Listiya Susilawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PRASANGKA

PRASANGKA

Masih lekat dalam ingatannya, 8 Juli 2008. Sore itu pukul 16.30 sepulang dari mengajar di salah satu SMK Jakarta Selatan, Listi menerima telepon dari bapaknya yang menetap di Jambi. Isinya mengabari, Ibunya sakit. Tapi Listi tidak percaya, karena di latar belakang suara bapaknya terdengar orang melantunkan bacaan Surat Yasin. “Bapak…jujur katakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Ibu?” isak tangis Listi pun pecah. Bapaknya tetap mengatakan, “Ibumu gak apa-apa, ibumu hanya sakit,” bujuk bapaknya.

“Bu..kalau Ibu benar-benar sayang padaku, bantu aku berdoa Ibu..aku ingin bertemu dengan Ibu,” gumamnya terus berdoa. Ibu, meski suaramu keras dan tegas, aku sangat tahu hatimu selembut sutera. Engkau tak pernah bisa melihat anakmu terluka. Ibu, banyak temanku mengatakan ibumu galak. Tapi setelah mereka kenal dekat denganmu, pujian untukmu Ibu. Alangkah senangnya Listi, punya ibu sepertimu.

“Blok M…Blok M…!” teriak suara supir mikrolet 69 memanggil penumpang. Listi tersadar… kembali dia berdoa, “Ya Allah, bantu aku, bantu aku, supaya dapat bertemu segera dengan ibuku,” suaranya pelan berdoa. Ia yakin Allah SWT pasti akan membantunya.

Listi dalam kebingungan. Ia dalam perjalanan mau pulang ke Jambi. Ia naik metromini tujuan Blok M.

Sesampainya di Blok M sudah menjelang magrib. Ia mampir di mushola terminal. Berdoa sambil menangis, minta petunjuk kepada Allah SWT. Malam ini Listi mau menuju terminal Pulau Gadung lalu menuju ke Pelabuhan Merak. Menyeberang naik kapal ke Bakauheni. Di Bakauheni akan mencari bus jurusan yang arah ke Jambi.

Suara pengamen di bus berbaur dengan suara teriakan kernet. “Gadung…! Gadung…!” Listi duduk di kursi nomor dua di belakang supir. Bus berjalan perlahan. Dibuka tas sandangnya. Lalu diambil Surah Yasin. Listi pun mulai membacanya dengan suara lirih. Tanpa bisa dibendung air mata meleleh terus di pipi. “Bantu aku ya Allah, aku ingin pulang bertemu ibu. Berikan petunjukmu.”

Malam pun menjelang pukul 21.00 bus baru sampai di Terminal Pulau Gadung. Listi pun turun lalu mencari bus jurusan Merak. Ternyata bus masih sedikit penumpang. Bus masih ngetem. Di sebelah bus parkir terlihat mushola. Ia pun turun berwudhu lalu sholat isya. Selama sholat pun air matanya mengalir tiada henti.

Malam ini perjalanan panjang akan ia lakukan. Padahal selama ini, ia belum pernah pulang ke Jambi dengan naik bus yang pindah-pindah seperti saat ini. Setiap pulang ke Jambi, ia naik bus Lorena.

Selama perjalanan ke Merak, Listi terus membaca Surah Yasin. Ia berdoa semoga mendapat bus jurusan Jambi.

Namun apa yang terjadi, dalam perjalanan menuju Merak, suara ibunya terdengar, “Balik lagi ke Jakarta, Balik lagi ke Jakarta, Nduk.” Serasa ibunya berdiri di depannya. Sesampainya di Merak sudah jelang tengah malam. Listi mampir ke warnet lalu menelepon maskapai penerbangan, tapi jawabannya mengecewakan. “Tidak ada penerbangan ke Jambi.”

Meski begitu, Listi tetap balik lagi ke Jakarta. Ia mencari bus jurusan Pulau Gadung. Entah apa yang merasuki pikirannya, Listi begitu berani pergi sendiri malam itu. Selama dalam perjalanan ia merasa ibunya selalu bersamanya.

Jelang dinihari, bus sampai di Pulau Gadung. Namun belum ada bus jurusan ke Blok M. “Ntar, Bu pukul skitar pukul tiga lewat, baru ada bus ke Blok M,” jawab penjual kopi. Listi pun duduk di dekat penjual kopi. Lalu membaca Surah Yasin lagi. Lamat-lamat terdengar orang membaca Surah Yasin juga. Hati Listi menjadi lebih tenang.

Benar pukul 03.15 terdengar suara bus dihidupkan dan kernet “Blok M!, Blok M!” teriaknya mencari penumpang. Listi pun dengan sigap langsung naik ke bus tujuan Blok M.

Pukul 04.15 sampailah bus di Blok M. Listi pun turun menuju parkiran bus yang menuju bandara. Meski ia melewati dan berpapasan dengan beberapa laki-laki, namun ia tidak diganggu bahkan tidak ditegur. Jadi ia aman berjalan sendiri.

“Bandara…bandara…berangkat!” terdengar suara. Listi pun masuk ke bus jurusan bandara. Padahal ia tahu, tidak ada penerbangan ke Jambi pagi ini, tapi ia nekad pergi ke bandara. Ia yakin Allah SWT akan membantunya. Listi juga belum pernah ke bandara, boro-boro naik pesawat. Ini pertama kali ia ke Bandara Soeta.

“Merpati…Merpati!” teriak kondektur. “Ya, Merpati,” jawab Listi.

Ia diturunkan di depan gedung. Ada seorang bapak-bapak. Listi langsung mendekatinya. Sambil berurai air mata, ia berkata,”Pak, mohon tolong saya. Saya harus ke Jambi pagi ini. Kalau pesawat penuh, berdiri pun saya tidak apa-apa.” “Baik, Bu. Ibu tunggu sebentar ya, mana KTP Ibu?” lalu diberikan KTP yang dimaksud. Listi pun menunggu. Tak kurang dari 10 menit, bapak-bapak itu menghampirinya, dengan membawa secarik kertas dan KTP. “Ini, Bu. Harganya 300.000 ribu sudah didiskont. Ibu jalan lurus lalu ke kanan.” Katanya. “Alhamdulilah, Pak.” Terima kasih, banyak.” Jawabnya. Lalu Listi menuju ke arah yang disampaikan tadi.

Ia pun sholat subuh. Sujud syukur ia lakukan, Setelah semalaman di jalan mondar-mandir, pagi ini ia dapat kepastian berangkat naik pesawat Merpati pukul 06.00. Perjalanan akan ditempuh satu jam. Artinya ia pagi sudah sampai di Jambi.

Ternyata, jika kita berprasangka baik kepada-Nya, maka itulah yang akan terjadi. Jadi marilah kita selalu berprasangka baik, karena Allah SWT itu sebagai mana prasangka hamba-Nya.

Jakarta, 16 November 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kelanjutan ceritanya ditunggu, Mbak Lis.....

02 Jan
Balas

kereeen bu

06 Feb
Balas



search

New Post