Lisata

Saya Lisata. Lebih sering dipanggil Mr. Lee atau ustadz Li. Alumni kelas menulis Solo pada 2017. Ya, lumayan lama. Sayangnya, selama ini saya off. Kok bisa. heh...

Selengkapnya
Navigasi Web
TIKUS BERDASI CS

TIKUS BERDASI CS

Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa kata yang pengucapannya dianggap tabu. Kurang baik jika disampaikan di tengah umum. Barangkali begitulah maksudnya. Untuk itu, digunakanlah beberapa ungkapan pengganti agar lebih halus terdengar.

Diantara kata yang dimaksud adalah maling, pelacur, riba, dan lainnya. Maling dengan segala jenis dan turunannya, seperti; pencuri, perampok, penjarah, dan hal yang senada hanya digunakan untuk hal-hal yang kecil. Misalnya maling ayam. Pencuri sandal. Penjarah di pasar tradisional.

Ironisnya, jika perbuatan jahat, jijik, kotor, dan memalukan itu dilakukan oleh orang yang bersekolah (berpendidikan tinggi dan memiliki jabatan, bahkan merugikan Negara hingga miliyaran rupiah), digunakanlah istilah yang keren, tikus berdasi. Tikus adalah binatang yang bekerja sangat efektif, kreatif, dan sembunyi-sembunyi. Amalan khususnya adalah paling suka menggerogoti barang yang disimpan dengan rapi.

Pelacur, penzina, lonte, dan sejenisnya diberikan istilah yang aduhai menarik. Kupu-kupu malam disematkan gelar kehormatan itu bagi mereka. Bukankah kupu-kupu itu makhluk yang indah dan memesona? Sedangkan kupu-kupu hanya hinggap di tempat yang baik, wangi, dan penuh bunga-bunga asli. Bukan di tempat maksiat yang dimurkai oleh Allah Ta’ala.

Lain pula kisah riba. Riba diberi sebutan dengan bunga bank. Bukankah jika disebut kata bunga, hal yang tergambar dalam pikiran kita adalah sesuatu yang indah, harum, dan memesona? Tidak mungkin terbayang hal yang jorok, keji, dan berbalut maksiat.

Entah siapa yang memberikan istilah-istilah itu pertama kalinya dan apa maksudnya, tidak diketahui. Pastinya, dengan adanya istilah itu, pengungkapan makna dan sebutan aslinya seakan-akan dikaburkan dan dianggap terlarang. Bukankah kalau kita menyebutkan maling, riba, dan lonte itu haram, seakan-akan dianggap sebagai ujaran kebencian?

Jika yang buruk itu, apa pun itu, harus disebutkan dengan nama-nama yang baik untuk menutupi keburukannya, berarti ada maksud yang tersembunyi. Kalau memang buruk, sampaikan saja buruk tanpa harus bermanis mulut. Agar setiap orang tahu bahwa yang buruk dan jahat itu tidak boleh dilakukan.

Kalau tidak disampaikan bahwa yang buruk itu adalah jahat dan menjijikkan, maka selamanya akan dianggap baik-baik saja. Sehingga tidak heran jika hari ini ada orang –anak remaja- yang bagga jika pekerjaan ibunya adalah kupu-kupu malam. Kenapa? Karena yang ia ketahui bahwa kupu-kupu malam itu adalah baik, seindah nama kupu-kupu.

Bagaimana jika hal itu dibiarkan terus menerus? Setiap generasi menjadi bangga jika bapaknya, misalya pejabat anu, akhirnya ketahuan sebagai tikus berdasi. Sebab hanya dikenakan rompi oren, bisa tebar pesona, cipika dan cipiki, lalu selfie dan melambaikan tangan dan senyum terbaiknya di depan kamera. Sampai kapan? Yuk, mari kita mulai menyampaikan yang benar dengan elegan. Wallahu a’lamu bisshawaab.

#TG-80

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang mantap. Sukses selalu buat Ustaz.

20 Dec
Balas



search

New Post