MERINDUKANMU Sebuah Cerpen LISZA MEGASARI
MERINDUKANMU
(Sebuah Cerpen LISZA MEGASARI)
Tantangan Hari 7 #TantanganGurusiana
Dia selalu menjengkelkan! Suatu kali, cacing merah jambu sengaja dimasukkannya ke tasku. Kaku tubuhku rasanya ketika tangan ini menyentuh makhluk lembek dingin panjang meliuk itu ketika aku mengambil buku. Segera ku hampiri dia di mejanya. Ku keluarkan seluruh isi tasku tepat di atas kepalanya. "Main saja, hei cacing, di kepalanya yang kosong ini", teriakku kencang. Dia tertawa-tawa diikuti teman-temannya. Mendelikpun mataku tak membuat tawa mereka berhenti. Dasar!
Tapi itu dulu, sebelum aku tahu bahwa dia memang sengaja mencari perhatianku. Akhir-akhir ini, sering sekali kupergoki dia sedang mencuri pandang padaku. Di kelas, di halaman sekolah, di kantin, di gedung olahraga. Kutandai pula, dia hanya berani membuat masalah denganku, ketika banyak teman di sekeliling kami. Bila kami hanya berdua di dalam kelas misalnya di suatu pagi, ia hanya duduk diam tak bergerak. Lalu ketika aku hendak keluar kelas, dia menghampiri mejaku dan berkata dengan pelan, "Ini roti gandum tanpa selai. Kesukaanmu kan? Kamu pasti belum sarapan". Wah, darimana dia tahu jenis roti kesukaanku? Lalu darimana ia tahu aku belum sarapan? Hei, apa ini lelucon untuk ngerjain aku? Ku buka kemasan roti itu. Tidak ada yang salah dengan rotinya. Sikapnya membingungkanku.
Lalu ia pergi.
Aku ingat betul, hari itu, Senin 19 Agustus, di luar sedang hujan gerimis. Dia tidak datang. Begitu juga esok harinya dan esok harinya dan esok harinya. Guru menyampaikan bahwa ayahnya meninggal tiba-tiba karena serangan jantung. Dan ternyata, ayahnya meninggalkan hutang yang menumpuk sehingga membuat ibunya yang terbiasa hidup mewah memilih membawanya meninggalkan kota kami. Entah kemana. Seperti ada sesuatu yang menusuk di dadaku setiap kali melihat bangku kosongnya di kelas. Tak ada lagi yang membuatku kesal. Tak ada lagi mata yang bertubruk pandang. Tak ada lagi roti gandum tanpa selai di atas meja sekolah. Sekolah tiba-tiba tak menyenangkan lagi bagiku, sang juara kelas. Tahukah dia kalau hari ini 30 hari setelah kepergiannya, aku mulai menangis setiap mengingatnya. Kau sedang apa? Kau dimana? Apakah kau ingat aku? Dadaku terasa sesak. Aku kenapa?
Ku tutup buku diary ku sambil tersenyum tipis. Tak terasa sudah 8 tahun sejak terakhir kutulis diary ini. Serasa seperti kemarin. Hari ini, aku pindah ke dekat ibukota. Ada panggilan kerja untukku yang fresh graduate dari sebuah perusahaan jasa. Gajinya cukup bagus, dan kuterima walau jauh dari kota kelahiranku. Sambil berberes, dua hari lalu kutemukan diary ini di tumpukan barang-barang SMPku. Sebuah diary dengan kisah lama yang sulit terlupakan.
Kereta api berhenti. Karena asyik membaca, hampir saja aku melewatkan stasiun ini. Dimana tadi ku letakkan koper coklatku ya? Oh, di kabin di atas kepalaku tentunya. Ku ambil koper coklat itu. Aku harus segera turun, kalau tidak, akan kemalaman sampai di kos. Lamat-lamat ku dengar seperti ada suara yang memanggil Mbak. Ah, mungkin hanya kurir pengangkat koper. Aku terlalu buru-buru untuk memperhatikan. Aku segera turun.
Di peron, tiba-tiba sebuah tangan memegang lenganku. "Mbak, maaf kopernya tertukar", kata seorang laki-laki muda. Ku taksir usianya sebaya denganku. Dia menunduk memegang lututnya dan terlihat terengah-engah habis berlari. Diangsurkannya koper coklatku. Ku lihat koper yang ku pegang, ya ampun, koper siapa ini? Aku salah ambil koper ya? Duh, pasti mukaku merah padam nih. Bimo, Bimo, sebegitunya aku mikirin kamu sampai salah ambil koper begini. Mau ditaruh dimana mukaku?
"Maaf ya, Mas. Saya tadi buru-buru. Maaf", aku tergesa-gesa minta maaf, sambil dengan cepat memberikan kopernya dan mengambil koperku.
Laki-laki muda itu berdiri, dan menatapku dengan mata melotot. Kenapa? Apa dia tidak terima dengan permintaan maafku? Hmm.. Mata itu tidak asing.. Dimana ya pernah ku lihat?
"Hesti?", panggil laki-laki itu tak yakin. "Hesti Pambudi? SMP Kemala?"
"Bimo?"
Senyum Bimo merekah lebar. Indah sekali. "Apa kabar, Hesti?"
"Merindukanmu..", ku jawab dalam hati..
*****
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
wah keren, ceritanya membuatku seakan ada dalam cerita itu, jadi baper........
Alhamdulillah bisa membuat baper bu. Terima kasih karena sudah membaca. Saya juga masih baper setiap kali membacanya. Apalagi ada yang komen seperti ini, cerpennya jadi saya baca berulangulang..Menambah kebaperan..
Aaakh..., akhirnya rindu itu berjawab. Hmmm..., manis banget ceritanya, Bu Guru Syantiiqq. Ada kelanjutannya? Ditungguin. Salam literasi, Bu Guru. Sampai ketemu di acara bedah buku bu guru...ya. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Bu Lisza Megasari.
Wahhh.. dikomen bu Raihana Senangnya.. Makasih banyak ya bu..Cerpennya tidak ada lanjutannya bu. Saya memilih membiarkan pembaca melanjutkan ceritanya dalam imajinasi masingmasing Aamiin.. Barakallah juga untuk ibu.. Sukses untuk kita bersama. Sampai jumpa di bedah buku
Aamiin yaa robbal alaamiin.
Aamiin.. Aamiin..
Keren, Bunda.
Terima kasih banyak, bunda..
Cinta lama bersemi kembali. Oh indahnya.. Rindu terhapus setelah kehadiran di depan mata, so sweeet
So sweet pake banget bu. Terima kasih karena sudah menikmati cerpen saya..
Oooo aku rindukatakan padanya aku rindu
Kisah kasih di SMP bu hehehe..
Ceritanya keren..Buat hanyut yang baca.Aku suka...?
Terhanyut dalam kerinduan. Terima kasih banyak ya bu..