"Nu, hari ini kita jadi kan ke RSJ", aku bertanya kepada Danu ketua Osis di sekolahku saat ini. Saat itu kami sedang menikmati istirahat di kantin sekolah. Aku dan Danu sama-sama aktif di OSIS, Danu ketua sementara aku wakilnya. Hari minggu yang akan datang, sekolah kami mengadakan kegiatan studi wisata yang salah satu agendanya adalah sosialisasi mengenai bahaya Narkoba dan akan dilaksanakan di RSJ di kabupaten tetangga. "Ya jadi Is, kan kita hari ini harus memastikan kesediaan RSJ untuk menyediakan tempat sosialisasi sekaligus narasumbernya. Nanti setelah jam istirahat ini kita berdua izin ke guru piket untuk pulang lebih awal," Jawab Danu. Kami bergegas menghabiskan makanan kami. Setelah itu, kami berdua menemui Pak Abdullah selaku pembina OSIS untuk menyampaikan permohonan izin kami untuk menyelesaikan urusan kegiatan studi wisata. Pak Abdullah mengizinkan, bahkan ikut menemani kami izin ke guru piket.

Setelah mendapat izin dari guru piket, kami berboncengan naik motor ke RSJ. Jaraknya dari sekolah kami sekitar 20 menit. Danu mengendarai motor dengan hati-hati. Sesampai di RSJ, kami langsung masuk ke area rumah sakit. Setelah memarkir motor, kami langsung menuju kantor. untuk masuk ke ruangan kantornya, dari lobi utama RSJ dibatasi dengan terali besi. Setelah mendapat izin dari petugas jaga dan menyampaikan maksud kedatangan kami, kami langung diarahkan menuju ke ruangan kantor untuk menemui Pak Ahsan bagian Humas Rumah sakit. Setelah melewati gerbang, nampak di dalamnya terdiri atas ruangan yang masing-masing berterali dan digembok. Tidak semua pasien berada di dalam ruangan terkunci, tetapi ada beberapa yang dibiarkan beraktifitas disepanjang koridor. Dihatiku ada perasaan cemas, bagaimana kalau pasiennya ada yang mengamuk dan mengganggu kami. Dengan terburu-buru kami naik ke lantai 2 menuju ke ruangan Pak Ahsan.

Pak Ahsan menyambut kedatangan kami dengan baik. Alhamdulillah RSJ sudah siap untuk kedatangan kami hari minggu nanti, mulai dari ruangan sampai narasumbernya. Mendengar kabar itu kami merasa senang, Pak Ahsan pun memberikan surat pernyataan kesediaan rumah sakit kepada kami. Selesai urusan dengan Pak Ahsan kami berpamitan dan langsung ke luar ruangan. Ketika menuruni tangga ada beberapa pasien yang mengikuti langkah kami dari belakang. Aku semakin cemas dan berjalan cepat mendahului Danu. Tiba di pintu terali yang membatasi antara ruangan pasien dan lobi rumah sakit, aku segera menarik pintu terli yang tidak terkunci. Anehnya pintu intu tetap tidak mau terbuka. Aku semakin cemas karena terdengar pasien di belakangku yang sudah sangat dekat memanggil ku. "Dorong, Mbak, Dorong Mbak," Kata suara dibelakangku sedikit terdengar keras. Dan Aku tahu itu bukan suara Danu. Aku semakin cemas. Kupikir mereka akan mendorongku. Aku langsung teriak-teriak memanggil petugas jaga. Dari belakang terdengar Suara Danu. "Is, mereka tuh suruh dorong teralinya jangan di tarik," setengah tertawa Danu melihat tingkahku. Ampun, aku malu sekali. Ternyata pasien yang sudah hampir sembuh memang tidak lagi dikarantina di ruangan berterali dan mereka dengan warasnya memberi tahuku untuk mendorong teralinya bukan menariknya. Tapi aku malah teriak-teriak ketakutan. Aku akhirnya tersenyum geli sendiri dan setengah berlari langsung menuju parkiran.

#TantanganMenulisGurusiana Hari ke- 10