Sahabat Malam- Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke-85
Sahabat Malam
by Lisa Andriani,S.Pd.
"Sayang, sudah pukul sembilan lho. Ayo bobo dulu ntar besok bangun terus jalan-jalan Ayah," bujuk ibu ke Dede Nissa. "ouch...yayaya...ehmmm," Dede menggelengkan kepalanya isyarat ia masih ingin bermain. " Dede Nissa, bobo sama Kakak ayo?," ajakan Kakak Ine. Dede Nissa malah menangis melihat ke arah sudut kamar. Tangisannya semakin kencang. Seisi rumah bingung dibuatnya. Ayah segera menggendong Dede Nissa dan menimangnya. Kemudian tiba-tiba Dede Nissa tersenyum melihat ke suatu sudut rumah.
Beberapa malam hal yang sama terjadi seperti itu. Ayah, ibu, dan Kakak Ine tidak tahu penyebabnya. "Kenapa ya bu Nissa selalu rewel tengah malam sampai Subuh dan diam saat Ayah berdiri di sudut ruang tamu?," Ayah kebingungan. "Aku juga heran Ayah. Kata orang tua dulu anak bayi ya seperti itu," Ibu menimpali.
Suatu malam Kakak Ine bermimpi. Dalam mimpinya Ine bertemu dengan seorang dua anak laki-laki kecil. Mereka mengaku adik dari Ine. Mereka juga mengaku kakak dari Dede Nissa. Ine terjaga dari tidurnya dan langsung memeluk erat ibu." Ibu....ibu...Ine takut," begitu erat pelukan Ine. "Sayang, kamu kenapa? Kok bangun langsung meluk dan ketakutan gitu?," Ibu memeluk dan mengusap pipi Ine yang penuh air mata. "Sayang, minum dulu yah biar tenang," ibu memberi segelas air putih. "Ibu, tadi Ine mimpi ada dua anak kecil laki-laki. Katanya mereka adikku dan kakak Dede Nissa," terang Ine seraya memeluk erat ibu. "Ine tidak usah takut itu hanya mimpi. Sebelum tidur baca doa jadi tidak mimpi yang aneh," papar Ibu ke Ine. Pagi harinya, ibu cerita ke ayah tentang mimpi Ine. Ayah lalu menjelaskan mungkin itu yang dimaksud Ine adalah anak kedua ibu yang dulu keguguran. Seketika itu juga Ibu baru tersadar mungkin memang benar itu adalah janin sewaktu keguguran tiga tahun yang lalu.
"Kakak sedang apa berdiri di situ?," suara Ayah memecah kekhusyukan doa Ine. "Ayah, kata eyang putri dan Kakung, Ine harus mendoakan adik Ine yang juga kakak Dede Nissa. Eyang Kakung cerita di sini makam adik Ine yang dulu keguguran."
Malam harinya Dede Nissa masih menangis dan meminta Ayah ke sudut ruang tamu sewaktu digendong. Bahasa Dede Nissa memang tidak kami ketahui. Tapi seolah Dede Nissa tersenyum dan berkomunikasi. Mungkin dengan sahabat malamnya. Sahabat yang hanya Allah tahu keberadaannya.
Salam Literasi, 2 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren,,, lanjut say
terima kasih bunda. Salm kenal
Kereen Bu cerpennya.
terima kasih sudah baca dan komen cerpen anaknya. Salam kenal bu.
Baguss Bun....mantap bahasanya
terima kasih Bunda sudah baca dan komen. Salam Literasi.
Mantap bun
Terima kasih sudah baca dan komen. Salam kenal.
Mantul, bu
Terima kasih bu sudah baca dan komen. Salam kenal.