Lisza Megasari

Guru di SLB Negeri Binjai, Sumatra Utara. Sudah menjadi guru SLB sejak 2006 dan menikmati pekerjaan ini sampai sekarang. Ibu dua anak ini pernah dipercaya mewa...

Selengkapnya
Navigasi Web
RUMAH COKLAT  Sebuah Cerpen LISZA MEGASARI

RUMAH COKLAT Sebuah Cerpen LISZA MEGASARI

RUMAH COKLAT

(Sebuah Cerpen LISZA MEGASARI)

Tantangan Hari 6 #TantanganGurusiana

Seperti biasanya, aku berhasil! Aku diterima!

Akhirnya, datang juga panggilan dari Rumah Coklat itu. Sampai detik ini, rasanya masih terdengar di telingaku, suara tegas di telpon.

“Bapak Aditya Permana, Pak Andara Kusuma ingin bertemu Anda di Rumah Coklat besok. Anda adalah kandidat terbaik dalam seleksi administrasi dan interview. Kami tunggu kehadiran Bapak untuk tes akhir pukul 8 pagi di Rumah Coklat”, ucap seorang laki-laki yang menelponku kemarin.

Dan hari ini pukul 07.30 pagi, aku sudah tiba di Rumah Coklat itu.

Rumah Coklat itu berdiri sangat megah di salah satu jalan utama di kotaku. Disebut Rumah Coklat karena rumah itu memiliki atap dan pagar berwarna coklat. Bukan sembarang atap dan pagar yang dicat coklat, tapi cat coklat khusus yang kabarnya didatangkan dari pabrik cat khusus di Eropa. Arsitek yang membangun rumah ini kabarnya juga arsitek kelas dunia yang ingin atap dan pagar rumah itu terlihat elegan dan berbeda dari rumah mewah lainnya.

Rumah Coklat adalah legenda di kotaku. Pemiliknya adalah seorang milyarder muda yang memiliki bisnis aplikasi digital games edukasi EduAll. Awalnya, EduAll hanya sebuah games edukasi yang diperuntukkan untuk para siswa SMA agar mereka bisa lulus ujian nasional dan seleksi masuk perguruan tinggi. Hanya butuh beberapa minggu, EduAll mulai membuat games edukasi untuk jenjang SMP. Hasilnya fantastis karena mampu mendongkrak nilai para siswa SMP itu. Tak lama, EduAll merambah SD bahkan TK. Ownernya seakan tahu apa yang dibutuhkan para siswa lintas jenjang itu. Yang hebatnya, games itu bukan hanya mendongkrak nilai siswa, tapi juga memperbaiki komunikasi dan sikap mereka pada guru dan orangtua. Pendidikan karakter mampu dituangkan ke dalam EduAll. Benar-benar sebuah terobosan.

Tak hanya sampai disitu, sang milyarder tak puas hanya menargetkan para siswa. Dia mulai membuat games edukasi untuk mahasiswa, yang bertahap malah diminati oleh para dosen. EduAll merambah ke seluruh jurusan yang ada di kampus-kampus. Games ini menjadi jawaban dari kesulitan memahami bidang ilmu apapun.

Dari kampus, EduAll mulai jadi buah bibir. Malah beberapa praktisi, mulai menggunakan EduAll untuk membantu pekerjaannya. Seorang kritikus games mengkritik EduAll dengan menyebutnya sebagai games edukasi ilmu sekolahan. Games yang hanya bersifat teori belaka. Ibarat menara gading yang membubung tinggi tak terjangkau. Games yang tidak bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Games yang tak berguna untuk sehari-hari.

Bukannya marah, owner EduAll malah mengeluarkan produk games yang bisa dipakai para pekerja lapangan, pemilik restoran, para supir, hingga buruh bangunan. Bahkan baru-baru ini, EduAll me-launching sebuah games edukasi yang bisa membantu para ibu mengerjakan keuangan rumahtangga. Di games itu juga terangkum bagaimana cara mendidik anak dengan baik, lengkap dengan seluruh ilmu parenting. Prokontra apapun dalam keilmuan apapun bisa ditampilkan oleh EduAll lewat games yang benar-benar memenuhi kebutuhan pemakainya. Bahkan terdengar kabar bahwa beberapa negara yang sedang mengalami perang saudara sedang mendekati EduAll untuk bisa menyelesaikan sengketa mereka lewat games.

Perkembangan bisnis EduAll yang luar biasa membuat Andara Kusuma, ownernya menjadi milyarder luar biasa. Kabarnya, saat ini dia menjadi orang terkaya seAsia, bahkan 5 besar dunia. Dia punya belasan pesawat jet, puluhan mobil mewah dan properti melimpah mewah dimana-mana. Ada yang menyatakan bahwa Andara memiliki hampir seluruh properti di kotaku, juga sebagian besar kota di Indonesia. Walau lucunya (menurutku), dia tidak terlalu suka membeli properti di luar negeri, padahal investasinya lebih menguntungkan.

Andara dan Rumah Coklat menjadi legenda bukan hanya karena kekayaannya, namun karena Andara selalu suka berbagi. Bahkan terlalu sering, menurutku. Pagar Rumah Coklat itu selalu terbuka untuk dimasuki siapa saja. Bagiku, ini berlebihan. Bagaimana kalau diantara orang-orang itu ada yang penjahat? Bagaimana kalau ada pencuri di kerumunan orang-orang itu? Setiap hari ada saja aktivitas sosial di Rumah Coklat yang melibatkan banyak komunitas sosial dalam dan luar negeri. Padahal belum tentu kegiatan itu benar-benar sosial. Siapa yang tahu jangan-jangan pengurus komunitas itu mengatasnamakan masyarakat hanya untuk mengisi kantongnya sendiri. Banyak orang munafik di dunia ini kan?

Seharusnya Rumah Coklat itu hanya boleh dimasuki oleh orang-orang terpilih yang layak berada di sana. Bisa para pejabat, para politikus, para selebritis dan pebisnis terkenal. Orang-orang terpilih yang sudah melewati seleksi dalam bidang kehidupannya masing-masing dan membuktikan diri sebagai pemenang. Atau paling tidak, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang seperti aku. Aku, Aditya Permana, seorang mahasiswa lulusan terbaik universitas terkemuka di Amerika Serikat. Aku yang tidak pernah juara dua. Raportku bertaburan angka 8, 9, 10, juga A plus, A atau minimal B plus. Mungkin bagi banyak orang, aku ini ibarat tokoh dongeng jenius yang tidak mungkin ada. Tapi aku ada, suka atau tidak suka. Jangan tanyakan prestasiku. Terlalu banyak untuk diceritakan. Saat ini, aku sendiri sudah mengembangkan sebuah aplikasi akuntansi keuangan yang cukup lumayan mengisi kocekku. Tapi aku ingin lebih. Aku ingin menjadi bagian dari EduAll, karena start-up games edukasi itu terlalu agung dan terlalu kaya. Aku harus menangani akuntansi keuangan sang milyarder Andara. Aku akan jadi tangan kanannya!!

Karena itu, begitu ku dengar akuntan pribadi Andara meninggal dunia, aku langsung mencaritahu bagaimana bisa menggantikannya. Ku dengar ada ratusan ribu pelamar dari seluruh dunia dan aku mengalahkan mereka. Dan disinilah aku, di Rumah Coklat pukul 07.30 pagi.

Pagar rumah itu seperti biasanya terbuka lebar. Ada beberapa kerumunan di beberapa titik di halaman rumah yang luas itu. Sekilas ku amati, ada komunitas perempuan di arah sebelah kiri, ada komunitas lingkungan di sebelah kanan. Semalam, petugas yang menelponku memintaku untuk langsung ke gedung utama untuk menerima tugas pertamaku. Gedung utama itu berada tepat di tengah halaman luas. Cukup lumayan ditempuh dengan berjalan kaki. Mobil dan kendaraan bermotor dilarang masuk ke Rumah Coklat.

Di pendopo kecil di dekat gedung utama, ku lihat ada pembagian sembako. Dari pakaian orang-orang yang mengantri, sepertinya mereka dari golongan miskin daerah sini. Hmmm.. semoga mereka tidak merusak hari istimewaku. Dan benar saja, di pintu masuk gedung utama, ku lihat ada seorang laki-laki usia 30 puluhan sedang duduk di dekat pintu masuk. Ia menggunakan kaos putih dan celana panjang hitam biasa. Terlihat ada sepasang tongkat disandarkan di dinding dekat dia duduk. Sepertinya dia salah satu orang miskin yang mengantri di pendopo. Apa yang dilakukannya di depan gedung pintu utama? Ooh.. dia sudah mulai membuatku tak nyaman. Rasanya malas sekali harus bertatapan, apalagi bertegur sapa dengan orang-orang seperti itu. Aku kesini ingin menemui Andara. Bukan pengemis cacat seperti itu!

Sambil menghela nafas, aku berpura-pura tidak melihat laki-laki di depan pintu itu. Dengan cepat, ku langkahkan kaki menuju pintu. Dia tidak boleh merusak hariku!

“Maaf Pak, Bapak siapa? Dan ada perlu apa kesini?”, tiba-tiba laki-laki itu menegurku dengan nada yang sok sopan. Duh, repotnya. Aku pura-pura tak dengar dan meneruskan langkahku.

“Eh tunggu sebentar, Pak. Bapak siapa?”, kali ini dia menghalangi pintu dengan tongkatnya. Cepat sekali tangannya mengambil tongkat itu.

“Maaf ya, saya ada perlu penting ke dalam! Tolong tongkatnya!”, terpaksa ku jawab. Aku tidak mau dong jadi lebih repot bila ternyata tongkat itu rusak karena ku terobos.

“Oh maaf”, katanya sambil menurunkan tongkat. “Saya hanya ingin tahu Bapak siapa dan ingin menemui siapa”, wah.. siapa dia sampai aku harus melaporkan siapa aku dan apa alasan aku kesini. “Siapa tahu bisa saya bantu”, ujarnya lagi sambil membetulkan posisi kacamatanya yang miring. Hah, sombong sekali mau bantu. Dia yang sepertinya butuh bantuan, bukan aku.

“Maaf ya Pak. Saya gak punya waktu bicara dengan Bapak. Saya harus ke dalam”, jawabku. Kali ini lebih tegas. “Tolong jangan urusi urusan orang lain ya?”, ucapku sambil lalu. Sekilas, ku lihat bapak bertongkat itu tersenyum kecil. Baguslah kalau dia paham. Lagipula, seharusnya dia duduk di pendopo itu, bukan di depan pintu gedung utama.

Ketika aku hendak masuk ke pintu, seorang laki-laki keluar dari pintu. Pakaiannya sangat rapi dan bagus. Mungkinkah ini Pak Andara?

“Selamat pagi, Pak. Saya Aditya Permana. Semalam saya menerima telpon yang menyatakan saya kandidat akuntan EduAll”, ujarku sambil tersenyum dengan sangat manis.

Pria itu membalas senyumku, lalu bicara, “Oh pak Aditya sudah hadir ya? Saya Bram yang menelpon Bapak semalam”. Oh, dia bukan Andara. Dia pemilik suara yang menelponku semalam. Suara tegasnya jelas kukenali. Ku ulurkan tanganku padanya. Bram membalas uluran tanganku, menjabatnya kuat, lalu berkata, “Berarti Pak Aditya sudah bertemu dengan Pak Andara kan?”

Apa? Kapan? Dimana?

“Pak Andara, ini Pak Aditya, kandidat terbaik dari ratusan ribu akuntan yang melamar”, ujar Bram yang membuatku terkejut bukan main. Bram bicara dengan laki-laki bertongkat itu.

“Bram yang tangani ya?”, jawab Andara sambil pergi berlalu dengan tongkatnya. Bram mengangguk seperti baru saja menerima perintah.

Aku pucat pasi.

“Pak Aditya, mohon maaf, Bapak tidak lulus tes terakhir”

*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjutkan

20 Jan
Balas

Lanjutkan.. Makasih bu

21 Jan

Bangga kenal dgn Bu lisza

22 Jan
Balas

Terima kasih banyak, bu egit sayang

22 Jan

keren...

20 Jan
Balas

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Makasih pak

21 Jan

Moral story: Jangan menganggap rendah orang lain .Keren cek gu Lisza

21 Jan
Balas

Ya bu. Benar sekali. Makasih banyak karena sudah dibaca ya bu..

22 Jan



search

New Post