Ludiazzuhri

Guru di SDIT Al Fatih Cipayung Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Seorang guru yang mulai kecanduan dengan dunia tulis menulis, ketika di amanahi sebagai PJ Litera...

Selengkapnya
Navigasi Web
Semburat Cinta Di Ujung Senja

Semburat Cinta Di Ujung Senja

Semburat Cinta di Ujung Senja

Oleh: Ludiazzuhri

Kutatap wajah istriku yang tetap tersenyum, meskipun pucat dan terbujur kaku. Wajah itu yang selalu menghiasi hari-hariku selama 20 tahun. Kini ia hanya terdiam, dalam tidur panjangnya. Aku tak bisa menahan buliran bening untuk tidak jatuh membasahi pipiku. Entah kemana rasa egoku. Aku yang biasanya paling gengsi untuk menangis, tapi tidak kali ini. Aku biarkan kucuran air mata ini menganak sungai, dan memburamkan pandanganku. Aku mencoba ikhlas menghadapi kenyataan hari ini. Namun rasanya sungguh sakit dan menyesakan dada. Aku seperti terhempas dalam lorong waktu yang sangat panjang, gelap dan sepi. Tanpa ada tawanya, senyumnya, ocehan bawelnya yang selalu menghangatkan rumah kecilku. Dan kini aku merasakan rindu yang teramat sangat dengan segala moment-moment itu. Moment sederhana yang mungkin selama ini aku abaikan dan tak pernah kuanggap penting.

" De... maaffin mas de, mas belum bisa mewujudkan semua keinginanmu." Gumamku dengan masih tergugu. Kucium pipi, kening, bibir dan semua wajah istriku yang membeku. Penyesalan demi penyesalan menyeruak dalam relung hatiku yang paling dalam. Apa yang dikatakan orang memanglah benar, apa yang hilang akan terasa lebih menyakitkan. Terlebih yang hilang adalah orang yang selama ini sudah bersama menemani arus kehidupan. Banyak cerita yang sudah terukir. Banyak kenangan yang sudah memenuhi lembaran-lembaran memory di hartiku.

" Mas... mas sayang nggak sama aku?" Tanya istriku malam itu. Hal yang bagiku terasa aneh, kenapa seorang wanita selalu menanyakannya. Mana mungkin aku tidak menyayanginya. Aku sudah menikahinya. Hidup dengannya hampir 20 tahun. Tapi itulah keunikan seorang wanita, yang selalu saja butuh pengakuan nyata dari seorang laki-laki. Namun sayangnya aku bukanlah laki-laki yang mempunyai kemampuan seperti laki-laki yang ada di film-film, yang dengan mudah mengungkapkan perasaan cinta, terlebih itu sama istri sendiri. Terkadang aku malu untuk mengungkapkan, namun terkadang aku juga merasa gengsi, saat aku harus mengungkapkan rasa itu. Dan biasanya kerongkonganku selalu tercekat tanpa bisa harus berkata-kata. Aku hanya cuma tersenyum dan memelukmu, menyembunyikan wajahku yang mungkin kelihatan tersipu dalam pelukanmu.

Seandainya kamu mengungkapkan itu sekarang, aku pasti akan menjawabnya. Kalu aku sangat mencintaimu, aku begitu takut kehilanganmu. Kamulah wanita yang sudah membuat hariku berwarna. Meskipun Namun semua itu kini sudah terlambat. Kau menepati kata-katamu. Kamu bilang waktu itu, kamu tidak mau kehilanganku, karena kamu tidak akan sanggup. Kamu rela pergi terlebih dahulu. Tapi apa kamu tahu, akupun sakit, sangat sakit karena kehilanganmu.

Dan kini aku merindumu. Kamu yang suka memelukku dan menciumku secara tiba-tiba. Sungguh aku menyukai hal itu. Walaupun saat kau melakukan itu aku sering menepisnya. Aku pura-pura tidak suka dan risih, padahal aku menyukainya. Betapa bodohnya aku yang tak pernah jujur dengan perasaanku sendiri.

Maafkan aku duhai istriku…aku yang jarang mengajakmu jalan-jalan. Bahkan aku sering menolak jika kau memintanya dengan berbagai alasan, capelah…ngajilah..dan berbagai macam alasan lainnya. Aku yang jarang membelikan barang kesukaanmu. Aku yang jarang bahkan hampir tidak pernah memberi kejutan dihari spesialmu seperti yang kamu inginkan. Padahal sudah kau ungkapkan. Tapi tak jua aku wujudkan.

Sungguh betapa banyak kebodohan-kebohan yang aku lakukan. Aku yang gengsi untuk membuatmu bahagia. Kini penyesalan itu sungguh membuatku sakit dan terluka. Sekarang aku baru tahu aku sangatlah mencintaimu. Tapi kenapa aku baru menyadari setelah kau pergi. Kau pergi untuk selamanya.

‘Saat ini hanya penyesalan demi penyesalan yang tiada arti. Karena penyesalanku tidaklah berguna. Aku menyesal karena belum bisa berbuat baik dan membahagiakan istriku sendiri.

Istriku…aku ridho, aku ikhlas untuk semua tentangmu. Berbahagialah di sana. Tunggulah aku istriku….aku berharap kita bisa berkumpul di syurga yang abadi. Aamiin..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hiks ...hiks..ikut larut dalam alur ceritanya

24 Oct
Balas

Apalagi yg nulis... meleleh tanpa dipinta..

24 Oct

Aamiin... Sedih sekali. Baru terasa setelah tiada

03 Nov
Balas

Keinduan yang terbungkys pentesalan makin menyesakkan dada. Barakallah

24 Oct
Balas

Terima kasih bunda...

24 Oct



search

New Post