Luluk Ayunning Dyah P.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MELIRIK PROFESI PENULIS SKENARIO FILM

MELIRIK PROFESI PENULIS SKENARIO FILM

Catatan Luluk Ayunning Dyah

Satu lagi ilmu yang diperoleh dengan tidak sengaja. Mungkin inilah yang namanya rejeki datang dari arah yang tidak disangka-sangka.

Ceritanya begini, beberapa hari kemarin kantor menyelenggarakan workshop pembuatan media pembelajaran. “Ah... sudah biasa, dalam hati bergumam”. Tampak sombong ya..hehehe. Padahal belum tahu apa materinya dan siapa narasumbernya.

Tiba saat kita mengikuti kegiatan itu. Waahh...! ternyata narasumbernya Aditya Gumay (Mas Adit), sutradara, penulis skenario film dan sinetron, pendiri teater kawula muda dan sanggar ananda. Gak nyangka kita dipertemukan dengan seorang sineas. Kok bisa ya kantor mengundang narasumber sehebat ini? Lagi-lagi saya negative thinking. Dasar manusia !

Ooh... ternyata P4TK IPA kerjasama dengan Pusbang Film, setelah kepo tanya sana sini akhirnya tahu juga asal muasal kegiatan ini terjadi. Baiklah... harus dimanfaatkan betul ini. Jarang-jarang kita dikasih narasumber dari sineas sehebat beliau.

Dari acara ceremonial pembukaan, kita langsung dikasih materi oleh Mas Adit. Materi yang pertama adalah tips menulis skenario film. Wuiihh... mata memandang layar dengan tidak berkedip. Mas Adit memberikan materi dengan berapi-api. Persis seperti Mas Eko dan Pak Ihsan waktu memberikan materi literasi menulis.

Otak langsung berputar. Berusaha mengkawinkan ilmu menulis dari Mas Eko dan ilmu menulis dari Mas Adit. Pembelajaran diberikan dengan begitu singkat. Otak tidak bisa berfikir yang lain, bahkan memikirkan anak dan suami yang di rumah saja tidak sempat. “Maafkan istrimu suamiku, maafkan mama anakku”

Selesai memberi materi menulis skenario, kita langsung dituntut membuat skenario. Kita dibuat berkelompok. Dalam kelompok tersebut harus ada ide yang nanti akan dituangkan dalam skenario. Dan... idepun ditemukan, Hukum Faraday. Dari pembelajaran tentang Hukum faraday ini, kita akan membuat dokudrama. Dokudrama adalah film dokumenter yang dikemas dalam bentuk drama.

Saatnya menuangkan dalam bentuk skenario. Oke... Mulai jemari ini menari di atas keyboard. Tertuang imajinasi-imajinasi dari otak ke dalam tulisan. Sesekali rekan mengajak ngobrol. Waktu terbatas dan kami harus segera menyajikan skenario itu. Oke...silakan presentasikan! Suara Mas Adit mengakhiri pekerjaan kami. Apa...!! Praktis hanya dalam waktu 1,5 jam ide dan skenario itu harus jadi. *Plok* tepok jidat !

Ada rasa syukur dalam hati. Untung saja sudah dapat ilmu menulis dari Mas Eko. Peeuuhh... dahsyat sekali rasanya mengkawinkan dua ilmu ini. Inilah rejeki, inilah rejeki yang datang dari arah yang tak disangka-sangka. Allahu Akbar!

Alhamdulillah... skenario diterima. Dan saat presentasi, ternyata Mas Adit ngeshoot dan tau gak... dimasukkan ke Instastorynya trus dikasih tanda jempol dan emotikon wajah dengan mata lope-lope. Hahaha.... Waaahhh... bangga rasanya. Tapi sayangnya cuma 24 jam saja bisa ditonton. Jadi kalau sekarang teman-teman bertanya mana bukti fisiknya, saya tidak bisa buktikan. Hehehe...

Esok harinya... skenario ditampilkan kembali dan direvisi oleh Mas Adit. “FARADAY in FRIDAY” judul yang direkomendasikan oleh Mas Adit. Setelah materi teknik-teknik pengambilan gambar, kami langsung shooting. Wuuiihh.... begini rasanya jadi artis. Hahaha...

Ternyata lama juga pengambilan gambar tiap scene itu. Berulang-ulang sang kameramen mengambil gambar di tiap adegan. Capek juga ya... satu scene aja bisa 1,5 jam. Pantesan artis-artis itu kalau shooting dari subuh hingga subuh lagi.

Aahh... sudahlah saya nulis skenario aja... gak potongan jadi artis juga. Huahahaha... lagian siapa juga yang akan melirik kalau jadi artis. Ke GR an... kalau nulis skenario masih ada kemungkinan dilirik. Aaiihh... Ke GR an lagi. *Plok* (tepok jidat).

Eh.. tapi bener loh... Mas Adit membuka peluang bagi yang hobi menulis dan tertarik dengan dunia perfilman dipersilakan untuk mengirim skenario kepada beliau. Suerr ini mah...!

Gak percaya ? rapopo lah... itu mah terserah kepercayaan masing-masing. Percaya matur nuwun tidak percaya juga rapopo.

Akhirnya setengah sembilan malam selesai sudah proses pengambilan gambar. Praktis hampir sebelas jam kita shooting. Istirahat hanya sholat saja, makan di antara kegiatan itu. Pokoknya mah hari itu makan gak nikmat aja. Tapi gak lapar juga loh... seneng banget pokoknya mah.

Dilanjut editing. Jadi dari gambar yang diambil seharian dipotong-potong hingga diperoleh sebuah film yang cantik yang durasinya tinggal 10 menit saja. Apaaaa...?! ya memang begitu, jangan heran. Hehehe...

Jreng...jreng... jadilah sebuah film dokudrama yang cantik “FARADAY in FRIDAY”. Silakan teman-teman tonton di FB saya ya... jangan lupa kasih jempolnya... atau silakan buka link berikut

https://www.youtube.com/watchv=6ecH3S2xdig&feature=youtu.be

matur nuwun...

Bandung, 10 November 2017

https://www.youtube.com/watch?v=6ecH3S2xdig&feature=youtu.be
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya sdh lihat filmnya. Keren abis mbak. Oh ya... Tulisan mbak luluk makin renyah... Enak dibaca. Sukses mbak

10 Nov
Balas

Alhamdulillah... Bu Ari mau materinya? Tak email yaa...

10 Nov



search

New Post