LUFTIA HANIK

Lahir di kota Wali Demak Jawa Tengah sebuah Kota Religius yang santun. Domisili di kota Semarang. Suami asal Malang. Berputra 2 anak, si sulung lulusan sarjana...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEKUNTUM BUNGA MAWAR

SEKUNTUM BUNGA MAWAR

Siang itu sepulang sekolah, kulihat Rio sambil mengalungkan tasnya bergegas menuju tempat parkir mengambil sepeda kesayangannya. Rio adalah anak yang baik, rendah hati, penuh semangat dan selalu optimis menatap masa depannya meski kondisi ekonominya kurang mampu. Dia juga anak yang soleh, pintar, santun, sarat prestasi, ringan tangan membantu teman yang membutuhkan bantuannya. Aku memang menganggap Rio seperti anakku sendiri, selain karena dia anak yang istimewa dia juga selalu mendapat nilai matematika yang nyaris sempurna. Dia pun tidak sombong dengan kepintarannya itu. Aku mengajar Rio sejak kelas X hingga kelas XII. Setiap ada kompetisi Matematika, Rio selalu ikut tampil mewakili sekolah.

Keesokan harinya, sempat kuintip di ruang kelasnya karena hari itu aku tidak mengajar disana. Teman sebangkunya menjelaskan, kalau pada hari itu Rio sakit. Seminggu kemudian, saat aku masuk untuk mengajar di kelas Rio, dia juga masih ijin sakit.

“Rio sakit apa?” Tanyaku pada teman sebangkunya.

Temannya itu lalu menjelaskan “Rio sering seperti itu bu…masuk baru 1-2 hari, besoknya tidak masuk sampe 1 minggu”.

“Sakit apa dia?” Tanyaku pada anak-anak.

” Tidak tahu bu…” Jawab anak-anak.

“Rio tidak pernah menceritakan penyakitnya ke kami bu...dia tidak ingin menunjukkan kalau sakit dan tidak pernah mengeluh apa-apa” demikian salah satu jawaban teman sekelasnya.

Aku kembali bertanya :” Apa kalian tidak ingin menengoknya? Ujian Nasional kan sudah dekat, beri motivasi dan semangat buatnya dong…”

Jawab Adi ketua kelasnya :”kami memang berrencana besok mau menengok ke rumahnya”

Memang hampir 1 bulan terakhir, aku pernah bertanya dalam hati, “Kenapa Rio sering tidak masuk sekolah ? Apakah ada masalah serius dengannya ?”

Selesai mengajar, kusempatkan mampir ke ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk menceritakan kondisi Rio yang sering tidak masuk karena sakit. “Sepertinya sakitnya Rio serius ya ?” Tanyaku pada Bu Eni guru BK Rio. “Kami sudah tengok Rio, tapi dia dan orang tuanya bilang hanya sakit biasa bu…” kata bu Eni.

Selang beberapa hari kemudian, kembali aku dikejutkan dengan info dari guru BK kalau ternyata Rio mengidap sakit kanker paru-paru stadium 4. “Astaghfirullah…” spontan aku mengucap kalimat itu dan hampir terjatuh karena kaget. Sesaat aku menarik napas panjang ….

“Oh Tuhan…berikan kesembuhan pada Rio si anak baik, soleh dan bersemangat itu” ucapku dalam hati.

Siang seusai mengajar, akupun mengajak teman untuk menengok di rumahnya. Saat sampai di rumahnya, Rio dengan didampingi ibunya, kelihatan sedih dan selalu menundukkan mukanya, akupun sambil menahan kesedihanku dan berkata pelan-pelan :”Rio…kamu anak yang baik, kamu harus sabar, ikhlas dan tetap optimis ya sayang…” Dia pun tertunduk pucat disamping ibunya yang juga nampak sedih di raut mukanya. “Ibu…apakah Rio sudah dibawa ke dokter?” Tanyaku.

“Sudah bu…tapi saya tidak mempunyai biaya untuk mondok di rumah sakit…”Jawabnya sembari tertunduk.

“Ibu punya kartu Askeskin kan? Pakai saja untuk pemeriksaan ke dokter dan sertakan setiap pemeriksaan bu” Pintaku. Kemudian akupun mendekati Rio sambil kupegang tangan dan badannya untuk memberikan keyakinan dan rasa optimis padanya. Setelah berbincang cukup lama, kamipun pamit sambil menyematkan amplop ke tangan ibu Rio. “Bu....yang sabar, ikhlas dan berdoa terus untuk kesembuhan Rio, ya…”

“Dan kamu Rio, harus jaga diri kamu baik-baik ya sayang….terus memohon pada Yang Maha Kuasa, semoga kamu diberikan kesembuhan, kekuatan dan yang terbaik untuk anak sebaik kamu” Kataku pelan dan sedikit terisak.

Tibalah saat Ujian Nasional. Pada hari itu, kulihat Rio pun tidak nampak di bangkunya sebagai peserta ujian. Setelah kutanyakan pada panitia, ternyata Rio sedang di opnam di rumah sakit. Sehingga harus ada panitia yang melayaninya disana. “Ya Allah…kasihan Rio, dia harus berjuang melawan penyakitnya sambil mengikuti Ujian” Kataku dalam hati. Siang itu juga, sepulangku dari sekolah aku langsung menuju rumah sakit tempat Rio dirawat. Disana, kulihat dia sedang asyik membaca buku-buku doa. Saat aku datang, sempat aku ajak bercanda,

“Assalamu’alaikum Rio sayang….duh anak soleh baca apa nih…”

“Wassalamu’alaikum….oh ibu…”Jawabnya sambil tersenyum.

“Trima kasih bu, sudah menyempatkan tengok Rio” ujarnya. Setelah bersalaman dan mencium telapak tanganku, dia bercerita kalau tadi ada 2 orang guru yang mengantarkan soal ujian dan menunggu mengerjakannya sampai selesai.

“Alhamdulillah bu….saya bisa menyelesaikannya dengan baik” katanya.

“Syukurlah nak…kamu memang anak yang pintar, tapi jangan terlalu memforsir diri ya…kamu tetap butuh istirahat yang cukup” Jawabku.

“iya bu…saya merasa baik-baik saja ko bu…” jawab Rio.

“Saya juga selalu berdoa dan berdoa buat kamu semoga diberikan mukjizat atas sakitmu ini nak“ kataku pelan sambil mengusap kepalanya. Akupun melanjutkan obrolanku dengan ibunya yang ikut mendampinginya.

Hari demi hari, akhirnya tibalah saat pengumuman ujian itu tiba. Akupun terus mengikuti perkembangan hasil yang diperoleh Rio. Dan sungguh luar biasa, nilai ujian matematika fantastis sekali, dia mendapat nilai 100. Sempurna….Oh Tuhan…inikah keajaiban itu…dalam kondisi sakit seperti itu, dia masih mampu memperoleh nilai sebaik itu. Aku merasa bagaikan mimpi…tanpa terasa air mataku berlinangan. Aku hampir tidak percaya, Teman-teman pun spontan memberikan ucapan selamat padaku, karena mereka tahu betapa perhatiannya aku pada Rio. Anak soleh yang baik, pintar dengan banyak prestasi. Saking bahagia bercampur rasa tidak percaya, akupun bergegas ingin segera memberitahukan kabar gembira ini kepada Rio. Sesampaiku di ujung jalan ke rumah Rio, aku agak heran tatkala melihat banyak kerumunan orang sekitar / tetangga Rio yang ramai di rumahnya. Akupun sempat tidak sabar, ada apa ini? Ada apa? Terdengar suara isak tangis dari ayah ibunya Rio, saudara-saudara, handai taulan dan juga tetangga Rio. Oh Tuhan…seketika lemas badanku. Engkau telah memanggil si anak baik itu untuk kembali kepada Mu. Kemudian kudekati jenasah Rio yang sudah terbujur kaku. Kali ini Aku tak kuasa lagi menahan air mataku. Tuhan, disaat aku ingin menyampaikan kabar gembira ini pada Rio, saat ini pula Engkau telah memanggilnya….Sekali lagi, akupun hampir tidak percaya, kenapa hal ini mesti terjadi di saat yang bersamaan. Selanjutnya akupun tidak sadarkan diri…gelap…

Setelah aku tersadar, kulihat sekelilingku yang masih nampak samar-samar dan kudengar sayup-sayup suara orang disekitarku yang mengatakan :”Bu gurunya Rio sudah bangun”. “Cepat, bantu minumkan teh nya” kata seseorang. Saat itupun masuk seorang remaja yang membantuku untuk minum teh

“ Terima kasih mbak…” kataku.

“Bu guru…ini ada titipan dari Rio “ kata remaja itu sambil terisak.

“Titipan apa mbak?”

“Tadi pagi sebelum Rio meninggal, dia menitipkan sekuntum bunga mawar ini untuk diserahkan bu guru” ucap remaja itu sambil menahan tangis.

Spontan, air mataku meleleh lagi sembari kuterima titipan bunga dari Rio, kucium bunga mawar itu dengan segenap perasaanku. Rio….kamu masih sempat-sempatnya berpikir untuk memberikan sekuntum mawar ini untukku nak…semoga Engkau tenang dan damai disana…, semoga Engkau berada di tempat yang indah di sisi Nya sayang….

Setelah kondisiku agak membaik, akupun segera memberi kabar ke teman-teman guru di sekolahku tentang musibah ini. Tak lama setelah itu, teman-teman guru berdatangan satu persatu untuk memberikan rasa simpati dan duka yang mendalam atas kepergian Rio. Hingga usai pemakaman, kami pun pulang dengan hati yang masih duka.

Sepuluh hari kemudian, perhelatan wisuda kelulusan siswa kelas XII pun berlangsung. Kejadian mengharukan kembali terjadi, saat giliran Rio dipanggil maju untuk pengalungan samir. Yang menggantikan posisi Rio adalah adiknya. Suasana menjadi hening dan terdengar isak tangis para hadirin. Rio mendapat dua penghargaan sekaligus. Yang pertama karena Rio mendapat nilai 100 untuk Ujian Nasional Matematikanya, dan yang kedua Rio mendapat predikat sebagai siswa terbaik karena nilai-nilai Ujian tertinggi di sekolah. Bapak Kepala Sekolah memberikan apresiasi dan penghargaan kepada alamarhum Rio si anak pintar dan soleh yang baik hati juga tidak sombong melalui adiknya.

Alhamdulillah….Rio yang selalu optimis dan penuh semangat kini tinggal kenangan. Banyak hal yang telah diberikannya untuk mengharumkan diri dan sekolahnya. Seharum sekuntum bunga mawar yang telah dititipkannya padaku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

bu Hanik, begitu menyentuh hati cerita ini. Jujur, air mataku meleleh membaca cerita tentang Rio, anak yang baik hati dan sholeh. Semoga ibadahnya diterima Allah SWT. Menulis dengan hati, merasuk ke dalam hati pembaca. Subhanallah. Tulisan yang luar biasa.

16 Mar
Balas

Matur nwn bp....pas saat menulisnya itu sy jg menangis pak...kt2 itu meluncur mnrt kt hati sy pak...

16 Mar

Semoga bu Hanik bisa terus menulis kisah2 siswa dan dimuat di gurusiana. Pada saatnya bisa dikumpulkan dan diterbitkan menjadi buku. Barakallah

16 Mar
Balas

Aamiin....mtr nwn bp....

17 Mar

Mbrebes mili aku baca kisah ini. Allah Ta'ala sangat menyayanginya, sehingga Dia mengambilnya yang masih kuntum.

16 Mar
Balas

Matur nwn....

16 Mar

Matur nwn bu rini....insya Allah bs menginspirasi yg lain....swn

16 Mar
Balas

Njih bu sri....mari bergandeng tangan utk slg menginspirasi....

20 Mar
Balas

Hik hik...terharu banget. keren tulisannya bu

15 Mar
Balas

Matur nwn....

16 Mar

Subhanallah...

16 Mar
Balas

Matur nwn bu....smg menginspirasi...

25 Apr

Bu hanik.sangat menyentuh hatiku.seperti semerbak wangi harum bunganya

16 Mar
Balas

Sukses Bu Hanik.... sangat menginspirasi. Semangati sy untuk menulis ya Bu....

19 Mar
Balas



search

New Post