LITA SULISTYANINGTYAS

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Dan Duniamu

Aku Dan Duniamu

Entah apa sebabnya setiap kali menempati atau mengunjungi bangunan baru selalu saja diberikan mimpi yang tidak menyenangkan. Kali ini tidak tanggung-tanggung, serangan yang luar biasa dahsyat dan betubi-tubi. Mereka banyak dan bersembunyi dalam pekatnya malam.

Tiba dipenginapan di daerah Parompong, Lembang, Bandung sekitar pukul 19.30, disertai adzan isya dengan rerintik hujan yang membuat suasana makin dingin saja.

"Pekat sekali disini." Ujarku dalam hati.

Suasana yang tidak ramah dihembuskan dari rumah berwarna ungu.

"Maaf, aku hanya bermalam satu hari saja, semoga engkau berkenan." Ujarku dalam hati.

Aku bergegas turun dan mengemas barang-barangku turun dari bis. Diikuti dengan dua orang anakku dan beberapa teman yang tersisa di belakangku.

Setelah menerima arahan dari panitia tentang pembagian kamar, aku bergegas masuk ke kamar.

Kudapati kamar di lantai 2 bernomor 1, dengan jendela menghadap ke parkiran bis yang kami tumpangi dan satu lagi menyebelah dengan hutan pinus berisi rumah dengan sedikit cahaya.

Sepertinya tidak berpenghuni. Tampak terlihat dari korden yang terus tertutup dan hanya lampu depan yang meyala.

Kuraih handuk untuk membersihkan diri. Di kamar kurasakan sepertinya dua pasang mata yang kerap mengamati.

Aku keluar kamar, kulihat teman-teman lain sudah bersiap untuk santap malam dan dilanjut acara ramah tamah di lantai satu.

Kutemui dua anakku yang sedang bermain gadgetnya, mengingatkannya untuk bersegera tidur agar tidak terlambat solat subuh esok harinya.

Seperti biasa aku selalu mencari posisi tidur menghadap kiblat. Malam makin larut, samar masih terdengar alunan musik dari lantai satu. Dingin makin menggigit, lambat laun kantuk menyerang. Dan akupun terlelap.

"Jangan..!!"

"Jangan datang kesini. Sana

pergi."

Badanku terdorong hebat dari kasur. Tapi anehnya aku tidak terjatuh dari kasur. Beberapa kali aku terangkat lalu dihempaskan dengan keras kembali ke atas kasur.

Malam begitu panjang bagiku. Bolak balik aku berzikir, membaca beberapa surah alquran. Tapi sepertinya makhluk itu enggan melepasku.

Kembali aku ditenggelamkan. Aku berlari keluar bangunan anehnya kulihat teman-temanku sudah berada di luar. Semua berteriak dan menengadahkan muka ke atas lantai 4. Ku lihat Bapak Kepala Sekolah sedang berjuang melawannya. Berusaha turun untuk berkumpul bersama teman lainnya.

Makhluk hitam itu melekat di langit-langit rumah. Tawanya yang berderai menyeramkan lepas memekakkan telinga. Akupun terbangun. Alhamdulillah ternyata hanya mimpi.

Aku keluar kamar, menuju kamar mandi. Aku berwudhu. Lalu masuk lagi ke kamar melanjutkan tidurku. Tak lama alarm handphoneku berbunyi. Jam menunjukan pukul 03.30 pagi.

Setelah selesai solat subuh seperti biasa kulantunkan ayat suci al quran. Ruang kamar terasa lebih ringan dari sebelumnya. Aku masih memikirkan mimpiku tadi malam, seperti nyata adanya. Haripun semakin terang, kudengar beberapa anak ramai bercerita kejadian malam tadi di lantai 4.

Anak-anak berkerumun di koridor depan dekat kamarku.

"Gila tadi malam deh. Itu kuntilanak ngerjain gue." Seloroh satu anak.

"Masa kamar udah gue kunci, eh di buka lagi. Gue kunci lagi dibuka lagi. Iihhh serem." Lanjutnya sambil bergidik.

"Iya, mana ketawanya serem."

"Gue juga lihat di lantai 4." Sahut satu anak lainnya.

"Makanya gue turun."

"Ia ga suka lihat kita datang."

Anak-anak saling memberikan kesaksian dengan apa yang mereka lihat dan rasakan tadi malam. Rupanya itu bukan malam yang menyenangkan bagi mereka.

Aku yang mencuri dengar omongan mereka sangat terkejut. Ternyata aku bukan satu-satunya orang yang merasakan hal itu. Rupanya mimpiku tadi malam itu benar adanya.

Tak satupun dari mereka bercerita pada orang dewasa lainnya. Mereka khawatir tidak akan ada yang percaya. Padahal insting anak-anak itu jauh lebih peka dari insting orang dewasa.

Ya, aku hanya bisa merasakan. Tidak bisa melihat apalagi menyentuh atau berkomunikasi. Tahu ia ada saja sudah membuat bulu kudukku berdiri. Lagi pula tak perlu juga aku tahu wujudnya seperti apa.

Aku tidak punya ilmu gaib apapun atau tidak pula aku diturunkan oleh moyangku tentang ilmu seperti itu. Tapi itulah yang selalu aku alami jika berkunjung ke tempat baru. Suamiku selalu mengingatkan untuk mengucap salam 'asalammualaikum' dan membaca basmalah ketika pertama kali menginjakkan kaki di tempat baru.

Alhamdulillah hal itu selalu ku lakukan..

Lembang, 23 Febuari 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses juga buat bunda.. Barakallah fiik.. Aamiin..

24 Feb
Balas

Menegangkan ya Bund...salam di yempat yang baru kita kunjungi. Bismillah...

24 Feb
Balas

Yaa bunda, selalu membaca basmalah dan mengucap salam, seklipun itu rmh kita.. Sukses yaa bunda... Aamiin..

24 Feb

Sepertinya, mereka ingin berkawan dengan Bu Lita, karena tahu Bu Lita bisa merasakan kehadirannya. Sukses selalu dan barakallah fiik

24 Feb
Balas



search

New Post