Ava Oh Ava
Tantangan Menulis Gurusiana (hari ke-128)
Bismillah
Ava Oh Ava
Senin dini hari, 14 September 2020 si Ava melahirkan 6 ekor bayi kucing yang lucu. Sejak seminggu ini dia sibuk mondar-mandir mencari tempat yang pas buat melahirkan. Saya sudah menyiapkan sebuah keranjang lumayan besar buat persalinannya tetapi tak pernah dihiraukannya. Alhamdulillah, pas saya bangun tidur tadi subuh, terlihat Ava sedang menyusukan 6 ekor anaknya di dalam keranjang yang sudah siapkan. Bulu bayi-bayinya masih agak basah, tapi ari-arinya sudah bersih.
Empat bulan lalu Ava melahirkan 4 ekor. Pada saat usia anak-anaknya menginjak satu bulan, dia sudah birahi lagi sehingga tidak peduli dengan anak-anaknya. Padahal anak-anaknya masih sangat memerlukan ASI-nya. Karena kurang menyusu dan tidak mau makan, akhirnya satu persatu anaknya mati. Kini yang tersisa hanya satu ekor berbulu putih seperti Ava. Karena matanya biru maka saya beri nama si Biyu.
Ava adalah kucing Persia kami. Ava mempunyai 3 saudara. Dua saudaranya mati saat masih kecil. Saudara yang tersisa yaitu si Anya, itupun hilang setahun yang lalu. Ava dan Anya sering bermain di halaman pada siang hari, kalo malam mereka dimasukkan ke dalam kandang. Nah, saat itu Anya bermain di luar halaman dan tak pernah kembali. Oh ya, Ava dan Anya anak dari Soya dan Nilo. Soya berbulu putih bersih. Nilo berbulu coklat susu. Nilo sudah lama tiada karena sakit. Sempat di opname tapi nyawanya tak tertolong. Soya, ibunya Ava sekarang juga sedang hamil. Empat bulan lalu Soya juga melahirkan, hanya beda 2 hari dengan Ava. Anaknya Soya 4 ekor juga. Sayang sekali mereka juga mati satu persatu terserang flu. Kini, Soya juga sudah sibuk mencari tempat untuk bersalin. Bakalan ramai lagi ni rumah kami.
Oh ya, anak si Ava bervariasi warna bulunya, tiga ekor berwana putih, dua hitam dan satunya belang. Saya tidak tahu siapa bapaknya karena di halaman banyak sekali kucing jantan yang mengintai kucing-kucing saya. Mungkin karena Si Ava dan si Soya masih terlihat cantik ya.
Sebenarnya kucing di rumah selalu ramai. Apalagi pada saat jam makan pagi, siang, maupun sore. Kucing-kucing liar yang tidak dipelihara ikut berdatangan. Saat makan, mereka harus diberi piring masing-masing agar tidak rebutan. Saya juga sering mengadopsi kucing dari jalanan maupun dari madrasah tempat saya bertugas. Kasian aja melihat makhluk Allah yang lucu itu terlantar dan kelaparan. Sekarang, hanya tersisa 10 ekor kucing kampung yang ada di garasi rumah. Kami siapkan kandang besar di sana. Jika sudah besar mereka tidak suka di dalam kandang. Saya biarkan main di halaman, eh malah main jauh-jauh ndak bisa pulang. Semoga ada yang mengadopsi dan merawat mereka, aamiin yaa robbal’aalamiin.
#Senin, 14 September 2020#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aamiin ya Robbal'alamin
Trima kasih Pak
Pecinta kucing ya buu?
Iya Bun. Trima kasih
Semangat berliterasi, semoga sukses selalu. Amin.
Aamiin. Trima kasih Pak.
Aamiin Yaa Rabb
Trima kasih Bunda sayang
lucu.salam literasi
Salam juga Bun. Trima kasih.