LITA SULISTYANINGTYAS

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
GEMAGUS

GEMAGUS

Gemagus, kata pertama yang muncul dibenakku, ketika menjawab pertanyaan bunda Istiqoma Almaky di akun facebook ku. Berita gembira dari bunda Yully Rachmawati dan Bapak CEO Mohammad Ihsan, menjawab harapanku yang dag dig dug cemas bisa ikut kegiatan MWC Bacth 2 di Jakarta pada tanggal 22-24 April 2017. Gemagus adalah kata dari bahasa Jawa yang kerap aku dengar ketika nenekku dulu menyebutku. Kelakuanku yang sering bikin ulah “nyusahin” orangtua diwaktu kecil, tidak menampakkan diriku sebagai seorang anak perempuan pada umumnya.

Aku lebih suka berbusana, berantem dan berkelakuan seperti anak laki ga ada takutnya. Berani sama siapa saja selama itu baik dan benar, yang menyebabkan nenek sering menyebutku dengan sebutan gemagus. Tidak terpikir pada waktu itu, ingin tahu arti kata tersebut, karena pada jaman itu belum ada yang namanya internet, apalagi mbah Google. Tapi kali ini, setelah menulis kata gemagus, baru terpikir ingin tahu apa arti kata tersebut. Kata semisal adalah gemagus, dari kata bagus.

Gemagus berarti merasa bagus atau merasa lebih gagah dari sebenarnya, percaya diri yang kelewatan (diambil dari blognya Triyanto Banyumasan’s Blog: https://triyantobanyumasan.com/2014/09/12/kementhus-tidak-sekedar-gemagus/). Ke PD an atau ke GR an kata anak jaman sekarang. Jadi “pengen” ketawa setelah tahu artinya. Teringat ucapan nenek dulu, ternyata selama itu nenek ku memanggilku dengan sebutan gemagus karena aku banyak tingkahnya, berbeda dengan kakak perempuan ku yang lebih tenang dan kalem kelakukannya.

Terlahir dari seorang ibu yang lulusan SKP (Sekolah Kepandaian Putri) dan bapak seorang karyawan swasta Hotel Sahid Jaya Jakarta, enam bersaudara, 4 putra dan 2 putri. Sebagai putir kedua, rupanya ibuku “kurang bisa” membentukku sebagai pribadi perempuan. Kelakuan yang tomboy, nyaris membuatku tak memiliki baju perempuan, seperti rok atau blouse. Lebih suka kaos dan celana pendek atau panjang. Rok yang ku miliki hanya rok sekolah, atau blouse yang aku kenakan kalau acara kondangan atau acara dari kantor bapak ku saja. Lingkungan bermain di rumah yang seangkatan umur akupun lebih banyak anak laki-laki dari pada anak perempuan.

Hasyim, Abram, Dedi, Bambang, dan Imam, adalah sederet nama anak laki yang memiliki usia yang sama, bersekolah di SD, SMP dan SMA yang sama. Hasyim dan Abram kakak adik dari keluarga yang mampu. Ayahnya pilot helikopter TNI AU, Hasyim lebih suka berjualan Koran untuk mendapatkan uang saku. Anak yang santun, tidak gemagus seperti adiknya “lebih sering” merepotkan orangtuanya. Dedi, anak seorang mantri kesehatan TNI AU Halim Perdana Kusumah. Bambang, anak seorang pegawai swasta, tidak gemagus kelakuannya. Sedangkan Imam, yang juga anak seorang pegawai swasta, anak yang tergolong gemagus kelakuannya. Walaupun baik hatinya, tapi Imam lebih sering berkelakuan sombong, seperti yang paling pintar dan hebat sendiri, ya itu tadi gemagus.

Di kelas Media Guru, ga mungkinlah aku akan berkelakuan gemagus, harus banyak belajar dari para guru hebat yang sudah memiliki “jam terbang” yang mumpuni dalam dunia tulis menulis. Apalah aku yang baru mau melangkah belajar menulis yang baik. Berbekal belajar dari kelas menulis 22-23 Januari 2017 bersama Pak Eko Prasetyo dan Pak CEO Mohammad Ihsan dan sedikit “paksaan” dari bunda Yully Rachmawati, aku nekat mendaftarkan diri ikut kelas menulis MWC Bacth 2, yang sebelumnya di Surabaya aku tidak bisa ikut.

Membaca nama-nama punggawa menulis seperti Pa Leck Murman, Bunda Eko Pratiwiningsih, bunda Istiqoma Almaky dan sederet nama top lainnya tidak membuat hatikku “ciut” di kelas ini. Justru ini adalah ajang aku untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Moment yang tidak boleh dibuang begitu saja. Jika hanya ingin sekedar belajar, bisa ditempat lain. Tapi kalau mau menimba ilmu sebanyak-banyaknya ya di Media Guru lah tempatnya. Disini tidak akan ditemukan guru hebat yang gemagus. Kata gemagus yang ku tulis di akun facebook ku maksudnya adalah, “saking” gembiranya aku mendapatkan kabar baik tersebut, yang sudah lama ku tunggu-tunggu dengan harap-harap cemas. Bukan karena aku merasa sudah hebat dalam menulis. Bahagia dan bangga bisa bersama-sama dengan guru-guru dan tentunya Pak RT 48 dan Pak CEO hebat yang fenomenal itu.

Semoga aku bisa menyelesaikannya dengan baik dan mengemban amanah dari semua kebaikan dan kesempatan yang sudah diberikan. Aku sendiri tidak tahu apakah aku “layak” untuk hadir di kelas ini. Tapi kalau aku tidak pernah mencoba aku tidak akan pernah tahu kemampuan ku dalam menulis. Benar tidaknya penggunaan bahasa ku, atau pun susunan kalimat yang mampu memancing hasrat pembacanya. Terimaksih untuk semua dukungan dan doanya. Ke depan semoga aku juga bisa berbagi dengan teman-teman guru lainnya yang punya keinginan menulis, tapi mungkin belum ada kesempatan dan waktu yang tepat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Putri Gemagus.....jd lah sebuah judul.

16 Apr
Balas

Koreksinya, Kelas menulis Jakarta 21-22 dehh....

16 Apr

Koreksinya, Kelas menulis Jakarta 21-22 dehh....

16 Apr

Koreksinya, Kelas menulis Jakarta 21-22 dehh....

16 Apr

Koreksinya, Kelas menulis Jakarta 21-22 dehh....

16 Apr

Menggema Baguss...hehehe

16 Apr
Balas

Menggema Baguss...hehehe

16 Apr
Balas



search

New Post