Lukman Ismail

Lukman lahir di Wanio sidrap provinsi Sulawesi selatan. Mengajar di smpn 2 panca lautang sidrap. Hobby menulis apa saja yang penting bermanfaat. Otak encer kala...

Selengkapnya
Navigasi Web
BUDAYA TABE SEBAGAI NILAI KESOPANAN DALAM TRADISI SUKU BUGIS

BUDAYA TABE SEBAGAI NILAI KESOPANAN DALAM TRADISI SUKU BUGIS

Dalam pergaulan sehari hari di kalangan masyarakat bugis terdapat ungkapkan yang di sebut TABE yang artinya sapaan permohonan maaf ketika ingin lewat di depan orang atau permohonan maaf ingin menyampaikan maksud tertentu kepada orang lain.

Biasanya jika ungkapan TABE diucapkan sebelum melewati kerumunan orang ,walaupun mungkin menyenggol seseorang yang di lewati itu maka mereka tidak marah atau tersinggung asalkan saja memang benar tidak sengaja menyenggolnya. Ungkapan TABE biasanya juga dibarengi dengan gaya membungkukkan badan di hadapan orang sehingga orang tersebut merasa dihargai dan dihormati.

Begitu pula halnya ketika ingin meminta sesuatu kepada orang lain. Dengan didahului ungkapan TABE maka biasanya orang merasa senang menjawab permintaan yang diinginkan. Sebagai contoh dalam meminta sesuatu " TABE Daeng millau tulungnga tapinrengika duita Kongka " artinya mohon maaf pak minta tolong kalau bisa di pinjamkan uangnya jika ada. Ungkapkan ini terasa lembut dan sopan didengar sehingga ada rasa ingin membantu jika memang ada yang perlu diberikan.

Budaya TABE sangat baik untuk dilestarikan penggunaannya dalam pergaulan karena mengandung nilai kesopanan dalam menghargai orang lain. Tentu saja dalam komunikasi dengan orang lain sangat diperlukan susunan kata yang diucapkan itu senantiasa mendahulukan nilai kesopanan dan kesantunan berbahasa agar tidak terdapat kesalahpahaman .

Jika melihat kondisi sekarang, mungkin akibat pengaruh pergaulan yang semberono sehingga nilai kesantunan berbahasa sering kali diabaikan, utamanya kalangan anak anak kecil usia SD dan SMP. Dikhawatirkan jika hal itu terbawa sampai usai dewasa tentu sangat merusak moral dan etika pergaulan.

Terjadinya kemerosotan dalam beretika sekarang ini disinyalir kurangnya kesadaran orang tua dalam memberikan pendidikan moral dan etika pergaulan termasuk nilai kesopanan dan kesantunan berbahasa dengan orang lain.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post