Ludiazzuhri

Guru di SDIT Al Fatih Cipayung Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Seorang guru yang mulai kecanduan dengan dunia tulis menulis, ketika di amanahi sebagai PJ Litera...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bayang-bayang Kelam Aisha (Part2)

Bayang-bayang Kelam Aisha (Part2)

Bayang-bayang Kelam Aisha (Part 2)

Oleh:Ludiazzuhri

Saat liburan akhir tahun sekolah dan liburan lebaran berdekatan, maka libur akan menjadi panjang. Hal seperti ini adalah sesuatu yang membahagiakan bagi seorang Aisha. Saat liburan Aisha suka membantu ibu untuk berjualan dipinggir jalan dekat masjid yang tidak jauh dari rumah Aisha. Terkadang Aisha hanya membantu menunggu adiknya dirumah. Untuk membantu bapak menutupi biaya rumah tangga yang semakin meningkat, ibu memang berjualan makanan ringan di pinggir jalan, Terlebih lagi liburan begini, anak – anak banyak yang menghabiskan uang angpau lebaran untuk mereka jajan sepuasnya tanpa harus meminta pada orang tua. Saat itu Aisha masih berumur 7 tahun dan duduk di kelas 2 SD. Ia sedang sendirian di rumahnya. Ketika tiba – tiba ada yang mengetuk rumahnya. “ Wa’alaikumussalam, ya sebentar…” Seru Aisha dari dalam. Aisha membuka pintu rumahnya dan menemukan pak Rosadi tetangga satu Rt. “ Wa’alaikumussalam, maaf pak, bapak sedang bekerja dan ibu lagi jualan di depan masjid Al Huda. “ Tutur Aisha sopan. “ Oh…ehm, gitu ya? tadinya ada perlu sama bapakmu Is…”Tutur pak Rosadi. “Ada pesan yang perlu disampaikan ke bapak? nanti saya sampaikan. Seru Aisha lagi. “Ehm…enggak Is, nanti sore saya ke sini lagi untuk menemui bapakmu.” Jawab pak Rosadi sambil pamitan.

Pak Rosadi adalah tetangga satu Rt denganku. Ia salah satu teman bapak di pengajian RT dan pengajian di masjid. Pak Rosadi orang yang baik dan pendiam. Saat berkumpul dengan bapak-bapak ketika ada acara di rumah pak Rosadi ini paling sedikit bicaranya. Ia mempunyai dua orang anak yaitu kak Sella dan kak Ibra. Mereka kini duduk di bangku SMP dan SMU. Akupun sangat akrab dengan mereka. Karena aku anak pertama, aku merasa mempunyai kakak yang menyayangiku. Meski mereka hanya tetanggaku. Tapi istrinya meninggal beberapa bulan lalu karena sakit. Dan Pak Rosadi kini hanya tinggal bersama kedua anaknya. Pak Rosadi yang ramah membuat aku sangat menghormatinya, terlebih ia adalah teman bapak, aku harus hormat dan sopan kepadanya. Seperti kepada teman-teman bapak yang lain. Pesan bapak yang selalu aku ingat. “ Neng…teman bapak, adalah orangtua yang harus kamu hormati juga, jadi neng harus bisa berbuat baik dan sopan sama mereka.” Pesan bapak suatu saat. Dan itu selalu tertanam di dalam hati. Namun aku tak menyangka sama sekali. Orang inilah yang menghancurkan masa depanku. Meleburkan semua rasa percaya diriku. Dan memporak-porandakan kehidupanku. Dia yang membuat masa kecilku menjadi lembaran yang buram.

Tak lama pak Rosadi berpamitan, terdengar pintu rumah diketuk kembali. Aisha membukakan pintu dan menemukan pak Rosadi lagi. “ Maaf ada apa pak?, apakah ada pesan yang ketinggalan?”Tanya Aisha dengan sopan. “ Ehm…Is kamu bisa bantu bapak?” Tanya pak Rosadi dengan gugup. “ Apaan pak?”. Jawab Aisha polos. “ Nanti bapak kasih tahu, sekarang kamu ikut bapak ya?” Tutur pak Rosadi. “ Baik pak, saya kunci rumah dulu, dan izin sama ibu dulu di depan, khawatir ibu mencari saya” Terang Aisha. “ Eh..ga usah, cuma sebentar aja kok.” Terang pak Rosadi sambil menarik tangan Aisha. Aisha akhirnya menurut dan mengikuti langkah pak Rosadi. “ Pak apa yang bisa saya bantu?saya mau diajak kemana?nanti ibu mencari saya, tadi bilangnya saya suruh ke warung untuk jagain Zaki.” Tanya Aisha kebingungan. Karena tangannya dicengkram begitu kuat, dan jalannya begitu cepat. Membuat Aisha terseok-seok mengikuti langkah pak Rosadi. Namun Pak Rosadi hanya diam dan terus berjalan.

Di tengah pekarangan pak Rosadi menghentikan langkahnya. Dan melepaskan cengkraman tangannya. “Pak, mau saya bantu menanam apa? “Tanya Aisha dengan wajah polos dan masih penuh kebingungan. Kenapa ia dibawa ke pekarangan sepi. “ Is kamu mau bantu bapak kan?.” Tanya pak Rosadi sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Aisha yang polos. Aisha menatap pak Rosadi tak mengerti. Pak Rosadi membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Aisha. Disentuh pipi Aisha yang chuby. “ Tapi Aisha janji ya…tidak akan bilang siapa-siapa, termasuk bapak dan ibu.” Aisha masih saja kebingungan dan tak mengerti. Dan Aisha masih belum juga mengerti kenapa pak Rosadi membuka pakaiannya. Aisha meronta dan menangis, Namun pak Rosadi tidak mempedulikan suara tangisan itu. Rasa iba dan sayang seolah lenyap dari hatinya. Nafsu setan membabi buta menguasai dirinya. Ia lupa Aisha adalah seorang anak kecil, putri dari temannya. Ia juga lupa bahwa dirinya juga mempunyai seorang anak perempuan. Aisha hanya bisa menangis dan merintih. Dan akhirnya hanya gelap memenuhi pandangannya.

Aisha membuka netranya yang terasa berat. Ia mengedarkan pandangannya. Terlihat langit-langit dan dinding semua berwarna putih. Badannya terasa remuk, Ia nggak mengerti, mengapa kemaluannya terasa sakit.. Ia melihat ibunya sedang berbincang-bincang dengan seorang bapak memakai jas putih. Terilhat ibu yang menangis mendengarkan penjelasan bapak berjas putih itu. “ Bu….”Panggilku lemah. “ Is…kamu sudah sadar nak?” Ibu mendekatiku dan memelukku. Diciuminya wajahku dan diusapnya kepalaku. “ Bu…Isha kenapa ada di sini?Kenapa kemaluan Isha sakit bu?” Tanyaku lemah. “ Kamu nggak papa sayang, kamu akan segera sembuh.” Jawab ibu pelan, sambil terus mengusap kepalaku. Kulihat duka mendalam di matanya. Meski ia berusaha menahan buliran bening agar tidak keluar, agar terilhat biasa di hadapanku, namun tetap saja diujung retinanya, terlihat serpihan-serpihan tipis mulai mengabut. Meski ia ingin menyembunyikan semua itu dariku. Ada apa denganku? Mengapa tubuhku terasa remuk, dan kemaluanku terasa sakit dan perih. Tanyaku dalam hati. Aku mencoba mengingat semua peristiwa sebelum aku berada di sini. Dan terlintas bayangan pak Rosadi yang datang kerumahku mencari bapak, dan memaksaku untuk ikut dengannya, dan mengikuti semua keinginannya. Badanku yang tingginya hanya sepahanya, tidak bisa berontak. Dan yang kuingat setelah itu hanya gelap.

“Tidakkkkkkk…..”Aku berteriak menghilangkan semua rasa sakit dan rasa takutku. Keringat membanjiri seluruh bagian tubuhku, dan salivaku tiba- tiba terasa kering, Tenggorokanku tercekat. “ Kenapa Is…kamu bermimpi buruk lagi?” Kulihat ibu menghampiriku dengan wajah cemas.“ Astagfirullah…ibu…Isha bermimpi itu lagi bu...”. Seruku terisak dan memeluk ibu. Kembali bayangan kelam di masa kecilku menghantui mimpiku. Ibu masih mengusap-usap punggungku untuk memberikan ketenangan. “ Kamu belum mandi tidur Is, nggak berdoa lagi…jadinya kamu dihantui mimpi-mimpi buruk itu lagi. Sekarang kamu mandi dulu, shalat isya, habis itu makan, ibu sudah masakin sambel goreng ati dan sup ceker kesukaanmu.” Tutur ibu sambil mengacak rambutku pelan.

“Baik bu..Isha mandi dulu ya..” Aku segera mandi. Kuguyur seluruh badan ini, berharap mimpi buruk itu tidak hadir lagi dalam hidupku.

Pagi itu aku berangkat kerja dengan setengah hati. Terbayang wajah Ghazi yang akan menginterogasiku. Ghazi adalah manager di divisi tempat aku kerja. Semenjak aku kerja di kantor ini, aku merasa memang dia selalu memperhatikanku. Bukan karena aku geer, tapi dari perhatian yang di berikan aku bisa merasakan itu. Dan ternyata bukan hanya aku yang merasakan itu, tapi teman-temanku satu divisi juga bisa merasakan geliat sang manager kepadaku. “ Is..kamu nggak merasa apa, kalau pak Ghazi itu menyukaimu, dari gerak-geriknya, dia selalu memperhatikanmu lho…?” Tanya Dita salah satu teman kantorku. Membuat moodku menghilang pagi ini. “ Apaan sih kamu Dit…pagi-pagi sudah ngegosip aja, bikin ga mood tau nggak? Seruku datar. Malas banget ngerespon dan bahas yang beginian. “ Eh…non, kamu harusnya bersyukur, semua gadis-gadis di kantor ini semua mengharapkan didekati sama pak Ghazi, eh…kamu yang sudah jelas-jelas ditaksir, malahan nolak” Seru Dita kesal, karena melihatku tidak merespon omongannya. Aku kembali ke komputerku. Tiba-tiba terdengar suara khas berwibawa yang taka sing di telinga.” Aisha…nanti tolong ke ruangan saya ya.” Suara Ghazi memecahkan keriuhan suasana kantor. Dan seketika suasanapun menjadi hening. Semua mata tertuju padaku. Membuatku kikuk di buatnya. “ Ehmm…ehmm” suara Dita berdehem menggoda.. Aduh…kenapa mesti aku sih…

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post