SEPERTI MAIN LAYANGAN

(Sebuah Coretan LISZA MEGASARI)

Dalam perjalanan hidup, kita akan bertemu banyak orang dengan sifat yang beda-beda. Pengennya ketemu orang yang kita mau, tapi eh malah ketemu orang yang nyebelin. Maunya hidup happy happy aja, eh malah ketemu orang yang gak asyik.

Tapi, siapa sih yang gak pernah nyebelin? Mama kita yang baik banget, kadang nyebelin juga. Temen dekat kita yang super baik, kadang jadi nyebelin. Tapi hey, kita yang baik ini, kadang juga nyebelin loh.

Bergaul dan berteman itu persis seperti proses belajar. Belajar memahami orang lain. Belajar juga memahami diri. Seperti main layangan. Layangan itu kalau diulur aja, bisa lepas. Kalau ditarik aja, bisa jatuh. Harus tahu kapan narik, kapan ngulur. Seninya di situ.

Begitu juga berteman. Perlu tahu kapan ngalah ngikut teman, kapan teman yang harus ikut kita. Harus tahu, kapan menjadi diri sendiri. Atau kapan mengikuti keinginan orang lain. Kapan menyatakan pendapat yang berbeda, atas nama kebebasan berpendapat. Atau kapan mengikuti pendapat orang lain, atas nama musyawarah.

Seninya gak bisa dipelajari sebulan dua bulan. Seni berteman hanya bisa dipelajari dengan cara ujicoba, jatuh bangun.

Jadi, teruskan bermain layangannya ya? Supaya layangan tetap bisa dimainkan, kamu harus tahu kapan tarik, kapan ulur.

Bagaimana bisa ahli? Yaa, mainkan saja. Yaa, berteman saja. Selamat berteman..

*****

#TantanganGurusiana 4