Alhamdulillah makan durian (pengalaman minggu ini)
Alhamdulillah makan durian
Perut yang lapar membuat aku dan si Dia menancap gas menuju warung cobek, favourite kami malam itu. Namun, antrian dilampu merah membuat demonstran di perutku mulai beraksi. Satu menit berlalu, mobil didepan ku mulai melaju, dan terjadi sesuatu kala itu. Keroncongan perutku mulai hilang dan disibukkan oleh aroma lain. Yup, si buah dahsyat penuh duri. Durian, berjejer disamping ku. Sontak, kami berputar arah menuju aroma itu. Kemacetan menjadi penolong kami untuk melintasi kerumunan kendaraan.
Akhirnya kami pun singgah dan sibuk menunjuk-nunjuk buah yang kami sukai. Dengan senyum penuh harapan, aku sang pembeli durian bahagia ketika menemukan kriteria buah durian yang aku sukai. Ia kecil, imut dan sedikit membulat. Berbeda dengan kriteria durian oleh suamiku. Ia lebih suka durian yang lebih kecil durinya dan buahnya seperti bentuk jantung pisang. Sekejap tanpa tawaran yang ribet, kami pun memutuskan untuk membeli beberapa dan tampak senyuman kebahagiaan dirasakan oleh penjualnya. Agaknya, ia juga bahagia ketika kami tidak terlalu menawar dagangannya. Bukankah saling membantu itu ajaran agama kita yang mulia?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar