Lisda Fauziah Harahap

Ibu dengan 4 orang anak dan 3 orang menantu. Ompung bercucu 2 orang. Berbahagia menjadi guru....

Selengkapnya
Navigasi Web

Mesin Cuciku dan Organisasi Guru

Ceritanya begini. Mesin cuci kami yang mogok beberapa hari lalu memaksaku untuk membongkarnya. Memang berabe ketika mesin andalan ini mogok. Apalagi di waktu hujan rajin membasahi bumi, pakaian seragam anak sekolah jadi harus dipaksa kering dengan menggunakan setrika. Repot.

Nah, kumulai aksi pembongkaran itu dengan melepas satu persatu sekrup-sekrup yang ada. Mengurai bagian demi bagian mesin cuciku, hingga ketemu pangkal masalah.

Kabel putus, ternyata. Mungkin dimakan tikus.

Aksi berikutnya adalah menyambung kabel, mengamankannya dengan selotip, dan kembali merangkai bagian demi bagian mesin cuci tercinta.

Kegiatan tersebut sempat terganggu. Pasalnya ada beberapa potong sekrup yang menggelinding. Harus dicari-cari dulu sampai ketemu baru melanjutkan memasangnya di tempat semula.

Nah, setelah kurenungkan, dapatlah beberapa pelajaran.

Pelajaran 1: sekrup itu kecil tapi penting

Pelajaran 2: sekrup-sekrup yang sama bisa saling menggantikan,

Pelajaran 3: sekrup yang berbeda kalau dipaksakan pemakaiannya pada tempat yang tidak tepat dapat merusak

Pelajaran 4: sekrup dan lain-lain bagian memang tidak semua sama tapi memang dirancang tidak sama, kalo sama ya nggak jadi mesin cuci dong

Pelajaran 5: harus ada arus listrik yang mengalir agar si mesin bisa bekerja dan menjadi berguna.

Begitupula kita, agaknya. Walau pun sama-sama guru harus berani terima bahwa kita punya keyakinan dan pemikiran berbeda. Tapi mestinya tidak menghalangi kita untuk menjadi berguna dengan saling bantu dalam kepentingan yang sama. Dalam hal ini tentunya kita semua punya harapan besar dalam memajukan pendidikan Indonesia. Pekerjaan yang hebat, tidak sekedar `mencuci ' kebusukan di dunia pendidikan ini, tapi juga mengkonstruksi menjadi lebih baik. Sharing & growing together. Ya,kan? Nah, semangat itulah yang menjadi arus listriknya. Dan, kita? Ada yang jadi sekrup, ada yang jadi kabel, ada yang jadi tombol ada yang jadi keranjang, dsb. Semuanya bisa berarti. Asal tahu mengukur diri, memainkan peran tanpa merusakkan yang lain.

Hehehe. Begitukah?

(Sebenarnya ini tulisan lama. Saya lagi belajar mengedit. Hehe.

Tulisan lama bisa dicek : https://www.facebook.com/notes/lisda-fauziah-harahap/riuhnya-diskusi-dan-mesin-cuciku-sebuah-renungan/412574607083/)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

perbedaan itu sunatullah. orprof bisa jadi berbeda. tetapi tujuan utama tetap pada peningkatan kompetensi guru. yang tidak boleh itu bila memaksakan kehendak harus berada sesuai yang diinginkan oknumnya

09 Nov
Balas

Ya, Pak. Capek ya kalau harus maksa-maksa.

09 Nov

bersatu padu demi tujuan yang satu...tujuan mulia

09 Nov
Balas

Betuuulllll.

09 Nov

Salam kenal bunda lisda..... sy menunggu ilmu-ilmunya

09 Nov
Balas

Perumpaan yang luar biasa, bunda Lisda. I like it!. Seandainya semua organisasi guru bersatu, sayang itu belum terjadi hingga saat ini. Semua masih membawa ego nya masing-masing.

09 Nov
Balas

Kita doakan yuk supaya pejuang-pejuang pendidikan ini dapat mengutamakan yang memang penting bagi bangsa, daripada sibuk berseteru.

09 Nov



search

New Post