Ludiazzuhri

Guru di SDIT Al Fatih Cipayung Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Seorang guru yang mulai kecanduan dengan dunia tulis menulis, ketika di amanahi sebagai PJ Litera...

Selengkapnya
Navigasi Web

Peran Orang Tua Untuk Pendidikan Karakter Anak Zaman Now

Peran Orang Tua

Untuk Pendidikan Karakter Anak Zaman Now

Oleh :Ludiazzuhri

Sungguh memprihatinkan melihat sikap dan karakter anak zaman sekarang atau lebih kerennya Kid’s Zaman Now, yang agak susah dikendalikan. Anak sekarang yang cuek dan sedikit sekali empati terhadap orang di sekitarnya. Sopan santun terhadap orang tua dan guru juga sangat jauh dari anak – anak zaman lampau yang katanya lebih nurut saat dinasehati oleh orangtua ataupun guru. Dan anak sekarang lebih egois dan kurang menghargai proses. Meskipun di sisi lain mereka lebih canggih terhadap teknologi. Namun terkadang kemampuan anak dalam mempermainkan teknologi tidak dibarengi pendampingan orang tua. Dan pada akhirnya anak akan mampu mengakses apapun tanpa ada filter dari orang tua. Karena orang tua merasa ketika anak main smarphone, anaknya aman karena tidak keluar rumah. Padahal justru ada ancaman yang luar biasa dari dalam rumah itu sendiri, ketika tidak ada pengawasan dari orang tua.

Teringat cerita tetangga kemarin malam, sempat membuatku terhenyak. Dan berpikir. Salah siapakah semua ini?. Dia menceritakan telah memergoki anaknya sedang melihat video porno di youtube dengan menggunakan hp android milik ibunya. Sang ibu shok…Sang ibu dengan spontan memarahi dan menceramahai anaknya. Dan berjanji tidak akan meminjamkan hp pada anaknya lagi. Sang anak pun ikutan marah. Ia merasa ibunya tidak menyayanginya. Ia lalu pergi ke warnet semalaman. Ibunya mencari kemana – mana dengan penuh rasa khawatir. Namun saat anaknya ketemu ia tambah marah pada anaknya. Dan juga memarahi pemilik warnetnya, karena membiarkan anak kecil di warnet sampai larut malalm.

Dilain waktu masih ibu yang sama menceritakan bahwa anaknya terpengaruh oleh lingkungan yang tidak sehat. Anaknya yang sekarang kelas VII SMP sering melawan orangtuanya. Dan waktunya lebih sering dihabiskan di warnet. Bahkan pernah kepergok sedang merokok. Hancur hati sang ibu melihat kondisi anak sulungnya. Ia khawatir anaknya juga ketularan anak tetangga yang sudah kecanduan narkoba. Bagai mendengar petir di siang bolong. Saat ibu itu menceritakan bahwa Abi, salah satu muridku ngaji dulu, sekarang sering ngobat. Serasa tidak percaya, anak sepolos itu kecanduaan, apakah orangtuanya tidak mengetahuinya. Selama ini hanya melihat lewat berita – berita saja. Baik berita di media social ataupun televisi. Tidak terbayangkan ternyata kasus itu kini begitu dekat. Tetangga sendiri, bahkan muridku waktu kecil dulu.

Ketika anak sudah memasuki SMP, terkadang perhatian atau kontrol orang tua terhadap anak mulai berkurang. Sebagian orang tua menganggap anaknya sudah besar. Jadi sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Dan yang terjadi, ketika anaknya sudah memasuki SMP, mereka bisa bebas pulang malam. Bebas tidak mengaji lagi. Padahal bacaan Alqur’annya masih belum lancar. Dan ketika sudah memasuki SMP, sebagian besar orang tua mengizinkan mereka untuk bepergian dengan lawan jenis alias berpacaran. Ditambah dukungan smartphone yang lengkap bisa menyajikan apa saja yang mereka mau dan mereka butuhkan. Sehingga banyak anak remaja yang sudah terjerembab dalam dunia yang sebenarnya belum cocok dan pantas untuk mereka. Kalau mereka terjerembab dengan komunitas – komunitas yang positif itu tidak akan menjadi masalah. Tapi terkadang dan sebagian besar anak – anak remaja menyukai apa yang disukai oleh teman –teman terdekatnya. Kurang perhatian dari orang tua membuat mereka yang masih labil mencari perhatian dari dunia luar.

Melihat fenomena ini memang membuat hati para orang tua menjadi miris, dan khawatir pada perkembangan anaknya. Meskipun tak sedikit juga orang tua yang acuh dan tidak perduli. Entah karena tidak mengerti atau memang tidak perduli. Seperti malam itu, kulihat sekumpulan anak perempuan ABG yang sedang berkumpul di sebuah warnet. Dari wajahnya terlihat umuran mereka berkisar antara 11-14 tahun. Penampilan mereka terlihat duplikat dari artis – artis sinetron jaman sekarang. Dari pakaian yang seperti kekurangan bahan, alias mini banget, penampilan rambut bahkan mereka tidak malu – malu untuk merokok, padahal itu di depan umum. Namun mereka terlihat cuek dan tidak ada rasa malu sama sekali. Waktu itu jam sudah menunjukan jam 21.00. Yang jadi pertanyaan, apakah orang tua mereka tidak mencari mereka? Malam – malam begini, anak perempuan pula. Sebagai seorang ibu dan sebagai seoarang guru, jujur merasa sedih melihat hal seperti itu.

Melihat sebagian kecil dari berbagai kasus tersebut, sepertinya menjadi PR besar buat orang tua, guru dan juga lingkungan. Karena mendidik seoarang anak itu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Meskipun peran utamanya adalah pendidikan dari rumah. Karena sekolah yang paling utama adalah rumah. Kalau orang tua merasa selesai, ketika sudah menyekolahkan anaknya, dan menyerahkan proses pendidikan semua ke pihak guru, tentunya output maksimal yang diharapkan oleh orang tua akan sulit dicapai. Karena tidak adanya kebersianambungan dari kedua belah pihak yaitu orang tua dan guru.

Seperti sudah kita pahami bahwasannya mendidik dan membesarkan anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijalankan dengan sebaik- baiknya oleh setiap orang tua. Banyak hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pola pendidikan yang terbaik bagi masing-masing anak, apalagi mereka hidup di jaman now, yang nota bene banyak sekali pengaruh yang dapat mengubah hidup mereka. Dan sebagai orang tua dalam mendidik anak juga tidak bisa disamakan dengan cara orang tua kita dalam mendidik kita dulu. Hadist Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu yang dikenal sebagai 'gerbangnya ilmu' berkata, “ Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”. Karena ketika orang tua menerapkan apa yang diajarkan orang tuanya dulu kepada anaknya di zaman sekarang, maka anaknya akan menganggapnya kolot. Sebagai orang tua haruslah cerdas menghadapi mereka yang disebut generasi Z. yang membutuhkan kesabaran orangtua dalam mendidik dan membimbinya.

Dalam mendidik anak, sebenarnya hanya membutuhkan tiga hal yaitu:

1. Teaching

Orang tua harus mengajarkan hal – hal yang baik terhadap anak. Misal: belajar tentang akhlak yang baik, tentang agama, berkata baik, kemandirian, saling tolong menolong, berbagi dengan orang lain dan lain sebagainya.

2. Choacing

Melatih, selain mengajarkan, orang tua juga harus melatih, supaya anak tahu bagaimana caranya shalat yang benar, perkataan yang baik itu seperti apa, agar mereka mandiri, apa yang harus dilakukan oleh anak. Orang tualah yang mengchoac anak agar ia siap untuk faigt dalam mengahadapi semua kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan.

3. Modelling

Setiap orang tua adalah contoh dari anak – anaknya Dan pusat pendidikan yang pertama adalah lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan keluarga sangat strategis untuk memberikan pendidikan ke arah kecerdasan, budi pekerti atau kepribadian serta persiapan hidup di masyarakat. Orang tua akan menjadi contoh bagi anak, anak biasanya akan menirukan apa saja yang dilakukan oleh orang tua. Jadi orang tua harus bisa memberikan keteladanan dan kebiasaan sehari-hari yang baik sehingga dapat dijadikan contoh bagi anaknya. Keteladanan dan kebiasaan yang baik itu, sebaiknya diberikan oleh orang tua sejak dari kecil atau kanak-kanak karena hal itu dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak.

Ketika ada Teaching, coaching dan modeling dari orang tua, maka sikap kurang terpuji yang ada pada anak zaman sekarang, in sya Allah akan sedikit dapat teratasi. Karena pembiasaan yang didapat anak dari orang tua akan melekat dalam diri anak hingga dia dewasa. Walaupun ia masuk dalam lingkungan yang notabene kurang bagus, namun pondasi karakter dan keimanan yang ditanamkan orang tua sudah kuat, ia tidak akan mudah untuk tergoda. Kalaupun ia tergoda, akan lebih mudah untuk mengajaknya kembali. Pada dasarnya ketika ada permasalahan pada anak, solusi utamanya adalah keluarga/ orangtua. Saya suka sekali dengan kata – kata ini “Setiap orang tua adalah guru, setiap rumah adalah sekolah” Jadi pendidikan, karakter, dan akhlak seorang anak tidaklah bisa kalau semua dititipkan dan berharap dari sekolah. Karena masalah apapun yang terjadi pada anak, pendekatan orangtualah yang lebih utama. Narkoba, pornografi, pergaulan bebas, tidak akan terjadi ketika orang tua kuat dalam membuat benteng dengan tembok kasih sayang bagi anak –anaknya. Wallahu’alam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post