Lisa Lazwardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Setahun Berlalu (Part 5)

Setahun Berlalu (Part 5)

Tantangan Hari ke-52

Menitip Arsyad yang mau UN, memang jadi pemikiran uni nampaknya. Baru juga beberapa hari di Dharmais Uni sudah menanyakan, "Apa buku detik-detik buat Arsyad sudah dibeli Tante Lisa?" Penulis tertawa, "Tenanglah Mama, bukunya belum beredar kalau sudah ada di pasaran, langsung Tante tangkap untuk si bungsu Mama tuh.."

Kedatangan di RS Dharmais kali ini tanpa mampir ke tempat kos dulu, langsung masuk IGD. Untuk mendapatkan ruang perawatan juga agak lama, karena sudah lama keluar dari RS, susah untuk dapat kamar lagi. Biasanya kalau kita sambung menyambung kemo, ada prioritas untuk memperoleh kamar rawatan. Dokter Dodipun turun tangan, dan ada teman Uni yang juga dokter di RS di Jakarta yang bantu. Target pertama adalah pemulihan Kondisi umum Uni, tidak langsung tindakan untuk pengobatan kanker. Kondisi Uni sudah sangat lelah ditambah perjalanan dari BIM ke Soekarno Hatta lanjut ke Rumah Sakit di daerah Slipi. Bantuan infus dan beberapa vitamin membantu penguatan kondisi Uni yang sudah lemah saat berangkat ke Jakarta.

"Tante, Arsyad tuh Try Out pertama, nilainya bagus-bagus tapi Fisikanya rendah. Tolong dibantu ya.." permintaan Uni ditelpon hari itu. "Siap, Mama. Sabtu besok kami ke Batu Sangkar," dengan cepat penulis menyanggupi permintaan Uni. Setelah keberangkatan Uni seminggu yang lalu, kami memang belum ke Batu Sangkar lagi. Karena Uni meminta Da Andi untuk di rumah dulu menemani Arsyad sebentar. Ada Papa bisa menguatkan hati Arsyad yang galau dengan persiapan mengadapi UN sementara Mamanya harus ke Jakarta lagi.

Mewarisi kecerdasan Mama dan Papa, IQ Arsyad di atas rata-rata teman sekelasnya. Tidak susah untuk mengajarkan Arsyad Fisika. Sore itu penulis menjelaskan tentang Azaz Black, Rangkaian Listrik, Usaha dan Energi, dan materi lain yang menurut Arsyad sulit. Penulis mengajarkan ringkasan materi, satu contoh soal dengan pembahasan, selanjutnya Arsyad menyelesaikan 3 soal lainnya sendiri. Sambil belajar kami sempat vidio call juga dengan Uni. Terlihat Uni bahagia mendengar Arsyad bilang, "Sekarang tidak ada lagi yang sulit Ma. Arsyad sudah mengerti." Gelak tawa kami berderai saat Arsyad mengatakan, "Ma, Syad tahu tante Lisa guru, tapi Arsyad tidak tahu kalau Tante guru Fisika. Kalau tahu dari dulu, tidak perlu Arsyad pusing mikirkan soal Fisika ini. Bisa belajar sama Tante saja di rumah"

Da Andi tidak lama di Batu Sangkar, awal Februari Arsyad kembali sendiri dan kami datang 2 kali seminggu menemani Arsyad belajar atau sekedar ikut berkumpul dengan teman-temannya. Uni dan Uda sangat dekat dengan dengan anak-anak itu. Dulu mereka latihan silat di rumah kami, tapi terhenti karena guru silatnya mendadak sakit. Kalau lauk setiap hari, selalu saja sudah ada yang mengantarkan, sehingga kalau mau datang tante menelpon dulu menanyakan Arsyad mau dibawakan apa. Teman-teman Uni luar biasa, tante Marni juga sering datang melihat persediaan makanan anaknya.

Pagi itu saat istirahat pertama di sekolah, penulis mendapat telpon dari Arsyad,"Tante... Arsyad juara satu Try Out 2, nilai Fisika juga tertinggi," terdengar riang suara si bungsu. Selang 10 menit kemudian mamanya Arsyad yang menelpon, " Alhamdulillah Dik, anak bujangmu tertinggi nilainya di Try Out sekarang, nilai Fisika juga paling tinggi." Penulis bahagia mendengar suara uni yang sangat bersemangat, "Alhamdulillah, langsung sembuh Mama dapat hadiah nilai tertinggi dari si Bujang," ledek penulis. Terdengar tawa bahagia Uni bersama Mama di sana. " Bagaimana kabar Uni dan Mama?" Dan seperti biasa jawaban Uni, "Sehat, sangat sehat." Hmmm.. Bu Dokter, pandai sekali membuat orang lain tidak cemas. Begitulah Uni tangguh kami menghadapi sakitnya.

Tapi bukan hanya Arsyad, penulis juga diperhatikan, "Bagaimana kabar Lisa sejak jadi Kepsek, sudah berapa turun berat badanmu Dik?" Pertanyaan yang membuat penulis tersipu malu, " Berat badan masih stabil Un.. " "Tapi..jam tidur yang sangat berkurang. Tidak bisa tidur siang lagi, malampun selalu tidur di atas jam 11." Keluarlah nasehat Uni, "Jangan terlalu dipikirkan pekerjaan itu sampai memforsir tenaga. Luangkan waktu untuk istirahat. Jangan sampai seperti Uni Dik." Dengan lirih penulis menjawab,"Iya Ni..."

"Hati-hati manajemen keuangan, kalau staf melakukan perjalanan dinas buat laporan perjalanan dinas, termasuk Lisa." Penulis merasa heran,"Lisa juga Un?" Langsung dijawab Uni,"Iya, Lisa kan pakai uang negara untuk perjalanan dinas, tentunya harus ada pertanggungjawabannya." Hal baru yang penulis dapatkan dari Uni, biasanya kita hanya membawa SPPD saja untuk kegiatan dinas keluar. " Formatnya, seperti apa Un?" Penulis bertanya lagi. "Nanti Ni Pit telpon staf Uni, dan Uni chatkan ke Lisa ya..". Demikian besar perhatian Kakak Ipar penulis ini, di saat sakitpun tetap memikirkan adiknya yang masih pemimpin pemula. Setengah jam kemudian sudah masuk chat berisi format laporan perjalanan dinas yang dibuat bersamaan dengan surat tugas. Uni kami yang sangat penyayang, terima kasih..

Ada kecemasan sebenarnya yang Penulis rasakan dengan kondisi Uni, tahapan pertama gagal memberikan kepulihan. Dokter Dodi menyampaikan bahwa untuk tahap berikutnya dosisnya menjadi dua kali lipat. Penulis sangat mengkhawatirkan hal ini, jika dosis dua kali lipat tentunya efeknya juga dua kali lipat yang akan dirasakan Uni. Rambut yang sudah tumbuh lebat saat 4 bulan di Padang, sekarang kembali rontok. Menurut mama mulai ada biru-biru lebam di punggung Uni.

Ni Adek makin sering curi-curi waktu sambil dinas ke Jakarta, kalau kami menanyakan bagaimana keadaan Uni. Ni Adek akan jawab,"Banyak-banyak berdoa ya Sa..". "Leukemia ini rumit, tidak bisa dijelaskan bagaimana kemungkinan-kemungkinan yang terjadi." Kalau penulis bertanya kepada Mama, mengapa kondisi Uni menurun. Mama bilang, "Beda sama Uncu dulu Nak, ini darah. Dan setiap hari darah itu beredar ke seluruh tubuh. Padahal darah itu sedang sakit." Sungguh risau hati ini, dulu waktu di Dharmais menemani Uncu pernah penulis antri menunggu tes labor dengan seorang Ibu yang anaknya Leukemia. Ibu itu curhat kemo anaknya lama, bisa sebulan di RS. Tidak seperti kemo yang lain, 3 hari sudah bisa pulang. Sekarang keluarga penulis menjalani kemo-kemo panjang itu.

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang penuh motivasi dari semua org2 hebat disini.....by the way sudah ada spasinya Lisa....cb satu paragrafnya tdk pjg2 lagi Lisa

25 Apr
Balas

Alhamdulillah...Sesuai saran Ola. Lebih banyak spasi dari yang biasa.Ok La, ntik lisa kurangi panjang paragrafnya.Trima kasih Ola

25 Apr

Ya Allah...perjuangan yang amat butuh ketegaran semua pihak lisa...

25 Apr
Balas

Iya cik gu Eli...Harus saling menguatkan satu sama lain

25 Apr



search

New Post