Lisa Lazwardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Setahun Berlalu (part 8)

Setahun Berlalu (part 8)

Tantangan Hari ke-55

Sampai di Payakumbuh sebelum waktu Jumat, penulis langsung menelpon Uncu. Uncu dan Arsyad mau berhenti untuk sholat Jumat dulu di Padang Panjang. Tidak ada telpon dari Jakarta dan penulispun tidak sanggup untuk menelpon. Terakhir ni Adek mengabarkan bahwa seluruh keluarga yang di Jakarta sudah berkumpul di Rumah Sakit. Mama dan Da Andi di kamar menemani ni Pit, Ni Adek dan Annisa disuruh Mama keluar dulu karena tidak bisa menahan tangis. Mama tetap membaca Al Qur'an dan mentalqinkan Uni di dalam.

Kembali penulis meraih Al Qur'an, di saat berjauhan seperti ini tidak ada daya dan upaya selain kekuatan Allah. Mama menemani penulis ikut mengaji. Hati ini terus memohon kepada Allah untuk menyelamatkan Uni, memberi kesempatan Uncu dan Arsyad bertemu Uni. "Tetapi jika takdir Uni sampai di sini Ya Allah, ambillah Uni dalam keadaan husnul khotimah."

Terdengar Bunyi HP, jam menunjukkan pukul 14:30. Dari Uncu teryata," Assalamualaikum Uncu, sudah sampai di bandara?" Terdengar suara Uncu tertahan, "Setengah jam lagi Tante.." tapi sepertinya terdengar tangisan Arsyad. " Lisa... maafkan Ni Pit ya.. Uni sudah mendahului kita. Baru saja Ni Adek menelpon," lirih Uncu berucap. Pecah sudah pertahanan hati ini, kita menangis bertiga, "Arsyad... sabar Nak.. Allah sayang sama Mama. Allah tidak ingin Mama merasakan sakit lagi." Tidak ada jawaban dari Arsyad yang terdengar hanya isak tangis Arsyad dan Uncu.

"Ya Allah takdirMu telah mengambil kembali Uni yang Engkau titip di keluarga kami saat ini. Kami semua milik Engkau dan akan kembali juga kepadaMu, kuatkan hati kami, berikan kami kesabaran Ya Allah...." Tak ada kata-kata yang bisa melukiskan bagaimana perasaan kami saat itu. Arsyad dan Uncu sedang dalam perjalanan menuju pertemuan dengan Mama. Tapi Mama sudah pergi.

Kembali teringat pembicaraan dengan Ni Adek tadi malam. Mungkin Ni Pit merindukan Arsyad, menunggu suara Arsyad. Menunggu untuk bisa bertemu si Bungsunya. Perasaan sayang Ibu yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun di dunia. Annisa dan Varra sudah di Samping Uni, namun Arsyad masih di sini. Semoga talqin dari Arsyad di vidio call tadi membuat Uni ikhlas untuk melangkah menuju sang Khalik. Semoga husnul khotimah kesayangan kami..

Perjalanan ke bandara yang tak jadi sampai, setelah lama kami bertangisan. Uncu kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Marapalam. Penulispun mencari travel untuk berangkat ke Padang, Mama dan keluarga Payakumbuh akan menyusul besok pagi. Sudah mendekati Ashar, rasanya tidak mungkin pemakaman dilaksanakan hari ini karena Uni masih di Jakarta.

Sepanjang perjalanan, air mata ini mengalir terus. Akhir penulis membuka HP dan menggoreskan perasaan hati. "Jumat, 19 April 2019 Goresan hati di perjalanan menuju pertemuan kita uni Fitria Ananda Memanglah takdir yang Maha Kuasa mempertemukan kita dalam satu keluarga 13 tahun sudah menjadi Adikmu Begitu banyak cerita kita, tertawa dan menangis kita bersama. Banyak hal yang telah dilalui Kedatangan anggota keluarga baru penuh kegembiraan dan kehilangan orang-orang yang kita sayangi yang mengurai air mata. Tapi kami tidak siap kehilanganmu

Selalu ada support dan perhatian uni untuk kami walaupun uni dalam perawatan. Tak pernah keluar keluhan dari bibirmu yang selalu bersemangat tuk sembuh. Uni yang paling kuat, paling tegar, leader yang bersahaja

Masih terngiang bisikan uni "Titip arsyad ya Dik.., bimbing arsyad menghadapi UN" Arsyad dan Uncu dalam perjalanan menemuimu Mama, tapi Allah telah membawamu kembali

Pelukan erat dan sayang buat Uni.. Semoga kelak kita semua berkumpul di JannahNYA Kami semua menyayangimu....

**** Kesayangan kami, Annisa, Savarra dan Arsyad. Lihat betapa tegarnya Neni dan Papa mendampingi mama dari awal. Bunda Adek dan Om Yosef yang bolak balik ke dharmais. Mak Dang dan Tante Vera, Tante Poo serta doa dan support yang tak pernah putus dari keluarga besar kita Tentunya Ananda pun tak kalah tegar dan ikhlas ya Nak..."

---------------------

Menumpahkan perasaan sedih melalui tulisan ini membuat air mata bisa tertahan dalam perjalanan penulis menuju Padang. Menurut Uncu pesawat Uni akan datang setelah maghrib. Rumah kita sudah penuh sesak sanak saudara dan teman-teman Uni dari Puskesmas Limo Kaum dan Puskesmas Pariangan. Penulis baru akan sampai sekitar jam 9 malam.

10 menit menjelang jam 9 malam, travel sudah mendekati rumah kami, Uncu sudah menunggu penulis di depan pintu. Begitu banyak orang di rumah kami tapi penulis tidak sanggup menatap mereka. Tulang ini telah rapuh untuk bisa berdiri kokoh. Akhirnya kita bertemu Uni, wajah yang teduh seolah sedang tidur sambil tersenyum. Penulis peluk tubuh kaku itu, mencium pipi yang dulu selalu memberikan kehangatan.

Anak-anak menghampiri dan kita berpelukan melepaskan tangis yang selama ini saling kita sembunyikan. Takdir Allah hanya sampai di sini kebersamaan kita Uni. Hanya doa yang bisa penulis mohonkan, semoga dengan keikhlasan uni mengahadapi semua sakit ini, berguguran segala salah dan khilaf yang pernah ada.

"Neni dimana Nak?" Penulis menanyakan Mama ke Anak-anak. "Di kamar Tan.. " jawab Alya dengan sendu. Penulis melangkah ke kamar Mama, wanita yang sangat kami sayangi ini sedang membaca Al Qur'an. "Mama ..Mama..", pekik penulis, kami berpelukan. "Jangan menangis Nak, kasihan Ni Pit. Ni Pit sudah lelah Nak, Allah sayang Ni Pit." Kalimat yang membuat penulis tersadar, Mama tentunya jauh lebih berduka. Mama benar, Allah sayang Ni Pit...

(...) #TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun

28 Apr
Balas

Innalillahi wainna ilaihi raaji'uun...berat memang kehilangan lisa...tp kelg lisa masih ada untungnya dibanding kami yang dua kali berturut-turut kehilangan kk tanpa beliau dirawat lamaa di RSU, mendadak dan disaat suami nya sdg tidak disampingnya..

28 Apr
Balas

Lain2 cobasnnya ya Li.Al Fatihah untuk kakak cik gu EliAamiin..

28 Apr

Innalillahi wa innailaihirojiun

28 Apr
Balas



search

New Post