Luluk Maslukhah

Untuk bisa menulis buku hanya ada 3 kata kunci: menulis, menulis dan menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Inilah Hormon yang Paling Bertanggung Jawab Saat Anak Kecanduan Gawai

Inilah Hormon yang Paling Bertanggung Jawab Saat Anak Kecanduan Gawai

Oleh: Luluk Maslukhah, S.Si., M.Pd.

(Guru SMK Negeri 3 Bondowoso)

Tantangan hari ke-79

#TantanganGurusiana

Saat ini sangat sedikit orang tua yang sadar bahwa gawai tidak sepenuhnya aman bagi anak-anak mereka. Perilaku anak-anak yang non stop dengan gawai dianggap wajar dan tidak berbahaya. Lha wong mereka cuma nonton lagu-lagu anak dan film Islami saja kok. Lalu apa yang dianggap berbahaya?. Lagi pula orang tua sudah membekali gawai anak-anak mereka dengan aplikasi penangkal pornografi dan kekerasan. Ya nggak?

Bunda, bisa jadi pikiran ini yang terlintas dibenak kita, para orang tua. Padahal gawai bisa memberikan efek candu bagi anak-anak. Mereka bisa menjadi resah dan gelisah ketika tidak mengoperasikan gawai.

Hasil penelitian yang dilakukan di Universitas Michigan, mengukur tingkat anak kecanduan gawai di usia 4-11 tahun menyimpulkan bahwa cara anak menggunakan gawai (bukan jumlah waktu) dapat dijadikan indikator dari masalah emosional apakah anak kecanduan gawai atau tidak.

“Penelitian kami telah mendemonstrasikan bahwa ini bukan masalah waktu yang digunakan bermain gawai. Tapi bagaimana gawai menjadi aktivitas yang memakan sebagian besar waktu anak. Atau menyebabkan masalah lain dalam hidup anak.” Jelas Sarah Domoff, seorang peneliti di Universitas Michigan yang juga memimpin studi ini sebagaimana di lansir dalam lifestyle.kompas.com.

Anak kecanduan gawai tidak hanya dilihat dari durasi waktu anak bermain gawai, tapi juga konten yang ia lihat dan mainkan. Dengan demikian hendaknya orang tua juga memperhatikan konten apa saja yang dilihat anak-anaknya bukan menitikberatkan pada usaha membatasi anak bercengkerama dengan gawai.

Gawai bisa memengaruhi bagian frontal cortex di otak anak, dan meningkatkan produksi hormon dopamin. Hormon yang menghasilkan perasaan rileks dan nyaman pada seseorang. Inilah yang menyebabkan anak merasa terikat pada gawai. Bila sesuatu terasa menyenangkan bagi anak, maka susah untuk melepaskan diri dari sesuatu tersebut, termasuk gawai.

Itulah sebabnya orang tua sangat perlu mengetahui tanda-tanda anak kecanduan gawai. Mengingat paparan gawai berlebihan bisa mempengaruhi kesehatan mental anak secara luas.

Pada 2014, sebuah studi dilakukan para peneliti di Universitas California Los Angeles. Studi mengungkapkan, anak-anak yang melewatkan 5 hari tanpa gawai, televisi ataupun komputer, memiliki kemampuan membaca emosi yang lebih baik dibandingkan anak yang memiliki akses cukup banyak terhadap semua benda elektronik tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian lain di tahun 2010, menemukan bahwa anak-anak yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam bermain gawai, memiliki masalah psikologis yang lebih tinggi. Studi mengenai paparan gawai pada balita juga menunjukkan dampak negatif, yang mengakibatkan mereka mengalami keterlambatan tumbuh kembang dan bicara. Dengan demikian patut bagi orang tua untuk lebih waspada terhadap penggunaan gawai pada anak. Apalagi jika anak sudah mulai mengenal media sosial.

American Academy of Pediatrics melakukan sebuah penelitian di tahun 2011, mereka menemukan bahwa media sosial bukanlah lingkungan yang baik untuk anak-anak. Sebab, tidak semua konten di media sosial pantas dilihat anak-anak. Penelitian lain yang dipublikasikan di Forbes, menyatakan bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial, akan memicu perasaan cemburu dan tidak bahagia sehingga menimbulkan masalah perilaku pada anak.

Orangtua semestinya bisa menyadari tanda-tanda anak kecanduan gawai. Misalnya, anak terlalu asyik nonton televisi atau bermain HP hingga mengganggu aktivitas harian seperti belajar dan bermain bersama teman, atau malah menyebabkan masalah dengan keluarga. Universitas Michigan juga menyebut, jika gawai menjadi satu-satunya hal yang bisa membuat anak senang, berarti masalah yang terjadi lebih serius lagi.

Orang tua seharusnya mengamati dengan seksama perilaku anaknya terhadap gawai. Ketika anak merasa cemas saat tidak mengoperasikan gawai karena baterai drop atau menangis tersedu-sedu ketika gawai diambil dari tangannya atau tidak bisa tidur karena tidak ada gawai. Itu artinya anak-anak kita sedang kecanduan gawai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih infonya ..bu luluk....bagus sekali

03 Apr
Balas

Sama2 umi. Msh hrs byk belajar

03 Apr

Membumikan pemakaian kata gawai .. btw kecanduan gawai sptnya sdh mewabah dikalangan anak2 dan remaja. Entah yg dipakai scra positif ataupun negatif

02 Apr
Balas

Membumikan pemakaian kata gawai .. btw kecanduan gawai sptnya sdh mewabah dikalangan anak2 dan remaja. Entah yg dipakai scra positif ataupun negatif

02 Apr
Balas

Iya betul dik

03 Apr



search

New Post