. keren

29 May
Balas

Makasih ubu, semoga Bryan bisa pegang janji nya

29 May

Lanjut

29 May
Balas

makasih bu

29 May



search

New Post