Livia Ananda

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PERANGKO SALAH MATERAI

Menulis merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi saya, berawal ketika saya duduk di bangku SMP dimana pada saat itu saya merasakan banyak hal yang baru yang saya alami, dan semua hal-hal tersebut saya tuangkan kedalam buku diari saya, maklumlah pada jaman saya SMP awal tahun 1990 tekhnologi tidak secanggih saat ini, yang ada hanya radio dan televisi, itupun masih hitam putih, kadang gambarnya ada kadang hilang, merek tosiba { tokok sikit baru bagus }. Hal tersebut yang membuat saya lebih suka mengurung diri didalam kamar saya yang hanya ditemani oleh buku diary saya itu, bagi saya saat itu buku diary itulah teman sejati saya, yang tidak pernah marah saya tulis apapun maklumlah ayah saya orangnya rada-rada streng alias galak. Jadi saya tidak dibebaskan bermain di luar hanya waktu tertentu saja. Kebetulan pada saat itu lagi musim-musimnya “sahabat pena” antar kota, propinsi maupun luar negeri, pernah diawal awal saya menjalin persahabatan melalui surat {sahabat pena} ada kisah yang membuat saya kalau teringat sekarang membuat saya terseyum geli, jadi kisahnya begini, saya dikenalkan oleh teman saya seorang sahabat pena yang berasal dari Jakarta pada saat itu saya domisili di Medan, dalam fikiran saya wah keren nih punya teman dari Jakarta, singkat cerita saya mulai menulis surat kepada dia dan ini merupakan surat pertama saya, sesuai arahan teman saya buat saja suratnya kemudian pergi ke kantor pos untuk pengirimannya, nanti ada petugasnya itu yang membantu. Setelah surat saya tulis dan kemudian saya masukan amplop pergilah saya ke kantor pos untuk mengirimkanya, tiba saya di Kantor pos, saya langsung datangi petugas pelayanannya kemudian petugasnya bertanya mau yang kilat atau yang biasa, karena uang saya pas-pasan saya pilih yang biasa saja, dan kemudian diarahkan agar membeli perangko setelah ditempel kemudian dimasukan kedalam kotak yang telah disediakan, kebetulan waktu itu saya pulang sekolah pergi kekantor posnya, takut kelamaan jadi saya agak tergesa-gesa ketika membeli perangkonya, maklum baru pertama kali mengirim surat, selesai sudah saya tempel prangkonya saya pun pulang kerumah. Tiga hari kemudian tukang pos datang kerumah, pos..pos.. dan menyebut nama saya, kok cepat sekali ya sambil saya berlari kegirangan, saya temui pak posnya, tapi saya heran mengapa pak posnya kok senyum-senyum gimana gitu pada saya, apa saya yang terlalu cantik yach…kok jadi malu. Pak pos pun menyerahkan surat tersebut kepada saya sambil berkata “Adik yang bernama Livia ?” saya menjawab” ya Pak “, Dik.. lain kali kalau mau kirim surat pakai perangko ya bukan pakai materai…, saya pun bingung, kebetulan ibu saya juga ikut keluar dan turut menjelaskan kepada saya, saya jadi malu lain kali saya lebih teliti

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post