Walau gambaran peristiwa pada hari kiamat sangat mengerikan, ada kabar gembira untuk orang-orang yang diterima amal kebaikannya. Namun, diiringi dengan ancaman bagi orang-orang yang amal kebaikannya amat sedikit. Ringan dalam timbangan.

“Faammaa man tsaqulat mawaaziinuh, fawuwa fii ‘isyatin radhiyatin.” Siapa saja yang bobot amal kebaikannya berat, dia dalam kondisi hidup bahagia (senang, tentram, dan diridhai). Di mana kehidupan yang diridhai itu? Di dalam surga tentunya.

Bukankah Allah Ta’ala memanggil jiwa yang tenang itu akan kembali kepada-Nya, berkumpul bersama golongan hamba-hamba-Nya di dalam surge-Nya. “Ya ayyatuha an nafsu al muthmainnah. Irji’i ila rabbiki raadhiyatan mardhiyyah. Fadkhulii fii ‘ibaadii. Wadkhulii janntii.”

Pesan tersirat dari kabar gembira tersebut, kita diberi kesempatan oleh Allah Ta’ala untuk beramal yang terbaik, ikhlas, dan murn karena-Nya, sebagai bekal yang akan kita bawa nanti. Bukan beramal sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan baik dan ikhlasnya.

Amal kebaikan yang diterima Allah Ta’ala adalah amal yang terbaik (ahsanu ‘amala), ikhlas (mukhlishiina lahu ad diin), dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Qul inkuntum tuhibbuuna allah fattabi’uuny yuhbibkumullah…). Tentu kita berharap, biarlah amal kita banyak, murni, ikhlas, asal diterima oleh Allah Ta’ala.

…

#Wallahu a’lamu bishshawaab

#TG-416