Ludiazzuhri

Guru di SDIT Al Fatih Cipayung Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Seorang guru yang mulai kecanduan dengan dunia tulis menulis, ketika di amanahi sebagai PJ Litera...

Selengkapnya
Navigasi Web
FIRASAT

FIRASAT

Firasat

Oleh : Ludiazzuhri

Pagi itu kami sekeluarga berkemas untuk persiapan piknik liburan akhir tahun. Agenda yang sudah kami rencanakan dari dua bulan yang lalu. Selain untuk merefreskan fikiran yang suntuk dan menghindari polusi ibukota, liburan ini juga untuk memenuhi janji kami pada anak kami Azka yang berusia 5 tahun. Kalau ia berhasil menghafal QS. Ar Rahman 1-20 maka sebagai hadiahnya adalah jalan-jalan ke luar kota. Alternatif yang kami ambil adalah Pantai Anyer di Banten. Selain tidak terlalu jauh karena hanya menempuh waktu kurang lebih tiga jam. Dan perjalananya juga tidak semacet arah puncak. Dan anak-anak juga sangat menyukai pantai. Walaupun mungkin disaat liburan akhir tahun seperti sekarang ini perjalanan menuju destinasi wisata sama saja penuh dan macet.

Semua bekal, baju ganti dan semua keperluan sudah rapih masuk bagasi mobil. Kebiasaan emak-emak, saat mau bepergian pasti paling sibuk dan repot mempersiapkan segala sesuatunya. Begitu juga saat pulang bepergian, emak-emak masih juga sibuk beberes merapihkan sisa-sisa liburan. Sedangkan suami dan anak-anak dengan tenangnya istirahat. Kubangunkan Azka anak pertamaku.

" Azka...bangun bang..katanya mau jalan-jalan". Seruku pelan sambil kuusap-usap pipinya yang chabi.

" Nggak jadi ah bun...Abang nggak mau jalan-jalan, mainnya di rumah aja". Sungut Azka masih dengan mata terpejam.

Tumben banget nih anak, biasanya dia paling semangat bangun kalau mau jalan-jalan.

" Lho....katanya kemarin mau main pasir di pantai, ayah udah siap berangkat tuh.., abang mau di rumah sendirian? Dede Kia aja udah siap". Tuturku sambil kupijit-pijit kakinya pelan.

Mendengar suara Kia anak keduaku menangis, kutinggalkan Azka menuju Kia untuk memandikannnya. Terdengar suara deru mobil yang dipanaskan oleh suamiku.

"Bun... semua sudah siap belum?kalau kesiangan khawatir macet". Tanya suamiku memastikan.

" Sudah yah...tinggal si Abang tuh yang belum bangun, susah banget dibanguninnya. Tolong bangunin ya yah... bunda lagi ngerapihin dede Kia nih..".Seruku sedikit teriak dari kamar.

Tak lama kemudian kudengar gemercik air dari kamar mandi. Aku tersenyum melihat kegiatan ayah yang memandikan anak lelakinya. Pakai mantra apa suamiku, aku begitu susah membangunkan Azka, namun ia dengan begitu mudahnya. Tanpa ada teriakan yang meramaikan suasana pagi.

"Ayah hebat deh...". Kuacungkan jempol untuk suamiku yang sedang merapihkan baju anak sulungnya.

Dan seperti biasa, dia hanya menanggapinya dengan senyum khas yang sangat manis. Sehingga pagi ini kami tidak usah minum teh manis, karena senyumannya mengalahkan rasa gula..eeaaa.lebay.

Perjalanan kami Alhamdulillah lancar, dan tidak mengalami macet yang panjang. Mungkin karena masih pagi, jadi jalannya cukup lengang. Kami segera menuju villa yang sudah kami pesan melalui on line. Villa ini mempunyai balkon yang menghadap ke laut lepas. Sungguh pemandangan yang sangat indah. Di sebrang laut terlihat gunung Anak Krakatau berdiri dengan gagahnya. Suatu Maha karya yang sangat luar biasa. Lukisan alam goresan cinta Sang Maha Pencipta, Masya Allah..

Aku memasuki villa untuk beristirahat. Dan suamiku mengeluarkan barang-barang di bagasi. Seketika aku dikagetkan suara teriakan Azka dan Kia secara bersamaan. Aku pikir mereka berantem.

" Abang...kenapa,dedenya diapain? Tanyaku menghampiri mereka dan memeluk keduanya.

" Bunda abang nggak mau nginep di sini, abang mau pulang, abang mau bobonya di rumah aja...". Serunya dengan suara cadel, sambil terisak seperti ketakutan. Kuusap punggungnya untuk menenangkan. Sedangkan tangan yang satu menepuk-nepuk Kia, yang juga tak kalah histeris menangisnya.

" Kita kan baru sampai bang...nanti kita mandi di pantai, dan bikin istana dari pasir".Seruku mencoba membujuknya.

"Nggak mauuuu...pokoknya abang mau pulang". Teriaknya semakin kencang.

Suamiku yang sedang membereskan bagasi terkejut mendengar teriakan Azka.

" Abang kenapa? Ayo ikut ayah". Seru suamiku pelan. Dituntunnya Azka keluar villa untuk membujuknya.

Hingga tengah hari Azka dan Kia belum juga berhenti menangis. Dibujuk dengan berbagai cara, masih belum juga berhenti menangis. Malahan tangisannya semakin kencang. Kepalakupun jadi terasa pusing.

" Ayah...gimana nih? Bunda pusing". Gumamku lelah.

" Ada apa dengan mereka ya Bun, tidak seperti biasanya, mereka begini. Biasanya mereka senang banget kalau diajak ke pantai".

" Bunda juga nggak tau yah...dari tadi pagi Azka nggak mau dibangunin, katanya nggak usah jalan-jalan. Mainnya di rumah aja, biasanya mereka semangat banget bangun pagi kalau tau mau jalan- jalan. padahal badan mereka juga nggak panas". Desisku dengan suara parau.

" Kalau begitu kita pulang aja ya bun, daripada mereka merengek dan menangis terus, kasihan...pasti capai banget, nangis dari tadi ga berhenti-berhenti".

Kuajak Azka dan Kia masuk ke mobil. Suamiku memasukan lagi tas-tas yang tadi sudah sempat dikeluarkan. Dan ajaib...ketika sudah di dalam mobil. Tangis mereka mereda dan berhenti seketika. Kuusap sisa air mata mereka yang masih membasahi pipi-pipi yang chabi dan menggemaskan.

" Abang beneran mau pulang?". Tanyaku memastikan. Khawatir di jalan nanti minta balik lagi.

" Iya Bun...kita pulang aja, kita mainnya di rumah aja". Jawabnya parau dengan masih sedikit terisak.

" Ya sudah...sekarang kita pulang ya..". Azka mengangguk dan menyandarkan kepalanya di pahaku. Kia tak menunggu lama juga ikut terlelap. Mungkin karena kecapean menangis. Akhirnya kami pulang kembali ke Jakarta dan batal liburan.

Pagi ini seperti biasa kusiapkan sarapan pagi. Azka dan Kia sedang asyik bermain sepeda dengan ayahnya di halaman rumah. Suamiku memang masih masa cuti. Sehingga bisa main sepuasnya dengan anak-anak. Karena ketika sudah masuk kerja, intensitas pertemuannya dengan anak-anak hanya sedikit. Jadi saat liburan dan cuti seperti ini anak-anak nggak mau lepas dari ayahnya. Dan ayahnya juga tak mau membiarkan waktunya terbuang percuma tanpa membersamai kedua anaknya.

Kurapihkan menu sarapan favorit keluarga nasi goreng di meja makan.

"Ayah, Abang, Dede ayo makan...sarapannya sudah siap nih..".

Sambil menunggu mereka siap makan, kesetel telivisi untuk melihat berita pagi. Tiba-tiba lutut ini terasa lemas dan bergetar.

" Telah terjadi tsunami di Selat Sunda pada pukul 21.45 Wib yang berimbas ke daerah-daerah pinggiran pantai. Pantai Qnyer, Pantai Carita, Pantai Tanjung Lesung Banten serta Lampung Selatan. Tsunami diduga terjadi karena erupsi gunung Anak Krakatau. Hotel, villa dan rumah yang berdekatan dengan pantai habis digulung ombak. Banyak korban yang hilang dan belum ditemukan...."

" Ayah...." Teriakku dengan suara gemetar. Suamiku menghampiriku dengan wajah panik. Di turunkan Kia yang dalam gendongannya dan didudukan di kursi makan. Azka berlari dibelakang suamiku.

" Ada apa Bun...". Seru suamiku dan Azka bersamaan. Kulihat wajah Azka yang polos. Kupeluk dan kuciumi wajahnya. Kuberalih pada Kia yang sedang asyik mainin sendok di atas meja makan. Kuciumi wajahnya dan kupeluk dengan erat.

" Terima kasih sayang....anak-anak bunda..kalau kalian kemarin tidak menangis minta pulang, mungkin kita tidak akan berkumpul pagi ini...". Seruku tergugu. Azka memelukku. Suamiku masih cermat melihat berita di televisi yang disiarkan secara langsung.

"Allahu Akbar...Allahu Akbar..". Lirih terdengar lantunan dzikir keluar dari mulut suamiku.

Suamiku memberi isyarat untuk kami sujud syukur. Aku mengikuti di belakangnya. Azka dan Kia yang polos mengikuti gerakan sujud syukur.

"Bunda...kemarin Abang mimpi, ada gunung yang keluar api, terus Abang juga lihat ada ombak yang tinggi banget. Abang takut Bun...". Seru Azka tiba-tiba. Aku dan suamiku saling pandang paham. Kenapa kemarin Azka dan Kia menangis dan segera minta pulang. Ternyata Allah memberikan petunjuk melalui anak-anak.. Karena mereka masih bersih dan suci dari dosa. Kami tidak bisa membayangkan, kalau semalam kami menginap di villa. Suamiku mendekati kami, dan kami berempat berpelukan dengan erat.

Kematian memang menjadi rahasia Allah Swt. Tidak ada yang tahu kapan kematian itu akan datang. Ketika Allah mendatangkan firasat itu pada anak kami, itu adalah bagian dari kuasaNya. Allah masih ingin kami berkumpul di dunia ini, untuk senantiasa mendekatkan diri kepadaNya. Untuk membersamai anak-anak kami dan mengenalkan KeagunganNya. Entah sampai kapan, apakah mungkin sampai mereka dewasa, hanya Allah saja yang tau. Yang pasti aku sangat bersyukur masih diberi kesempatan kedua untuk membenahi semua kekuranganku dalam beribadah.

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?”

Depok, 26 Desember 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpennya luar biasa bun, firasat itu sebenarnya petunjuk jika kita berprasangka baik terhadap firasat tersebut, sudah banyak firasat-firasat yang telah terjadi pada hidup saya. Ada yang berakhir dengan baik ada yang berakhir tidak sesuai harapan karena mengabaikan firasat. Carpen yang sangat mengingatkan, kontektual, dan sarat akan pembelajaran hidup. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.

27 Dec
Balas

Terima kasih pak Mulya, semoga bapak juga senantiasa sehat, bahagia, dan sukses selalu. Sesungguhnya Allah selalu memberikan pelajaran dan hikmah pada setiap kejadian. Firasat memang bisa hadir, meskipun bukan pada kita langsung. Barrakallah juga pak..

27 Dec

Alhamdulillah ...Allah telah mengingatkan lewat anak-anak , semoga kita bisa belajar dan mengambil hikmah ya Bund...kesabaran dan keikhlasan diberikan kepada aaudara-saudara kita yang terkena musibah. Barakallah

27 Dec
Balas

Aamiin...makasih Bun,

27 Dec

Selalu ada cara Allah untuk menyelamatkan hambaNya. Setelah terjadi, kita baru mengetahui rahasia di balik semua kejadian. Semoga saudara-saudara kita yang menjadi korban, husnul khotimah. Keluarga yang ditinggalkan tetap dalam keadaan sabar dan tabah. Barakallah, bunda.

27 Dec
Balas

Betul bun,..Allah mempunyai banyak cara untuk memberikan pertolongan pada siapa yang dikehendakiNya, dengan tujuan agar-agar manusia berfikir akan Keagungan Allah, tetap bersyukur dan dapat mengambil hikmah dari kejadian ataupun petunjuk yang Allah berikan.Barrakallah juga buat bunda..

27 Dec

Subhanallah....Cerita luar biasa yang bisa kita ambil ibrahnya....Barakallah Bunda...

27 Dec
Balas

Terima kasih bunda....

27 Dec



search

New Post