Lukman Nur Hakim

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

ANTARA RANDUSANGA DAN WALISANGA

RANDUSANGA TEMPAT PERSINGGAHAN PARA UTUSAN WALI SANGA Oleh : Lukman Nur Hakim Nama Randusanga ternyata sudah ada sejak jaman kerajaan Demak. Hal ini berdasarkan pada Istri Muda Raja Raden Patah atau Raden Bagus Kasan, bernama "Putri Sanga" sebagaimana yang disampaikan oleh Agus Sunyoto. Namun menurut Prof. Imam Santoso bernama "Putri Randu Sanga". Kalau dilihat dari data biografi Raden Patah, yang lahir pada tahun 1455 di Palembang dan wafat: 1518 di Demak. Dapat difahami Bawa Randusanga ada saat tahun yang sama atau ada sebelum tahun tersebut, dan sangat tidak mungkin adanya Desa Randusanga setelah Raden Patah meninggal. Randusanga bila dibandingkan dengan berdirinya Kabupaten Brebes pada tanggal 17 Januari 1678. Bararti dulu Randusanga. Dengan asumsi Raden Patah beristri Putri Randusanga. Dalam pemahaman penulis, seorang wanita yang dijadikan istri dari seorang raja, tentu bukan anak atau wanita sembarang. Ada beberapa kemungkinan yang menjadi istri-istri raja adalah berasal dari keturanan raja atau keturunan ulama besar. Lalu, siapakah orang tua putri Randusanga, yang dijadikan istri muda Raden Patah tersebut. Ada fakta sejarah dan sampai sekarang masih di kramatkan oleh masyarakat Randusanga adalah adanya makam Mbah Buyut Kerti dan Mbah Buyut Kuat. Dua makam ini menurut pemahaman penulis, sudah menjadi sentral nyekar (Tabur Bungah) di pusaran kedua makam tersebut, yang dilakukan setiap hari jumat, terutama jumat kliwon dan saat lebaran (Idul Fitra dan Idul Adha), dari dulu hingga sekarang. Dalam penelusuran sejarah Mbah Buyut kerti. Penulis mendapatkan informasi. Bahwa Mbah Buyut Kerti merupakan ulama besar namun belum sampai pada pangkat atau tingkatan Wali. Atau mungkin seorang Wali yang tidak ingin dikenal. Mbah Buyut Kerti merupakan utusan atau kepercayaan dari Raja Demak yang menjadi juru bicara atau Diplomat ulung ke kerajaan tetangga, termasuk ke kesultanan Banten dan Cirebon. Dari penelusuran penulis, didapatkan informasi pula. Kenapa Mbah Buyut Kerti dimakamkan di Randusanga. Hal ini tidak bisa lepas dari restu atau ijin Raja Demak. Karena saat itu Randusanga menjadi salah satu desa yang ramai. Ada pelabuhan yang cukup besar yaitu "Pelabuhan Gajogan" (sekarang bernama kajongan) pedukuhan paling timur Desa Randusanga. Sehingga saat itu banyak para pelancong, musyafir beristirahat di Randusanga. Rasa nyaman ketika beristirahat di Randusanga inilah, membuat Mbah Buyut kerti menginginkan tempat peristirahatan terakhirnya di Randusanga pula. Satu sisi lain, penamaan Desa Randusanga. Karena pada jaman dahulu, saat Mbah Buyut Kerti, Mbah Buyut Kuat dan bersama utusan ulama yang lain, melakukan perjalan ke kesultanan Banten dan Cirebon. Mereka sering beristirarahat di Randusanga. Sehingga sangat wajar ada sesepuh Randusanga mengatakan nama Desa Randusanga asalnya bernama "Wali Sanga." namun mengalami perubahan menjadi Randusanga. Tanah Randusanga, merupakan tanah yang disukai oleh para walisanga dan utusanya, sebagai tempat peristirahatan dan menginap di daerah tersebut. Terbukti ada beberpa peninggalan yang sampai sekarang banyak orang berziarah, termasuk Maqom Syaikh Junaidi dan Makam santri, disamping makam Mbah Buyut Kerti dan Mbah Buyut Kuat. Randusanga nama sebuah desa yang sekarang menurut penulis masih dikramatkan. Karena siapapun yang akan berbuat kurang baik terhadap randusanga. Maka para pendiri Randusanga yang akan mengingatkannya. Sebagaimana yang disampaikan oleh beberapa orang yang didatangi sendiri, oleh pendiri Randusanga. Ada beberapa bentuk peringatan yang kadang banyak orang tidak memahaminya. Karena kadang berbentuk simbol-simbol yang samar maupub kiasan (perlu penafsiran tersendiri). Namun bila menyangkut hajat orang banyak, biasanya peringatanya sangat jelas, namun tetep menggunakan bahasa yang sangat santun. Sebagaimana tradisi orang jawa dalam mengingatkan seseorang. Sebaliknya, kehati-hatian dalam bekerja, dan berniat membangun Randusanga, maka para tokoh pendiri randusanga akan terus mendoakan dan bermunajat kepada Tuhan agar mereka (orang yang membangun randusanga) diberi keberkahan dan hidupnya barakah. Selanjutnya dalam kontek sedikit meluas tidak hanya desa, dapat dikatakan sangat wajar bila dalam suatu daerah tertimpa bencana atau sedang menghadapi suasana genting dan mencekam (keamanan, politik dan Ekonomi), biasanya ada sebagian tokoh masyarakat, sesepuh, pemuka agama maupun adat, dan ada juga para birokrat berziarah mendatangi para pendiri daerahnya. Baik pada tingkatan Desa, Kabupaten, Wilayah hingga Nasional. Agar daerah yang ditempati nyaman, aman, tentram, masyarakatnya tidak terpropokasi, anarkis, sehat dan bahagia. Hanya berbagai informasi saja, dan dapat penulis katakan disini. Bahwa makam-makam yang ada di Randusanga, merupakan salah satu makam yang sering di ziarahi oleh sebagian masyarakat yang memiliki hajat, baik oleh masyarakat Randusanga itu sendiri maupun luar daerah. Berbagai argumentasipun dikatakan, kenapa ziarah ke salah satu makam Randusanga. Salah satunya ada yang mengatakan makam di Randusanga adalah makam yang berumur tua atau makam para orang tua yang berjasa dalam agama maupun negera. Sehingga sangat wajar bila difahami makam Randusanga merupakan makam para pendiri bangsa. Wallahu'alam Bishowab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post