Suatu ketika Imam Hasan al Basri berjalan di tepi sungai. Dia melihat seorang Pria bersama seorang Wanita sedang duduk berduaan dengan sebotol minuman keras di dekatnya.

Imam Hasan al Basri agak sedikit berkata dalam hatinya, alangkah celakanya orang ini, kenapa melakukan perbuatan jahat seperti itu? Gumamnya. Bukankah perbuatan itu di larang Allah? Kenapa tidak seperti Aku? Seorang ahli ibadah dan berilmu.

Pria itu duduk saja dan diam di tempat. Namun tiba tiba di sungai itu lewat sebuah perahu dengan penumpang ada tujuh orang. Perahu itu oleng dan menenggelamkan penumpangnya. Tidak berpikir panjang pria itu langsung melompat ke sungai untuk menyelamatkan penumpang yang tenggelam. Ada enam orang sekaligus dapat diselamatkan, hanya sisa satu orang yang belum.

Kemudian Pria itu mengatakan kepada Imam Hasan al Basri, wahai tuan! Jika anda merasa mulia dan lebih baik dari saya, tolong selamatkan satu orang penumpang itu?. Imam Hasan al Basri terdiam membisu.

Kemudian Pria itu mengatakan padanya. Wahai Tuan! Anggapanmu dengan wanita yang Aku temani adalah Ibuku, sedangkan botol yang anda anggap minuman keras sebenarnya cuma berisi air biasa. Imam Hasan al Basri semakin gugup dan malu karena merasa diri suci dan menganggap remeh orang lain tanpa tahu seluk beluknya.

Akhirnya Imam Hasan al Basri kembali bertanya kepada Pria itu, tolong saya anak muda selamatkan juga saya dari sifat sombong dan angkuh yang selalu merasa suci dan mulia.

Kisah ini dikisahkan untuk mengambil hikmah dari prasangka buruk dan merasa lebih baik dari orang lain. Bukankah Allah swt mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang dan senantiasa melihat apa perbuatan yang dilakukan. Persoalan kemuliaan seseorang terletak pada Allah, tak usah kita selalu merasa.