LUCIANA INTAN PRIHATINI

Sebagai seorang guru seni tari, apapun hal yang saya kerjakan tidak terlepas dengan kepuasan berekspresi dalam berkarya. Salam Budaya....

Selengkapnya
Navigasi Web

IBU Bukan Sekedar Sebutan

Kata ibu sering kita ucapkan sebagai sebutan bagi wanita yang telah melahirkan kita di dunia. Ibu adalah sosok yang penuh kelembutan dan kesabaran dalam membesarkan dan merawat anak-anaknya. Tidak terhitung cucuran peluh dan air mata yang keluar demi anak-anaknya, sebagai wujud syukurnya atas anugerah terindah dari Sang Khaliq. Saya yakin pembaca yang budiman sepaham dengan gambaran sebutan ibu tersebut. Lalu, bagaimana dengan wanita yang belum mendapatkan anugerah (seorang anak)? Pantaskah mereka menyandang sebutan ibu?

Pada dasarnya setiap wanita adalah calon ibu, baik bagi anak kandungnya, anak didiknya maupun anak asuhnya. Jadi sah-sah saja jika setiap wanita usia dewasa disebut ibu. Bagi anak-anaknya dirumah, ibu adalah pendidik, pengasuh, perawat, teman, pelindung, panutan, dokter, pelayan serta manajer yang handal. Tak heran ibu merupakan superhero dalam keluarga. Di sekolah, murid menggunakan sebutan ibu bagi wanita yang mengajar dan mendidik mereka sebagai sosok pengganti ibu mereka di rumah. Begitu pula arti ibu bagi anak yang telah mereka asuh.

Lalu, apakah hanya sebatas itu sajakah pemahaman akan kata ibu? Sedari kecil dalam pemikiran saya hanya memaknai kata ibu sebagai sebutan dalam hubungan kekeluargaan. Apa yang dilakukan dan dikerjakan seorang ibu untuk anaknya adalah sebagai kewajibannya. Demikian pula anak yang membantu ibunya di rumah merupakan pemenuhan kewajibannya. Singkat kata kegiatan dalam keluarga adalah sebuah rutinitas normal sesuai dengan norma yang ada. Tapi pemikiran tersebut kemudian patah tatkala saya menjadi ibu asuh, meskipun untuk bayi-bayi kucing terlantar, belum lama ini. Pemaknaan kata ibu bukan hanya sebutan dalam hubungan kekeluargaan melainkan lebih intim.

Saya pernah membaca teori bahwa kedekatan batin seorang ibu terhadap anaknya terjalin semenjak sang anak didalam kandungan. Ibu saya pun seringkali menebak apa yang saya pikirkan dan rasakan, yang bisa disebut sebagai kedekatan batin. Tak jarang juga saya mendengarkan cerita teman-teman wanita saya tentang anak-anak mereka dan apa yang mereka kerjakan sehari-hari. Tulisan saya ini mungkin sudah pernah pembaca rasakan dan alami, tetapi ini merupakan pengalaman estetis yang baru pertama kali saya rasakan. Kenikmatan menjadi seorang ibu dalam arti hakiki, pergulatan emosional dengan nalar serta kepuasan batin melakukan hal yang benar meski aneh bagi orang lain.

Bagi saya, menjadi seorang ibu asuh tidak hanya berlaku bagi anak manusia akan tetapi juga bagi anak binatang. Sebagaimana firman Allah S.W.T berikut: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (surat Al-Anbiya: 107). Kebanyakan orang menganggap keputusan saya menjadi ibu asuh bayi-bayi kucing sebagai hal yang tidak wajar, tanpa terkecuali orang tua saya meskipun dirumah kami juga memelihara 4 ekor kucing persia dewasa. Legan golek momongan, itulah yang terlontar dari mulut bapak saya ketika suatu malam saya membawa tiga ekor bayi kucing dari pasar dekat rumah. Ungkapan itu sebenarnya cukup jelas sebagai larangan untuk tidak memelihara bayi kucing pasar tersebut. Rasa kasihan dan tidak tegalah yang akhirnya membuat saya membulatkan tekat untuk merawat mereka.

Demi menjaga kedamaian dirumah, akhirnya saya putuskan merawat ketiga bayi kucing itu dirumah keluarga yang lama (kebetulan kami baru saja menempati rumah baru). Disana saya memulai aktivitas layaknya seorang ibu mulai dari bangun di pagi hari sampai tidur di malam hari. Mulai merebus air untuk membuat susu dan merendam botol susu, membersihkan badan mereka, memberi minum susu, membersihkan alas tidur mereka, menjemur mereka, mengajak bermain serta menimang mereka jika menangis. Kemanapun saya pergi, mereka selalu turut serta bahkan ketika saya harus pergi mengajar. Disela-sela kesibukan saya mengajar selalu saya sempatkan untuk memberi mereka minum susu dan membersihkan badan mereka. Capek sekali memang, tapi entah mengapa rasa capek itu selalu hilang jika melihat mereka tertidur pulas.

Rasa sayang pun bertambah seiring bertumbuhnya mereka, rasanya tidak ingin melewatkan masa-masa perkembangan mereka. Jika saya pergi tanpa membawa mereka turut serta, saya selalu ingin cepat pulang untuk melihat kondisi mereka. Bahkan ketika saya mendapat tugas ke luar kota selama tiga hari, saya rela merogoh dompet untuk membayar catsitter agar mereka terawat. Ketika mereka sakit saya merasa khawatir, segera saya obati dengan obat-obatan yang ada dengan dosis minimalis tentunya. Ketika saya marah akibat ulah mereka yang mengganggu pekerjaan saya, segera saya merasa menyesal setelah melihat tatapan sendu mereka.

Saya pun merenungi setiap usaha yang telah saya lakukan demi mereka dan seketika teringat kepada ibu saya. Apa yang telah beliau lakukan untuk anaknya ini semenjak kecil hingga dewasa. Bagaimana perasaan beliau ketika menghadapi segala tingkah laku anaknya ini. Lelahnya, amarahnya, egonya tertutup rapat dengan rasa sayangnya kepada anaknya ini. Sungguh ibu, anakmu ini merasa malu telah salah menilaimu. Bahagia dan bangga sekali rasanya memiliki ibu yang luar biasa. Ibu yang memiliki segala yang dibutuhkan anaknya. Salam hormatku untukmu ibu...

Salut kepada seluruh ibu yang tidak hanya menjadi ibu rumah tangga tetapi juga wanita karier, seperti ibuku.

(Luciana Intan, peserta Sagusabu Kudus)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dahsyat. Tulisannya mantab

23 Jul
Balas

Matur nuwun

23 Jul

Luar biasa Bu Intan... Aku juga penyayang binatang tapi belum mendalam banget seperti Bu Intan

23 Jul
Balas

Hehehe.. Biasa saja koq bu..njgan malah Ibu yg luar biasa

23 Jul

Luar biasa Bu Intan... Aku juga penyayang binatang tapi belum mendalam banget seperti Bu Intan

23 Jul
Balas

Luar biasa Bu Intan... Aku juga penyayang binatang tapi belum mendalam banget seperti Bu Intan

23 Jul
Balas

Luar biasa Bu Intan... Aku juga penyayang binatang tapi belum mendalam banget seperti Bu Intan

23 Jul
Balas

Luar biasa Bu Intan... Aku juga penyayang binatang tapi belum mendalam banget seperti Bu Intan

23 Jul
Balas

Luar biasa Bu Intan... Aku juga penyayang binatang tapi belum mendalam banget seperti Bu Intan

23 Jul
Balas

Luar biasa Bu Intan... Aku juga penyayang binatang tapi belum mendalam banget seperti Bu Intan

23 Jul
Balas



search

New Post