Lisza Megasari

Guru di SLB Negeri Binjai, Sumatra Utara. Sudah menjadi guru SLB sejak 2006 dan menikmati pekerjaan ini sampai sekarang. Ibu dua anak ini pernah dipercaya mewa...

Selengkapnya
Navigasi Web
LAPANGAN HIJAU  Sebuah Puisi LISZA MEGASARI

LAPANGAN HIJAU Sebuah Puisi LISZA MEGASARI

LAPANGAN HIJAU

(Sebuah Puisi LISZA MEGASARI)

Tantangan Hari 8 #TantanganGurusiana

Ada sebuah lapangan hijau yang indah Layaknya lukisan pemenang lomba melukis

Lihatlah ada sebuah pohon disana Batangnya besar berwarna coklat Aku yakin aku tak bisa memeluk batang pohon itu Saking besarnya Namun aku yakin akan terasa sejuk bila berteduh di bawah dedaunannya yang rindang ketika terik matahari menyengat

Lihatlah awan semburat merah muda itu Bertumpuk tumpuk seperti milkshake strawberry Aku yakin rasanya pasti manis Tapi sepertinya terlalu jauh untuk dijilat Namun tetap saja mengundang seleraku akan rasa manis

Lihatlah ladang rumput itu Hijau tebal layaknya permadani mahal yang tak sanggup kubeli Aku yakin tidurku akan lelap di atas permadani rumput itu Pasti lelap sekali

Lihatlah ada banyak bunga bunga kecil penghias rerumputan Warna warni Cantik sekali Seperti butiran-butiran berlian aneka ragam Yang bersinar ditempa matahari petang Indah sekali Aku yakin kau ingin memetiknya satu persatu lalu meletakkannya di keranjang bunga dari rotan Dan tentu tak lupa meninggalkan satu untuk kau sematkan di rambutmu

Lihatlah bulu-bulu tanganmu yang bergoyang pelan karena angin semilir menggodanya Angin itu pun bermain di wajahmu Di rambutmu Di bajumu Di senyummu Terasa dingin Namun menghangatkan dadamu

Hmmm.. Ada wangi yang tercium Ooh wangi bunga mawar liar di semak semak yang kau kira hanya semak rusak Ingin sekali kesana namun kau takut tertusuk durinya Hanya hidungmu yang kesana Menikmati harumnya Dan tanpa sadar kau malah semakin dekat ke semak Hahaha..

Indah sekali, kawanku Indah sekali Lapangan hijau itu indah Layaknya lukisan pemenang lomba melukis

Namun.. Keindahan bisa hilang seketika.. Bila kau letakkan seekor ular berbisa di semak mawar liar itu Bila kau letakkan dirimu tanpa sweater di dinginnya angin itu

Bila kau letakkan lebah hutan liar di atas tiap bunga bunga kecil itu Bila kau letakkan pacet hitam licin di dalam permadani rumput tebal itu

Bila kau letakkan badai tornado yang berpilin memutar mengerikan di awan milkshake itu Bila kau letakkan kuntilanak di atas pohon besar yang rindang itu Halah halah, kawanku.. Langsung hancur lapangan hijau yang indah layaknya lukisan pemenang lomba melukis

Kau bukan hanya menghancurkan impianku yang indah Namun juga menghancurkan impian indahmu sendiri

Sudah hapus saja kuntilanaknya Tornadonya Pacetnya Lebahnya Ularnya Dan tetap pegang erat sweater mu.. Pastikan kau tetap memakainya..

Dan segalanya akan kembali indah lagi.. Menenangkan lagi.. Dan harum mawar akan tercium lagi, semilir angin akan menghangatkan jiwamu lagi, dan kau pun akan tertidur Di lapangan hijau yang indah Layaknya lukisan pemenang lomba melukis

Tidurlah kawan Jangan memikirkan hal-hal yang mengerikan Itu bukan fakta Itu hanya imajinasi mu

Berpikirlah dengan indah, kawan Tentang lapangan hijau indah Yang indah layaknya lukisan pemenang lomba melukis..

*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lihat hamparan rumput hijau bak tak bertepi,Membentang luas menyentuh jati,Sesaat Sukma tertegun pasti,Pada keindahan menyejukkan hati,Terperanjat jati,Saat tangan mungil suci,Menarik jati ke arah sungai susu suci,Mengalir tanpa henti,Setetes air susu sungai suci,Menyentuh bibir mati suri,Menembus lidah diri,Menghidupkan kembali nadi,Seketika terbuka mata,Ada rasa hidupkan raga,Hirup dan hembuskan nafas jiwa,Pada asa yang tak bermasa.

22 Jan
Balas

Dan semua rasa menjadi padu bersatu dalam kata indah bernama keabadian..

26 Jan



search

New Post