Lisa Lazwardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Setahun Berlalu ( part 4)

Setahun Berlalu ( part 4)

Tantangan Hari ke-51

Dalam kondisi badai dan hujan lebat, akhirnya kami bisa juga memasuki kota padang. Semua pertolongan Allah, karena sesampainya kami di Rumah Sakit dapat telpon dari Ni Cici sepupu Uncu yang mau pulang ke Solok, memberitahukan Ni Cici tidak bisa pulang ke Solok karena jalan Solok-Padang putus. Ada pohon tumbang dan longsor. Rezki Uni, dalam situasi sulitpun kita bisa sampai di Padang. Melihat kondisi Uni yang capek kami tidak mampir ke rumah Marapalam tapi langsung ke Rumah Sakit. Da Andi masih di Jakarta berulang kali menelpon mencemaskan kondisi Uni. Uni menjawab, " Jangan cemas Uda, Annisa bisa urus semua adm untuk masuk perawatan."

Setelah menunggu agak lama di mobil, Annisa menelpon menyampaikan bahwa Mama sudah bisa masuk ruang perawatan. Malam itu tidak ada tindakan medis, hanya cek darah dan Uni disuruh istirahat, Uni kelihatan sangat lelah. Saatnya menyiapkan kondisi tubuh untuk kemo besok pagi. Ini sudah kemo yang ke sekiannya, diawali cek darah, jika HB di bawah 10 maka harus transfusi darah dulu. Dua minggu setelah kemo cek darah lagi untuk melihat kondisi persiapan kemo berikutnya. Begitulah hari-hari yang dilalui, Rumah Sakit sudah menjadi rumah kedua. Bedanya dengan Dharmais, sekarang anak-anak bisa kuliah dan da Andi juga bisa berdinas sambil merawat Uni.

Kondisi Uni yang naik turun membuat semua semakin kompak berusaha menormalkan kondisi. Anak-anak semakin mandiri, dan selalu meluangkan waktu untuk mamanya. Dulu waktu Annisa kelas VI SD, pengasuh anak-anak pamit pulang kampung tapi tidak kunjung balik. Ternyata Kak Inetnya anak-anak mau menikah. Setelah Inet tidak di rumah lagi, Uni tidak mencari pengasuh lain. Menurut Uni, Anak-anak sudah besar, sudah saatnya diajarkan tanggung jawab. Annisa, Varra dan Arsyad berbagi tanggung jawab di rumah, membersihkan rumah dan halaman, mencuci piring, membantu mama menjemur pakaian, menggosok baju sendiri, membersihkan kamar mandi dan sedikit-sedikit mulai belajar memasak.

Kami sering menyarankan, dengan kesibukan Uni yang tinggi di Puskesmas dan menjadi dosen lebih baik mencari asisten rumah tangga lagi. Tapi Uni menolak dan mengatakan saatnya Anak-anak belajar. Karena didikan Uni dan Uda selama ini, membuat kami bisa mengandalkan Annisa dan Savarra untuk merawat Mamanya sekarang. Arsyad bisa mandiri di Batu Sangkar saat Mama dan Papa harus menginap di RS Padang maupun Jakarta. Ketangguhan Anak-anak yang luar biasa adalah buah dari cara Uni dan Uda mengajarkan tanggung jawab dan tidak memanjakan mereka.

Awal Desember 2018, kami mendapat telpon dari Uni. " Uni sudah sembuh," terdengar serak suara di sana . "Alhamdulillah.." serasa rembulan jatuh tiba-tiba di telapak tangan membuat penulis menangis, hasil pemeriksaan Uni sudah bebas dari leukimia. Kami berdua langsung sujud syukur, kemungkinan yang sangat kecil untuk terbebas dari leukimia. Benar-benar sebuah kejutan, tidak dapat kabar sebelumnya kalau Uni cek labor hari ini. Tapi sayangnya kegembiraan ini tidak berlangsung lama. Tiga hari kemudian Mama menelpon, ada kesalahan dari pembacaan cek darah kemaren tuh. Dokter Effel yang penanggungjawab medis Uni, baru pulang dari Jakarta dan mencek kembali, ternyata hasil laboratorium menunjukkan angka yang melampaui batas normal. Baru saja kita merasa legah karena sebelumnya Uni sudah dinyatakan sembuh, ternyata hari ini kita mendapat berita yang bertolak belakang. Kecemasan kembali menghinggapi hati kami.

Mama bercerita, bahwa dokter Effel menyemangati Ni pit untuk tetap kuat. Dokter bilang, " Saya sangat mengerti perasaan Pit dan pernah melalui hal ini. Tetap semangat dan kita lanjut tahap berikutnya. Pokoknya kita berusaha yang terbaik untuk kesembuhan Pit." Pak Dokter ini teman seangkatan Uni di Fakultas Kedokteran UNAND. "Baik sekali dokter itu ke Uni ya Mam, sahabat yang kompak," komentar penulis. Mama tersenyum hambar dan bilang, " Effel pernah melalui ini Nak, dan istri pertamanya meninggal karena leukimia." Ya Allah, selamatkan Uni kami.

Dua minggu yang berat, banyak tes labor dan konsul dokter, akhirnya diputuskan Uni harus ke Dharmais lagi. Dokter Dodi sudah dihubungi, Da Os pun siap menunggu Uni di Dharmais. Sore itu tanggal 3 Januari 2019, penulis mendapat chat undangan acara di aula Gubernuran. Sebuah amanah yang datang tiba-tiba, penulis menelpon Mama dan minta ditemani untuk acara di Gubernuran. Pagi pembekalan di aula diknas dan jam 14:00 WIB pelantikan di aula Gubernuran. "Mama, ikut yang di Gubernuran ya Mam... bareng Mama Payakumbuh," rengek penulis ke Mama malam itu. Mama menjawab," Mama bahagia Lisa diberi Allah amanah, tapi Mama ragu Nak, kita lihat kondisi Uni besok ya. Kalau memungkinkan Mama ikut, tapi kalau Uni tidak bisa ditinggal Mama di rumah ya Nak.."

Jam 6 pagi penulis sudah berangkat ke Padang, bersama Uncu dan Mama. Sementara penulis mengikuti kegiatan pembekalan di diknas, Mama ke rumah Marapalam untuk bisa lebih lama bersama Mama dan Uni. Sebelum sholat Jumat penulis dijemput Uncu agar bisa menemani Uni dulu sebelum acara berikutnya. Uni tergolek lemah, "Anak manja, gak salah nih jadi kepsek?" usilnya keluar. Penulis tertawa dan balas mengatakan,"Iya juga ya Un, bisa gak ya Lisa?" Pandangan menguatkan dari mata Uni, "Insya Allah bisa, tapi belajar marah lagi ya." "Tidak semua hal bisa diselesaikan dengan manjamu tuh.." ledek Uni lagi membuat kita semua tertawa.

Penulis pamit untuk menukar baju, surat undangan disampaikan bahwa Ibu-ibu memakai baju nasional. Kebaya panjang dan songket jadi pilihan penulis dan perlu sedikit polesan make up minimalis. Tiba-tiba terdengar isak tangis Uni dari kamar Mama, "Apa yang terjadi, bukannya uni ditemani kedua mama kami?" Berlari penulis ke kamar Mama, "Arsyad....Arsyad mau UN," kata Uni berurai air mata. Penulis mengenggam tangan Uni, "Jangan ragu Uni, kami akan urus Arsyad, temani belajar kalau perlu kerja bolak-balik dari Batu Sangkar ke Paykumbuh." Ternyata Uni baru saja telponan dengan Arsyad, untuk menyampaikan kalau hari Minggu mau berangkat ke Jakarta. Arsyad menangis, "Arsyad mau UN Ma, buku detik-detik belum dibeli." Arsyad sangat dekat dengan Uni, sepanjang usianya hanya mama yang membimbing belajar. "Jangan ragu Uni, buku detik-detik tuh dari Payakumbuh nanti. Jangan Uni pikirkan, Arsyad tanggung jawab kami," penulis memeluk Uni berusaha meyakinkan. Akhirnya tangis itu berhenti. Dua belas tahun pernikahan penulis dengan Uncu baru sekali ini melihat Uni menangis. Uni kami paling tangguh, saat kita kehilangan anggota keluarga biasanya Uni yang menguatkan kami. Hari ini perasaan sayang seorang Ibu kepada anaknya meruntuhkan semua pertahanan.

Hari keberangkatanpun tiba, perjuangan dimulai lagi. Minggu pagi di Bandara Internasional Minang Kabau, seluruh keluarga besar kita berkumpul. Sepupu dan anak cucunya juga bergabung, itu kelebihan keluarga besar kita. Selalu kompak dan saling menguatkan di saat tersulit sekalipun. Semua saling bercanda seolah-olah Uni tidak sakit. 30 menit sebelum keberangkatan satu persatu mulai mulai memeluk dan mencium uni dengan berbagai ungkapan penguatan. Kembali Uni bilang, "Titip Arsyad ya Dek.." penulis balas dengan anggukan dan pelukan. Dada ini rasanya sesak menahan tangis, diam-diam penulis menyeruak ke belakang kerumunan kami, tumpah juga air mata yang sudah ditahan dari tadi. Cepat-cepat penulis ambil tisu, mengeringkan air mata menghirup nafas panjang dan kembali bergabung ke pintu masuk bandara. Uni sudah mau masuk antrian, dengan segenap rasa sayang kembali kami berpelukan erat. Akhirnya kita saling melambaikan tangan. Hati ini perih dan penuh kecemasan, mungkinkah kita bisa kembali bersama Uni? (...)

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ondeh...Maaf uni, foto uni ndak ado di blog iko.Tarimo kasih uni, lah menjadi keluarga kami Semoga silahturrahmi kito tetap berlanjut yo uni..

24 Apr
Balas

24 Apr
Balas

Trima kasih Ibu..Jadi susah ibu bacanywMaaf tenyata spasi antar paragrafnya tiba-tiba hilang saat posting di blog.

24 Apr

Trima kasih Ibu..Jadi susah ibu bacanywMaaf tenyata spasi antar paragrafnya tiba-tiba hilang saat posting di blog.

24 Apr

Lisa pasti lupo sama uni ..uni Dewi staf buk piet..masih ingatkah

24 Apr



search

New Post