Tersebutlah seorang pria yang punya nama samaran Landae yang tinggal di sebuah tempat yang agak ramai namun belum di sebut sebagai kota tapi tidak juga sepi dari keramaian orang lalu lalang.

Landae masih beruntung punya ibu yang masih hidup namun sudah tidak kuat lagi bekerja keras seperti saatnya masih muda. Ibu Landae menaruh harapan kepada anak semata wayangnya untuk hidup bersama dengan nafkah hidup sehari hari. Landae pun sebagai anak sangat sayang sama ibunya dengan selalu memberikan apapun keinginan dan kebutuhan sang ibu.

Dari sikap Landae terhadap ibunya yang sangat berlebihan menyebabkan isterinya agak sedikit kurang tidak suka dengan cara Landae memperlakukan ibunya yang berlebihan, utamanya dalam hal pemberian nafkah hidup sehari hari.

Sikap sang isteri terhadap ibu mertuanya biasanya dilakukan dengan adu mulut jika Landae tidak ada di rumah. Sang ibu mertua juga merasa punya kewenangan penuh terhadap Landae sebagai anaknya dan sang isteripun beralasan demikian.

Dalam keluarga tersebut, juga tinggal seorang anak laki laki remaja yang juga putra satu satunya Landae dari isterinya yang pertama yang telah meninggal sejak anaknya masih bayi sekitar 15 tahun yang lalu.

Si anak ini, sejak ayahnya menikah, sepertinya merasa kurang nyaman tinggal di rumah apalagi ibu tirinya tidak terlalu peduli dengan nya. Kadang kala anak itu keluar rumah bermain dengan teman temannya sampai larut malam baru kembali. Walaupun Landae selalu menasehati tetapi sang anak lebih senang jika berada di luar rumah dan pergi keluyuran bersama teman temannya.

Landae selaku orang tua merasa bersalah dan berdosa kalau melihat kelakukan putranya terus menerus begitu, apalagi dikhawatirkan terpengaruh dengan lingkungan pergaulan yang memalukan keluarga. Sebagai orang tua tidak ada kata berhenti untuk memberikan nasehat kepada anaknya agar bisa hidup bahagia dan sejahtera di masa depan nanti.

Walaupun Landae selalu pergi bekerja setiap hari mencari nafkah keluarga, situasi keluarga di rumahnya bisa di ketahui bahwa ada kondisi yang tidak harmonis dalam rumah tangganya.

Sikap Landae terhadap isterinya dengan selalu memberikan wejangan untuk selalu bersabar menghadapi ibu mertuanya dengan cara memaklumi keadaan orang tua, begitu pula memberikan pemahaman terhadap kasih sayang terhadap keluarga.

Sang isteripun berbalik melawan suaminya dengan alasan selalu disalahkan. Pak, kenapa aku selalu di nasehati? Bapak khan tidak tahu kalau ibu mu itu terlalu cerewet dengan saya! Ibumu itu selalu saja mengomentari setiap apa yang saya lakukan!. Lihat pula itu anakmu! Pakaian sendiri tidak tahu dicuci, Aku semua yang melakukan! Capek Aku Pak? Ujar isterinya landae.

Landae duduk termenung, dan menatap langit langit rumah sambil memijit kepalanya, itu pertanda dia sedang pusing berat. Satu nada suaranya keluar di mulutnya mengandung permohonan kuat untuk menemukan jalan keluar terbaik untuk keluarganya. Ya Allah, mohon bantuannya, Aku sudah tak bisa berbuat apa lagi. Hanya Engkau satu satunya harapanku.

Kisah hidup ini mungkin ada yang terjadi di tempat lain, tapi sebagai pelajaran adalah perlunya kita saling memahami posisi masing masing dalam keluarga dan berbesar hati menerima kenyataan hidup. Keharmonisan keluarga adalah syurga kita di dunia nyata. Siapa yang tidak menemukan kebahagiaan di dalam rumah tangganya lebih lebih tidak akan menemukan kebahagiaan di tempat lain, walaupun itu ada tapi mungkin hanya sesaat dan pasti tidak akan langgeng selamanya.