Lisata

Saya Lisata. Lebih sering dipanggil Mr. Lee atau ustadz Li. Alumni kelas menulis Solo pada 2017. Ya, lumayan lama. Sayangnya, selama ini saya off. Kok bisa. heh...

Selengkapnya
Navigasi Web
ENGKAU ADALAH

ENGKAU ADALAH

Siapakah engkau gerangan? Pernahkah engkau menanyakan hal ini pada dirimu sendiri? Bukankah ini pertanyaan yang aneh? Tidak juga. Semestinya kita juga bertanya tentang siapa kita.

Siapakah engkau? Aku adalah apa yang aku pikirkan. Aku memikirkan tentang hari-hari yang kulalui berjalan dengan baik dan indah. Berselimut kebahagiaan, sarat dengan cinta kasih, berbagi kepada sesama, dan juga peduli pada lingkungan.

Aku memikirkan keindahan dan kenyamanan. Aku tidak memikirkan tentang kemewahan dan hiruk pikuk yang mengenggelamkan rasa. Pun aku tidak memikirkan hal-hal buruk dan jahat. Biarlah pikiranku bermain di area bahagia saja.

Siapakah engkau? Aku adalah apa yang aku perbuat. Aku akan berbuat yang terbaik sesuai fashion yang aku punya dan bisa. Yang aku buat dan lakukan itulah nanti sebagai bukti nyata karya terbaikku.

Dengan bukti itu, setidaknya ada yang akan dituliskan oleh generasi berikutnya tentang kebaikan yang pernah kuperbuat. Tentu saja, nilai kebaikannya tidak akan berhenti ketika ajalku tiba. Ia akan terus menerus mengalirkan nilai guna dan faedah berupa tabungan pahala.

Siapakah engkau? Aku adalah apa yang aku inginkan. Aku menginginkan empat hal saja, tidak lebih dan tidak kurang. Aku ingin menang, senang, kenyang, dan tenang. Sederhananya, aku ingin sukses di dunia dan mulia di akhirat.

Dengan demikian, aku tidak ingin kalah dalam hal kebaikan. Aku tidak ingin susah, sedih, dan berduka. Aku tidak tahan lapar dan dahaga, kecuali itu perintah agama saat puasa. Puasa beda cerita, bukan dahaga dan lapar biasa. Setelah menang, senang, dan kenyang ingin pula aku menyempurnakannya dengan rasa nyaman, aman, dan sejahtera, tentunya dalam naungan ketenangan.

Siapakah engkau? Aku adalah bukan apa yang aku katakan. Banyak bercakap, belum tentu banyak betul. Untuk mengetahui siapa aku, jangan terpesona dengan apa yang aku katakan. Ada peluang perbedaan antara yang aku katakan dengan hal yang sebenarnya.

Bukankah banyak orang saat ini yang demikian? Boleh jadi. Kalau hanya sekadar pamer kata-kata, dari zaman jahiliyah dulu, orang-orang Arab jagonya pamer kata-kata. Para pujangga, penyair, dan sejenisnya bagai jamur di musim penghujan di tanah Arab. Mereka amat banyak dan berkelas. Tidak tanggung-tanggung, pamer kata-kata itulah fashion sebagian mereka.

Nah, kalau misalnya ada orang saat ini, zaman sekarang, yang pamer kata-kata, umbar janji-janji manis, berarti ia terlambat. Ia sudah didahului oleh tokoh-tokoh Arab zaman dahulu kala dalam bermain kata-kata. Tak perlulah awak ni banyak kata, bukti nyata sajalah yang digalakkan.

Kalaupun dibutuhkan untuk berkata, cukupkan saja pada perkataan yang benar dan sebenarnya. Jika tidak bisa, sempurnakan dalam diam. Namun, jika itu kebenaran, jangan perna mendiamkannya. Bahayyya, tripel huruf “y”, lho. Demikian agaknya lebih baik adanya. Semoga…

#TG-237

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren. ulasan yang mantap penuh makna. salut. salam sehat dan sukses selalu

30 May
Balas



search

New Post