Lukman

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Merenungi Hidup

Merenungi Hidup

Kehidupan manusia akan berakhir pada saatnya, karena itu sudah merupakan ketetapan Allah SWT. Ketika hal itu terjadi, apa yang akan kita persiapkan. Kita sudah memahami bahwa dalam perjalanan hidup manusia, ada yang mesti dilakukan untuk menjadikan diri menjadi lebih bermakna dan punnya manfaat agar kelak ketika mereka meninggalkan kehidupannya ada yang dikenang oleh orang yang ditinggalkan. Untuk dapat dikenang manusia itu terletak pada prilaku, kepribadian dan atau akhlaq yang pernah dilakukan selama hidupnya.

Jatah umur manusia menurut Ibnu Katsir berdasarkan riset kedokteran bahwa usia manusia saat ini sepanjang-panjangnya 120 tahun, begitu pula Rasulullah saw pernah bersabda dari Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibn Majah mangatakan bahwa “Usia umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun, dan amat sedikit orang yang melewati (melebihi usia itu)”. Dari kedua sumber tersebut menunjukkan bahwa betapapun kuatnya manusia pada akhirnya akan mengalami maut.

Sesungguhnya kehidupan manusia dari jatah usia yang diberikan oleh Allah swt, bukanlah merupakan kesempatan yang digunakan untuk menghamburhamburkan waktu, akan tetapi sedapat mungkin usia itu dipergunakan dalam hal kebaikan. Jatah umur yang diberikan di dunia adalah peluang untuk berbuat kebajikan sebagai bekal menuju kampung akherat. Setiap langkah perbuatan manusia baik ataupun buruk , itu semua akan mendapatkan ganjaran atau balasan dari Allah SWT sebagaimana yang disampaikan oleh Allah dalam al Qur’an surah Az Zalzalah ayat 7 dan 8 “Barang siapa yang mengerjakan kebaikanseberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya”.

Alangkah ruginya seseorang yang selama hidupnya tak dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat oleh karena nilai manusia diukur dari nilai kemanfaatannya , sebagaimana Rasulullah SAW bersabda “Sebaik baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya”. Kerugian yang didapat adalah tidak adanya kenangan yang ditinggalkan selama hidupnya, lebih-lebih sebagai bekal untuk kehidupan akhiratnya.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan di dunia ini untuk dapat mempungsikan diri kita sebagai manusia diantaranya adalah sebagaimana rasulullah SAW bersabda “ senyum itu adalah sadaqah” atau “membuang duri di tengah jalan adalah bagian dari Iman” (Al Hadits).Dari pernyataan Rasulullah saw tersebut memotivasi kita untuk berbuat sesuat yang bernilai ibadah sebab amal ibadah itu tidaklah dilihat berapa besar perbuatan yang dilakukan akan tetapi perbutan yang dilakukan itu didasari atas kutulusan hati melakukannya.

Dari perjalanan waktu yang terlewatkan, itu tidak akan kembali lagi. Kita menatap masa kini menuju masa depan yang lebih baik. Kita duduk bertafakkur merenungi masa lalu yang penuh kelabu, noda dan dosa. Mungkin banyak hal yang sudah dilakukan tetapi ada diantaranya yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, yang seperti itu, itulah yang ditaubatkan yaitu upaya tak mengulangi perbuatan buruk yang pernah dilakukan. Sebagai manusia biasa memang tak jauh dari kesalahan dan kekhilafan, tetapi manusia juga berpotensi menjadi makhluk yang terpuji dan mulia.

Keberadaan kita sebagai manusia mempunyai naluri ketuhanan yang harus senantiasa dijaga dan dirawat agar tetap terjalin hubungan dengannya. Hendaknya dilakukan upaya pendekatan melalui ibadah ritual maupun ibadah sosial oleh karena dalam diri manusia terdapat unsur yang senantiasa kembali kepadanya. Bila hal itu dilakukan maka terdapat ketenangan dalam jiwa manusia. Keberadaan hidup di dunia ini adalah saat melakukan kebaikan dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya yaitu amal shaleh oleh karena setelah kehidupan dunia ada perjalanan panjang menuju hari akhirat.

Di setiap perbuatan manusia diyakini ada pertanggungjawaban yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT, jika memiliki banyak amal kebaikan akan diberi ganjaran kebaikan (balasan syurga) bila memilik banyak amal keburukan akan mendapatkan ganjaran keburukan (balasan neraka). Dari perjalanan panjang itu yang dibutuhkan manusia adalah bekal amal kebaikan dan pertolongan Allah swt. Imam Ali bin Abi Thalib menasehatkan kepada kita jangan pernah berbekal kesombongan, beliau mengatakan “bekal yang paling buruk dibawah oleh manusia nanti dihari pengadilan adalah kesombongan”.

Dalam melaksanakan hubungan kepada Allah (hablum minallah) dan hubungan sesama manusia (hablum minannas) tidaklah dipahami sebagai hubungan ritual belaka dan rutinitas saja akan tetapi memaknai sebagai hubungan yang berkesinambungan dengan berusaha tak ada cacat dalam hubungan itu baik hubungan kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Buya Syakur Yasin mengatakan bahwa semua ibadah yang kamu lakukan hakekatnya hanya latihan saja, akan tetapi bagaimana sikapmu pada nilai kemanusiaan, itulah tujuan beragama.

Jadi merenungi kehidupan dapat memberikan kesadaran bagi kita untuk melakukan perbuatan yang bernilai ibadah agar kelak dalam perjalanan panjang setelah kehidupan dunia kita mendapatkan keselamatan dan kebahagian dari Allah SWT.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang mencerahkan. Makasih Pak. Saya sudah followya

15 Oct
Balas



search

New Post