Lisa Lazwardi, S.Pd

Menjadi pendidik yang bisa memberikan manfaat untuk orang banyak merupakan impian saat memilih profesi guru. Mengabdi di SMAN 1 Kecamatan Akabiliru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pertanyaan Zizi

Pertanyaan Zizi

Tantangan Hari ke-161

Dua malam yang lalu, 4 kurcaci ikut Bunda dan Uwa kegiatan majelis taklim, membaca Yasin ke rumah famili yang orang tuanya meninggal. Seperti biasa kami berangkat dengan berjalan kaki bersama, jarak rumah duka ke mesjid sekitar sejauh 1 km, tapi mereka semangat ingin ikut. Ini untuk pertama kalinya mereka ikut acara kelompok Yasin. Bunda ingin anak-anak mengenal kebiasaan di lingkungan tempat kami dibesarkan, dan belajar bersilahturrahmi dengan yang lebih tua.

Sesampainya di rumah duka, Uwa membuka tas dan mengeluarkan buku Yasin untuk dibagikan ke anggota Yasin. "Ada foto Atuk!" Seru Zizi dengan heran. Di antara buku Yasin, memang ada yang kita cetak setelah Atuk meninggal. Saat Uwa membagi buku Yasin, mereka berebut mengambil buku yang ada foto Atuk. Bunda tau ada rindu di hati mereka untuk Atuk.

Pembacaan selawat dimulai, dilanjutkan dengan Alfatihah. Tak satupun kurcaci yang membaca, mereka hanya melihat foto atuk di cover buku. Mengelus-elus foto dan tidak berkedip matanya. Bunda memandang mereka dan berbisik, "Pahalanya mengalir ke Atuk jika Ananda membacanya." Barulah mereka berempat mulai membuka buku dan ikut membaca.

Berbeda dengan ketiga kakaknya, Zizi selalu ketinggalan bacaan. "Ayat yang mana lagi Bunda?" Tanya Zizi tiap sebentar. Akhirnya Bunda membaca di buku Zizi, sambil menunjuk ayat demi ayat. Diikuti jari telunjuk Zizi, perlahan jarinya melemah dan si gadis kecil menguap berulang-ulang, kemudian menyandarkan kepala di pangkuan Bunda. "Lama lagi Bunda?" Bisiknya perlahan. Bunda balas dengan senyum, "Sebentar lagi Nak..."

Bersamaan dengan kumandang adzan Isya, kamipun menyelesaikan bacaan dan pamit pulang. Kantuk Zizi tiba-tiba hilang dan semangat lagi untuk pulang. Kami sholat berjemaah di surau yang tidak jauh dari rumah duka. Bunda bercerita, dulu waktu Bunda seumuran Zizi, sering dibawa Uwa ke surau ikut pengajian. Tapi kadang Bunda asyik makan-makan atau tertidur seperti Zizi tadi. Keempat gadis bilang, "Bunda...besok ajak Kami ke sini juga kalau ada pengajian." Bunda tantang,"Mau? Tapi jalan kaki dan tidak ada yang tidur di surau ya.." Mereka mengangguk dengan semangat.

Dan Maghrib ini kami berjalan beriringan menuju surau dengan terburu, karena adzan Maghrib sudah terdengar dari mesjid di samping rumah. Sesuai janji kemarin sholatt di surau untuk ikut pengajian. Anak-anak berangkat dengan gembira, efek dari isolasi selama Corona, menjadi kebahagiaan sendiri bisa keluar bersama Bunda.

Selesai sholat Maghrib berjemaah dan sunat rawatib, pengajian dimulai. Baru beberapa menit Ustadz berbicara, Zizi mulai minta minum. Bunda sudah memasukan 4 botol Aqua gelas dan beberapa bungkus makan ringan ke dalam tas, mengingat pengalaman Bunda di masa kecil dulu, jika ikut Uwa ke pengajian. "Mau kue Bunda.." permintaan Zizi berikutnya.

Setelah kuenya habis, gadis kecil kembali mendengar pengajian. Hanya 10 menit saja, dia mulai menyandar ke bahu Bunda. Dan keluar lagi kata pamungkasnya, "Lama lagi Bunda?" Ketiga kakak tersenyum dan mengedipkan mata ke Bunda. "Semoga dewasa kelak, surau tidak asing buatmu Nak..."

Uwa : Nenek

Surau: Mushalla

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post